Clarissa Tamara, seorang wanita cantik dari keluarga terpandang. Ayahnya seorang pengusaha mapan, dan dia merupakan anak pertama dari keluarga itu.
Tapi kasih sayang ayah dan ibunya hanya tertuju kepada adiknya seorang, bahkan saat adiknya merebut tunangannya ayah dan ibunya malah membiarkannya dan mendukung hubungan mereka.
Rasa marah dan kecewa membuat Clarissa tak peduli lagi dengan keluarga, dia berusaha mati-matian mendirikan perusahaan miliknya untuk membalas dendam atas apa yang di lakukan oleh keluarga.
Dan untuk mengobati rasa sendiri nya, tak sengaja dia bertemu dengan seorang pria gelandang berwajah tampan.
Tanpa tahu indentitas aslinya, Clarissa membawa pria itu ke rumahnya dan menjadikannya pria penghangat ranjangnya.
Tapi bagaimana jika Clarissa mengetahui identitas pria itu, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Warisan.
"Kamu sebaiknya jangan ikut campur, Clarissa." Ucap Pak Candra sambil menunjuk wajah Clarissa.
Clarissa hanya diam, dia sedang tak ingi berdebat dengan ayahnya yang mata duitan itu.
"Aku tak masalah jika warisan ibu jatuh kepada mu semua, Kak." Ucap Pak Salim.
"Baguslah, jika kau mengerti." Jawab Pak Candra senang.
Tapi tiba-tiba datang seorang pria, "Siapa kau?" Tanya Pak Candra
"Saya pengacara Nyonya Dahlia, dan saya akan memberikan surat wasiat dari Nyonya Dahlia." Ucapnya.
Kemudian Pak Candra pun langsung mempersilahkan pria itu untuk duduk, "Baiklah, saya akan bacakan surat wasiat dari mendiang Nyonya Dahlia sebelum dia meninggal." Ucap Hermawan selaku orang yang menyimpan surat tersebut.
Kemudian Pak Hermawan langsung membacakan isi surat tersebut, dan Pak Candra langsung kaget saat mendengar jika pembagian warisan 70% untuk Salim dan 30% untuknya.
"Apa maksud ini, jelas-jelas ibu telah menandatangani surat yang menyatakan jika semua warisan nya jatuh ke tangan ku.." Ucap Pak Candra dengan nada tinggi.
"Boleh saya lihat surat nya?" Tanya Hermawan.
Kemudian Pak Candra memberikan surat itu, Hermawan melihat dengan teliti isi dari surat itu. "Ini memang tanda tangan beliau, tapi beliau sudah berpesan kepada saya. Jauh sebelum beliau meninggal, jika ada salah satu anaknya yang membuat surat waris mengatasnamakan beliau. Jangan pernah percaya surat waris itu, karena yang asli hanya surat yang beliau langsung tulis sendiri." Ucap Pak Hermawan sambil menunjukkan surat wasiat dari Almarhum Nenek Dahlia.
"Jadi maksud mu, aku berbohong?" Tanya Pak Candra dengan marah.
"Saya tidak menyebut anda berbohong, tapi mohon maaf. Saya tak bisa menerima surat tersebut, karena surat ini sudah menjadi amanah dari Almarhum kepada saya untuk di sampaikan kepada kalian semua." Jelasnya.
Pak Candra hanya bisa kesal, rencana nya semua gagal. Dia tak menyangka jika ibu nya itu sudah membuat surat wasiat.
Dan dirinya hanya mendapat 30% dari kekayaan Nenek Dahlia.
Pak Salim yang mengetahui jika dirinya mendapatkan 70% pun merasa sangat senang. Setidaknya dengan yang itu dia bisa mengembangkan kembali bisnis nya yang ada di Amerika.
Setelah mengatakan hal itu Pak Hermawan pun segera pergi meninggalkan rumah tersebut, Pak Candra langsung menatap sinis ke arah adiknya itu.
"Sekarang kau puas?" Tanya Pak Candra.
Pak Salim hanya diam, dia tak ingi berdebat lagi dengan kakaknya. Yang sekarang harus dia lakukan adalah kembali ke Amerika dan menjalani hidup yang damai lagi.
