NovelToon NovelToon
CEO DINGIN Dengan WANITA BAIK

CEO DINGIN Dengan WANITA BAIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Hotler Siagian

Menceritakan seorang laki-laki dingin yang jatuh cinta terhadap seorang wanita…….

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hotler Siagian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8

Reza membawa laptopnya dan duduk di sebelah Alika.

"It's okey. Kalo butuh bantuan jangan sungkan bilang aku, ya?" ujar Alika dengan mulut yang sudah penuh dengan cha-cha.

Reza tertawa.

"Santai, begini aja mah kecil," jawab Reza.

"Kecil, kok ngga selesai-selesai," ejek Alika hingga membuat Reza tertawa.

Sia-sia saja sok keren didepan Alika ini.

Reza sama sekali tidak berkedip melihat Alika yang tertawa lepas di sampingnya.

Pak Reza merupakan seorang direktur yang terbilang masih muda.

Dulu Pak Reza adalah teman kuliah Alika waktu di UK dulu. Namun, ia sudah mampu melaksanakan jabatannya sebagai pemimpin perusahaan dengan baik bahkan sejak usia 20 tahun menggantikan ayahnya.

Meskipun usia Alika dan Pak Reza sama, tidak ada alasan bagi Alika untuk tidak menghormatinya.

Karena Reza sendiri juga sangat menghargai dan membantu Alika mencapai mimpinya, hingga Alika bisa menjadi jurnalis se-sukses ini.

Mereka berdua bekerja sama satu sama lain untuk memberikan kontribusi terhadap perusahaan.

Setelah Alika kenyang dengan setoples cha-chanya, Alika berdiri.

"Mau kemana, Al?" tanya Reza

"Aku pulang dulu ya, Za. Ibu negara udah nyariin, Nih" jawab Alika menatap layar handphonenya.

Di dalam hati Alika sebenarnya tidak ingin cepat-cepat pulang. Dia hanya ingin menghabiskan waktu sendirian saja untuk menghilangkan penat.

"Oh, oke. Nitip salam buat Bu Tika sama Pak Arta, ya. Maaf, aku belum bisa main-main kesana lagi,"

Reza masih fokus dengan laptopnya.

Alika menggelengkan kepala,

"Oke, kamu jangan lupa istirahat juga. Kalo udah selesai buruan pulang," sahut Alika yang langsung diangguki Reza patuh.

Alika pun langsung beranjak pergi. Namun, tiba-tiba terbesit ide jahil di otaknya, ketika melihat ekspresi wajah Reza yang sangat serius.

"Za,"

"Hmm"

"Woy, Za" panggil Alika lebih keras.

"Kenapa lagi, Al. Katanya pulang," geram Reza karena Alika tidak segera mengatakan apa maunya.

"ADA KODOK DIBAWAH, ZA!" Pekik Alika

HAHHH!!! MANA!!!?

Reza seketika terjingkat dan naik ke atas sofa mendengar teriakan Alika.

Namun, ia segera menyadari bahwa itu hanya akal-akalan, Alika. Sementara Alika tertawa terpingkal-pingkal disamping pintu melihat posisi Reza saat ini.

"BAHAHAHAHAHHA,"

Reza menggelengkan kepalanya,

Ya, Alika tetap lah Alika. Tidak akan berubah, meskipun usianya terus bertambah. Kejahilannya masih tetap sama, malah lebih parah.

"Puas ketawa kamu?"

Alika masih saja terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya yang hampir kehabisan nafas.

"Maaf, yah. Habisan kamu serius banget. Hehehehe,"

"Iya, udah sana pulang buruan. Jangan lupa di tutup pintunya," ujar Reza.

"Za," panggil Alika lagi.

Reza tidak menoleh, karena tau ini pasti akal-akalan Alika lagi yang ingin mengganggunya.

"Rezaaaaa!!!" pekik Alika lagi hingga membuat Reza menghela nafas dan menaruh laptopnya.

"Kenapa lagi, Alikaaa?" gemas Reza.

