Visual Cast bisa cek Tiktok @rn_story94
Sequel dari Takdir cinta Ayyura_Aydeen ...
Sebuah takdir yang gak bisa di ubah dan selalu sesuai dengan ketentuan porsinya.
Zayn sudah menikah dengan Assyifa selama 3 tahun tapi belum dikarunia seorang anak, malah harus terjerat dengan seorang gadis cantik yang berbeda kepercayaan dan keyakinan dengannya. Dia harus menikahi perempuan lain yakni adalah mahasiswinya sendiri, hanya karena sebuah kesalahan yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
Sedangkan sang adik sendiri Zayna seorang Dokter muda cantik, harus dijodohkan dengan pria yang tidak pernah ia inginkan dan impikan sebelumnya. Pria itu adalah Zidan, pria yang selalu bertemu dengan bahaya diluar sana, dan selalu bertemu dengan Zayna bolak balik di UGD.
Makanya Zayna menolak keras untuk di nikahkan dengannya ..
Yang penasaran kisahnya silahkan mampir readers ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raline_Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelalaian
"Dokter Zayna pasien kritis"! teriak suster Icha lagi.
Dan Zayna yang merasa hilang fokus berusaha menegakkan kembali dirinya yang hampir terjatuh, kalau tidak ada tangan kekar yang menangkapnya.
"Anda kelihatan lelah sekali Dokter". tegur Zidan lagi.
"Saya baik-baik saja, terimakasih". jawab Zayna lirih, lalu berlari menuju brankar pasien yang dimaksud oleh suster Icha barusan.
Zidan menghela nafasnya, dia melihat wajah pucat dan lelah Zayna dengan keadaan sedikit khawatir. Bagaimana tidak, hampir dua jam Zayna bolak-balik dari ranjang satu keranjang lain demi memastikan keadaan pasien dalam keadaan baik-baik saja.
Kedua tangannya juga begitu cekatan dalam menangani setiap pasien yang datang. Bahkan para Dokter magang dan berapa perawat senior yang ada disana berdecak kagum dengan ketelatenan dan kepiawaian nya seorang Zayna dalam merawat dan mengobati para pasiennya.
"Bagaimana keadaannya"? tanya Zayna khawatir.
"Detak jantungnya berhenti Dok". jawab suster Icha.
"Aku akan melakukan DC Shock, siapkan alat kejut jantungnya sekarang"! titah Zayna lantang.
"Baik Dokter".
DC shock adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kejutan listrik pada jantung pasien yang mengalami aritmia atau gagal jantung. Prosedur ini juga dikenal sebagai kardioversi atau defibrilasi.
Prosedur DC shock dilakukan dengan menggunakan defibrilator. Defibrilator bekerja dengan mendeteksi irama jantung yang tidak normal dan mengirimkan kejutan listrik untuk mengembalikannya ke irama normal. DC shock atau kardioversi arus searah dilakukan dengan menggunakan defibrillator.
Prosedur ini bertujuan untuk mengembalikan irama jantung yang tidak normal. DC shock digunakan untuk menangani pasien henti jantung. Henti jantung merupakan kondisi gawat darurat yang harus membutuhkan penanganan segera.
Zayna memberi intruksi untuk melakukan kejutan pertama 200 joule dan maksimalnya 360 joule.
"Tiga .. dua .. satu .. shock"! ucap Zayna sambil terus mengamati layar EKG pada mesin defibrillator.
Detak jantung pasien belum kembali juga, sampai akhirnya menambah watt second yang lebih tinggi. Dan sampai akhirnya Zayna harus menambah watt pada kejutan ketiga sampai batas maksimalnya.
"Shock". ucap Zayna lirih pada kejutan terakhirnya.
Bip .. bip .. bip ..
Kali ini garis semulanya zigzag berubah benar-benar lurus dalam layar EKG tersebut.
"Dokter cukup, pasien benar-benar tidak kembali".
"Aku yakin dia masih bisa diselamatkan". jawabnya.
Bahkan Zayna sudah mengambil ancang-ancang untuk naik keranjang pasien untuk mengulang RJP.
"Hentikan Dokter Zayna, pasien sudah meninggal". ujar suster Icha kembali dengan sedih.
"Anda harus mengumumkan kematiannya".
Zayna pun terjatuh, terduduk lemas dibawah ranjang pasien, saat mendengar kenyataan pahit bahwa pasien tersebut tidak bisa ia selamatkan.
Ini pasien pertamanya yang tidak bisa ia selamatkan dengan tangannya sendiri, dia pun berusaha berdiri dengan tubuh dan kaki yang nampak lemah itu.
"Ehm, Ibu Meylani dinyatakan meninggal dunia". ucap Zayna pelan pada anak korban yang sudah terduduk lemas dihadapan Zayna saat ini.
"Waktu kematian jam 01 dini hari, karena serangan jantung dan luka bakar hebat pada tubuhnya". imbuhnya sembari menatap pasien yang hampir semua tubuhnya melepuh karena terbakar.
"Tidak .. ini tidak mungkin .. bagaimana bisa ibuku yang masih sadar saat datang kemari, kini tiba-tiba meninggal dunia saat ini"! teriak keluarga pasien.
"Kami turut berduka cita ya dik, kami tahu ini berat bagi keluarga yang ditinggalkan. Tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin". ujar suster Icha.