"Aku tahu, kau pasti membujuk ibu agar memberi mu harta warisan yang lebih banyak." Ucap Pak Candra.
"Aku tidak melakukan itu." Jawab Pak Salim.
"Hah? Tidak melakukan itu, lalu ini buktikan apa? Mana mungkin ibu tidak adil seperti itu dan malah memberi mu jatah warisan yang lebih banyak." Ucap Pak Candra.
Pak Salim pun kesal di buatnya, dia sudah tak tahan terus saja di tuduh yang tidak-tidak oleh kakak nya itu. "Jika ibu memberi ku harta warisan yang lebih banyak, itu adalah hal wajar." Jawab Pak Salim.
"Wajar katamu?" Ucap Pak Candra dengan nada menyindir.
"Bukankah saat ayah meninggal aku hanya mendapat kan 30% dari harta kekayaan, dan kau mendapatkan 70%. Jadi ibu melakukan ini karena dia adil." Jawab Pak Salim.
Pak Candra pun bungkam dan kesal. "Berani-beraninya kau mengungkit warta warisan dari ayah.." Ucap Pak Candra.
Pak Salim hanya diam, kemudian dia langsung mengajak istri nya untuk pulang. "Clarissa Paman, pulang duluan. Apa boleh?" Tanya Pak Salim.
"Tentu Paman, aku akan tinggal beberapa hari dulu di sini." Jawab Clarissa.
Pak Salim pun mengangguk kepalanya, dia pun segera pergi meninggalkan rumah almarhum ibundanya.
"Kau memberi mereka tumpangannya?" Tanya Pak Candra kepada Clarissa.
"Iya.." Jawab Clarissa singkat.
"Berani-beraninya kau memberikan mereka tempat tinggal tanpa berbicara terlebih dahulu dengan ku.." Ucap Pak Candra.
"Itu rumah ku, dan hanya ku yang berhak memutuskan siapa yang boleh masuk dan tidak ke rumah ku." Jawab Clarissa.
Pak Candra pun hanya menatap kesal ke arah Clarissa, dia tak menyangka jika anak yang di besarkan dari kecil kini menjadi orang yang sangat membangkang.
Clarissa yang lelah pun langsung beranjak pergi, dia berjalan ke kamar Almarhum Nenek Dahlia.
Di dalam kamar, Clarissa berbaring di atas ranjang tempat biasanya Neneknya tidur.
Clarissa masih tak bisa menerima kenyataan bahwa Neneknya itu sudah meninggal, karena di dunia ini hanya dia orang pertama yang memperlakukan Clarissa dengan sangat baik.
Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk.." Jawab Clarissa.
Terlihat pengasuh Nenek Dahlia masuk ke dalam kamar.
"Ada apa?" Tanya Clarissa dengan mata yang masih berkaca-kaca.
"Nona, ini ada surat dari Nenek Dahlia sebelum dia meninggal. Dan dia menyuruh saya untuk memberikannya kepada Nona jika beliau sudah meninggal." Ucapnya.
"Surat?" Ucap Clarissa.
"Iya, nona." Jawabnya.
Kemudian Clarissa pun langsung mengambil surat tersebut, kemudian pengasuh Nenek Dahlia pun segera pergi meninggalkan Clarissa.
Clarissa masih bertanya-tanya, surat apa ini? Dan Kenapa neneknya harus memberikan surat untuknya. Kenapa tidak mengatakannya saja saat dirinya masih hidup? Kenapa harus menunggu setelah dirinya meninggal.
Semua pertanyaan itu muncul di pikiran Clarissa, kemudian Clarissa pun membuka dari Neneknya itu.
Kata demi kata Clarissa membaca semua isi surat tersebut, perlahan air matanya mulai turun. Dia tak bisa percaya dengan apa yang telah ia baca saat ini.
gak kerasa aku baca,
ini rekomen novelnya, keren bangat!
meski awalnya alurnya agak cepet tapi lumayan konek asal fokus bacanya wkwkwk
selamat buat Brian sama Clarissa
Clarissa and Brian di satukan jadi Cabi, suka suka aku ya ni ngasih julikan/Facepalm/
terimakasih bacaannya kak, mantul!