"Nanti cha-cha aku jangan lupa diisiin lagi ya," pinta Alika sambil nyengir menunjuk setoples cha-chanya yang tinggal seperempat.

Benar-benar gadis maniak cha-cha

"Engga, kamu udah kebanyakan minggu ini. Nanti gigi kamu bolong. Aku nggak mau presenter beritaku giginya ompong," ujar Reza sarkas.

Alika langsung cemberut.

"Reza jahat! udah ah aku pulang beneran,"

Alika menutup pintu dengan keras dan menghentakkan kedua kakinya di tanah. Sementara, Reza yang melihat itu tertawa puas. Karena ia berhasil membalas kejahilan Alika.

Alika tidak tahu saja, bahwa Reza sudah membeli pabrik cha-cha hanya untuknya. Sejak, ia mengetahui jika Alika sangat suka cha-cha sejak dulu.

Di sisi lain, ketika Alika hendak kembali ke ruangannya untuk mengambil tasnya. Alika bersimpangan dengan Dio, yang ternyata masih ada di kantor.

"Alika, gue cabut duluan yahh... Pacar gue udah nungguin nihh,"

Izin Dio terburu-buru.

"Yeee... Kerja kok buru-buru pacaran mulu. Pantesan dari tadi ngebut mulu waktu take," ejeknya.

Dio pun hanya meringis, mendengar Alika karena memang pernyataannya benar.

Dari tadi ia ngebut agar shooting nya cepat selesai. Sehingga, ia bisa langsung bergegas menuju tempat pacarnya tepat waktu.

"Byee, All..."

Dio melambaikan tangan pada Alika.

Lalu Alika pun mengangguk dan tersenyum,

"see you...sampein salam gue sama Riska yaa," jawabnya.

Dio berbalik lagi,

"Okeeey siapppp, Al" saut Dio.

Pacar Dio adalah Riska, teman Alika waktu SMP dulu. Dio dan Riska bisa kenal karena sebelumnya saat berkuliah mereka berdua magang di perusahaan penyiaran berita milik Reza.

Kenyataan itu pernah membuat Alika kaget saat Dio menceritakan siapa pacarnya. Karena Alika benar-benar tidak menyangka pacar rekan kerjanya adalah teman SMP nya sendiri.

'Memang dunia benar-benar sempit'.

Setelah Dio pulang, Alika tidak langsung beranjak pulang.

Alika memutuskan untuk pergi ke kafetaria perusahaan dan memesan susu coklat kesukaannya, untuk menenangkan diri memikirkan perbuatan Calvin padanya tadi pagi.

5 menit kemudian, susu coklat yang Alika pesan datang.

"Terimakasih ya buk... " ujar Alika pada mbak Wati yang menjadi pelayan di Cafetaria itu.

Mbak Wati merupakan seorang wanita yang usianya diatas Alika, sekitar 40 tahun. Bu Wati begitu baik pada Alika, jadi Alika pun sering menyempatkan waktu untung datang ke tempat mbak Wati untuk sekedar pesan es cokelat atau bercurhat ria.

"Mbak Alika, emang ngga langsung pulang?" tanya bu Wati pada Alika heran, biasanya kalau pekerjaan sudah selesai Alika langsung pulang agar tidak sampai rumah terlalu larut.

"Enggak mbak, disini dulu udah lama saya ngga ketemu embak ehehe" ucap Alika meringis berbohong. Padahal sebenarnya dia perlu waktu untuk menyendiri.

Di samping itu, Pak Reza yang baru menyelesaikan pekerjaannya pun berjalan menuju kearah luar. Namun, dia tidak sengaja melihat Alika yang sedang duduk sendirian dan merenung di kafetaria.

"Loh, bukannya dia tadi udah pamit pulang? Kenapa masih disini?", gumam Pak Reza bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Sebenarnya, di lubuk hati yang paling dalam, Pak Reza menyukai gadis itu.

Kepribadian Alika yang mandiri, pekerja keras, dan periang membuat dirinya tertarik. Namun dia berusaha untuk tetap professional, karena Alika merupakan teman dekat sekaligus karyawan terbaiknya.