Tiba-tiba keadaan dalam ruang UGD tersebut menjadi hening, dan ketegangan mulai terasa didalam ruangan tersebut. Semua pasien yang masih berada diruangan tersebut turut menjadi saksi kepedihan dan turut merasakan kesedihan anak 17 tahun yang baru saja kehilangan ibunya itu.
"Mari saya antar untuk urus administrasinya dulu". imbuh suster Icha kembali.
"Ini semua karena Dokter, andai Dokter tidak datang terlambat untuk memeriksa ibuku tadi, pasti ibuku masih bisa diselamatkan". sergah anak korban.
"Maaf dik, Dokter Zayna sudah berupaya keras untuk menyelamatkan ibu Kamu. Tolong jangan berasumsi bahwa kematian ibumu karena ulah Dokter kami".
"Tapi memang benarkan? andai Dokter itu tidak terlalu fokus pada pasien lain, pasti ibuku masih ada sekarang ini. Padahal sudah jelas ibuku korban yang mengalami luka paling parah malam ini".
"Tapi Kau justru lebih mengutamakan pasien yang yang lukanya tidak sebanding dengan ibuku ini". sergah anak korban itu lagi.
"Kau bukan nya melihat jelas bagaimana Dokter Zayna begitu berusaha menyelamatkan ibumu"?
"Aku tidak peduli kerja keras kalian, Aku hanya butuh ibuku kembali. Kembalikan ibuku .. kembalikan dia". teriak pria 17 tahun itu kembali.
Dokter Anya menyeringai, dia bisa memanfaatkan keadaan keluarga korban ini untuk bisa menjatuhkan Zayna yang dia anggap sebagai gadis sombong dan selalu cari perhatian dengan semua orang.
"Ada apa ini"? ujar Dokter Anya yang pura-pura tidak mengerti dengan keadaan saat ini.
"Dokter ini telah membunuh ibuku, dia lalai dalam bekerja, dan Aku akan menuntutnya nanti!
"Maafkan atas kelalaian kami, Dokter ini adalah Dokter baru di departemen IGD kami. Baru kemarin dia bekerja disini, jadi mungkin beliau masih kurang berpengalaman dalam menangani pasien luka bakar seperti ibumu ini. Sekali lagi saya mohon maaf". jelas Dokter Anya yang sengaja menyudutkan Zayna.
"Kata maaf tidak akan bisa mengembalikan ibuku"!
"Apa-apaan ini Dokter Anya". teriak suster Icha yang sudah 10 tahun ini menjadi kepala perawat di UGD.
"Yang saya katakan memang benar suster Icha, Dokter Zayna ini baru lulus berapa hari yang lalu. Dan dia sudah ditugaskan menjadi Dokter tetap di bangsal kita ini, bahkan yang kudengar sekarang dia juga menjadi Dokter panggilan di bangsal VVIP".
"Jelas dia akan menganggap bangsal kita ini tempat uji coba dan main-mainnya, karena kebanyakan pasien yang dibawa keruang UGD terlebih dulu, adalah pasien biasa dan BPJS. Kalau pasien VVIP tentu penanganannya langsung keruangan khusus".
Dokter Anya semakin memojokan keadaan Zayna.
"Jaga kata-kata anda Dokter Anya"! sergah Zayna.
Semua orang yang ada di ruangan itu mulai saling melirik dan berbisik-bisik tentang Zayna. Bahkan ada yang langsung bersikap sinis padanya, mereka tidak menyangka ternyata Zayn, bukan gadis polos dan baik seperti yang mereka pikirkan.
Sebab untuk bisa andil menjadi Dokter VVIP harus memerlukan kerja keras berapa tahun lamanya, dan sertifikasi praktik dari para profesor dan petinggi rumah sakit dahulu. Bangsal VVIP bukan sembarang bangsal, disana Dokter yang di tunjuk benar-benar Dokter yang berpengalaman dan bisa diandalkan.
Karena pasien VVIP kebanyakan adalah anak dari para pejabat dan konglomerat. Semua yang dirawat di kamar VVIP tentu ingin fasilitas yang terbaik dari pihak rumah sakit. Bukan hanya dari kenyamanan tempat, tapi SDM hebat dan berpengalaman tentu menjadi prioritas utama untuk pasien bangsal VVIP.
"Dasar Dokter munafik dan matre! jadi Kau tidak sungguh-sungguh saat mengobati ibuku barusan? hanya karena kami ini pasien biasa dan bermodal BPJS saja Iya"? teriak anak korban itu kembali.
Zayna tidak mampu berkata-kata lagi sekarang, sungguh dia tidak pernah membeda-bedakan pasien dari fasilitas yang mereka miliki. Dimata Zayna semua pasien sama dimatanya, wajib diobati dan di selamatkan dengan semua upaya yang dia punya.
Keadaan diruangan itu semakin tidak kondusif dan tidak terkendali, anak laki-laki remaja itu berdiri dan mengambil nampan, wadah peralatan medis yang ada disana, lalu ia lemparkan dengan cukup kuat ke arah Zayna yang masih terduduk lemas dilantai.
Praaannggggg ...
"Dokter Zayna awas". teriak berapa suster disana.
semoga Zayna bisa melewatinya.