Dia takut, jika dia mengungkapkan perasaannya namun Alika tidak memiliki perasaan yang sama dengannya. Hal itu, hanya akan membuat hubungan pertemanan mereka merenggang, dan dia tak mau melihat hal itu terjadi.

Alika merenung terdiam, dan meletakkan kedua tangannya diatas meja untuk menahan kepalanya yang terasa pusing. Tak terasa, air mata Alika menetes saat mengingat hinaan Calvin kepadanya kemarin dan hari ini.

Belum mengejarnya saja sudah sakit seperti ini. Lalu, bagaimana nanti?

Tak lama, Pak Reza datang dan duduk dihadapan Alika.

"Alika kamu gapapa? ", tanya Pak Reza.

Melihat sang pemilik suara duduk didepannya membuat Alika menyeka air mata yang ada di pelupuk matanya cepat. Seakan tidak terjadi apa-apa.

"lah, kamu tadi katanya mau pulang ngapain masih disini?" tanya Reza.

Lalu Alika pun menjawab,

"Kamu nenyeee???" jawab Alika bercanda.

"Ohhh... gitu ya kamu sama aku sekarang??" ujar Reza yang berlagak merajuk.

Di dalam hati Reza, ia sebenarnya sudah tau jika pasti ada sesuatu yang terjadi pada Alika. Selama ini, Alika pasti menyendiri, jika ada sesuatu hal yang sedang terjadi mengganggunya.

Alika yang melihat ekspresi sok imut bosnya itu tertawa terbahak-bahak,

"hahahahaha... Engga-engga dong cuman bercanda, kan kalo ada kamu jadinya rame" jawab Alika.

Reza yang mendengar jawaban Alika pun menjawab,

"ceeeilleeehhh bisa ajaaa" sambil memanyunkan bibirnya.

"Emang lagi banyak pikiran ya?", tanya Reza penasaran pada Alika.

Tidak ingin masalah pribadinya diketahui orang lain, Alika memilih untuk berbohong,

"enggaa kok... aku cuman ngerasa capek aja tadi" jawab Alika.

Namun Reza mengerti jika Alika tidak kelihatan baik-baik saja dan mencoba menutupi kesedihannya,

(aku ngerti kalau kamu masih belum bisa bercerita sepenuhnya ke aku, Al. Tapi jangan khawatir aku selalu ada buat kamu), batin Reza dalam hati

"Mau gimanapun masalah yang kamu hadepin sekarang, Al. Kamu harus tau kalau hidup itu tentang pasang surut,"

"Kadang kamu di atas, kadang di bawah, dan tugas kamu adalah bagaimana caranya kamu bisa berada di tengah-tengah untuk mengatasi keduanya" ujar Reza

Alika meresapi perkataan Reza, meskipun kadang dia banyak bercanda. Tapi dia selalu memperhatikan dan peduli pada Alika. Mendengar wejangan dari Reza yang tidak sengaja masuk akal di permasalahannya saat ini , Alika pun menjawab

"Thanks ya, Za. Kata-kata kamu bakal aku pake banget"

Reza tersenyum, mendengar Alika memahami maksud dari perkataannya, meskipun dia tidak tau sepenuhnya mengenai permasalahan yang dihadapi Alika. Paling tidak, dia bisa memberi Alika sedikit semangat untuk terus berjuang menghadapi masalahnya.

Untuk mengembalikan keceriaan Alika, Reza berinisiatif untuk mengajak Alika jalan-jalan bersama teman-teman kantor yang lain. Hal ini pada dasarnya Reza lakukan untuk Alika saja, tapi dia tau jika Alika bukan merupakan tipe seorang wanita yang mudah membuka hati. Sehingga jika Reza mengajaknya seorang, bisa-bisa Alika langsung menolaknya dan memiliki pemikiran lebih jauh terhadap niat baiknya.

"Oh iya, Al... Besok hari Minggu free nggak?" tanya Reza.

Alika yang mendengar pertanyaan Reza menjawab,

"Well, hari Minggu besok keliatannya aku free, emang kenapa?".

"gini, ceritanya aku mau ngadain acara sama anak-anak kantor buat quality time bareng-bareng di mall. Barangkali kamu mau ikut, soalnya kan kamu jomblo...upss" ujar Reza sengaja.

(Daripada aku gabut dirumah mending kan aku ikut Reza sama yang lain aja kali ya?), batin Alika berpikir.

"Ummm...oke deh besok aku ikut mewakili komunitas jomblo didunia" jawab Alika membalas pertanyaan Reza dengan candaan

Setelah cukup lama berbincang-bincang, Alika memutuskan untuk pulang karena jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sembari melihat jam di pergelangan tangan kirinya, Alika berkata

"Eh Za... keliatannya aku udah kemaleman deh, aku pulang dulu yah... " izin Alika berpamit untuk pulang duluan.

Alika merasa tak enak karena Reza menunggunya. Pasti Reza juga lelah setelah bekerja seharian, namun ia tidak akan pulang begitu saja jika masih melihat Alika sedih sendirian.

"Oh..gimana kalo aku anterin pulang aja sekalian? Uda malem masa cewek pulang sendiri?", Ujar Reza berinisiatif menawari Alika untuk pulang bersama karena melihat Alika yang sedih

Tetapi, Alika menolak tawaran Reza karena dia ingin pulang sendiri,

"makasih Za sebelumnya, tapi aku pulang sendiri aja... aku kan juga bawa mobil sendiri" jawab Alika sopan.

"Oke deh, kalo gitu hati-hati ya. Pulang beneran, jangan nyantol kemana-mana lagi kamu," marah Reza pada Alika.

"Sipp...aku balik dulu ya" jawab Alika sambil mengacungkan ibu jarinya.

Dalam perjalanannya menuju lobi parkiran yang berada disebelah gedung , Alika berfikir kembali tentang kata-kata Reza tadi.

'Berada dimanapun posisi kita, kita harus ada di tengah-tengah untuk bisa menghadapi keduanya', ujar Alika bergumam pada dirinya sendiri

Alika kembali mengingat apa yang telah dilakukan Calvin padanya. Segala hinaan yang telah dilontarkan Calvin mungkin sangat menyakitkan bagi Alika.

Tapi, tadi pagi dia kelihatannya sudah menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya dengan bermaksud untuk minta maaf. Meskipun caranya begitu salah, tapi berdasarkan segala karakteristik seorang Calvin yang pernah dia dengar, Alika rasa itu merupakan hal yang baru bagi Calvin.

(menurut putri dan orang-orang dia tipe orang nya keras banget, gapernah peduli orang lain, apalagi naruh simpati... Tapi denger dia bilang kata maaf pertama kali, mungkin itu usaha yang terbaik yang pernah dia lakuin), batin Alika pengertian.

"Mungkin juga dia ga sepenuhnya salah, karena gue cuman mikir dari sisi gue. Mungkin seharusnya, gue juga harus mengerti pandangan dia biar ga ada salah paham" pikir Alika

Alika sadar, mungkin dia terlalu menuruti ego-nya hingga tidak mau mendengarkan Calvin memberikan penjelasan apapun.

"Setiap orang pasti punya alasan atas apa yang dia lakuin, bahkan di macem orang kaya Calvin. Dia pasti juga punya alesan kenapa dia ga sengaja ngehina gue..." gumam Alika kepada dirinya.

Kata-kata Reza tadi membuat mata Alika begitu terbuka, kebencian seseorang pasti memiliki akar. Tidak seharusnya Alika memakan hinaan dan penilaian Calvin terhadap dirinya mentah-mentah. Bahkan Calvin saja belum mengenal Alika, bagaimana seseorang bisa memberikan penilaian dari awalnya saja yang sudah pasti belum tentu benar.

Mata Alika berbinar.

Masih ada kesempatan lagi bagi dirinya untuk mengejar seorang Calvin Waymond Dimitry.

Hanya saja, ia harus menembus pagar pertengkaran ini terlebih dulu untuk bisa dekat dengan Calvin.

1
Moh Rifti
next
Moh Rifti
lanjut
Moh Rifti
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!