NovelToon NovelToon
My Genius Twins Baby And CEO

My Genius Twins Baby And CEO

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Patahhati / Balas Dendam / Single Mom / Anak Genius
Popularitas:40.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Lunoxs

Haura, seorang gadis pengantar bunga yang harus kehilangan kesuciannya dalam sebuah pesta dansa bertopeng. Saat terbangun Haura tak menemukan siapapun selain dirinya sendiri, pria itu hanya meninggalkan sebuah kancing bertahtakan berlian, dengan aksen huruf A di dalam kancing itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MGTB And CEO BAB 15 - Seperti Bintang

Pagi-pagi sekali, Haura dan beberapa rekannya sesama buruh mulai memanen cabai. Hari ini, Haura panen raya.

Tak hanya Haura dan keluarganya, semua warga desa pun ikut bahagia atas keberhasilannya itu.

Dalam sekali panen ini, ia mendapatkan keuntungan besar, karena bertepatan dengan harga cabai yang sedang mahal. Tak main-main, Shakir memborong semua cabai Haura sebanyak 1 ton senilai 30 juta rupiah.

Terperangah, Haura tak percaya, namun kini sejumlah itulah uang yang ada didepan matanya.

"Ini tidak salah Tuan?" tanya Haura memastikan, sebelum ia mengambil uang yang diulurkan oleh Shakir itu.

"Jangan panggil aku Tuan Haura, panggil saja Bang," jawab Shakir tanpa menjawab pertanyaan Haura.

"Ini harga yang pas untuk semua cabaimu dan aku akan jadi pembeli tetap, jadi jangan dijual kepada orang lain," timpal Shakir lagi, seraya tersenyum begitu lebar. Entahlah, tiap kali melihat dan menatap Haura, bibirnya seolah bergerak sendiri membentuk sebuah lekungan.

"Alhamdulilah, terima kasih Bang," jawab Huara penuh syukur. Sumpah demi apapun, ia tak menyangka jika hasilnya akan sebesar ini.

5 tahun ia menjadi buruh, hanya mampu menyisihkan uang sebanyak 8 juta.

Dan saat bertani, ia hanya butuh waktu 3 bulan untuk menunggu, dan kini ia mendapatkan uang yang tak pernah terbayangkan jumlahnya sebanyak itu.

Ini semua, tak lepas dari campur tangan sang anak, Azzam.

Mendengar Haura memanggilnya dengan sebutan Bang, Shakir serasa muda kembali, jantungnya berdetak lebih cepat, seolah merasa kasmaran.

"Tuan, saatnya kita pergi." Mail datang dan menyadarkan lamunan Shakir. Seketika Shakir tersentak dan mengangguk dengan linglung.

Akhirnya Shakir berpamitan, 1 minggu lagi ia akan kembali kesini untuk panen yang ke dua.

Tak lama setelah Shakir pergi, Adzan Magrib berkumandang dengan merdu. Matahari mulai turun, menciptakan rona merah di ujung langit sana.

Haura dan semua keluarganya shalat Magrib secara berjamaah, Azzam yang memimpin shalat saat itu.

Suara Azzam terdengar begitu jelas ketika membacakan surat Al-fatihah, dan kata Amin menggema di rumah kecil mereka, rumah yang masih berdinding kayu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari-hari berlalu berganti bulan, setiap jamnya jadi lebih sibuk bagi Haura. Seperti menemukan cahayanya yang hilang, kini Haura jadi lebih bersemangat.

Mengurus perkebunannya dengan hati yang merasa lega. Seolah tak ada lagi beban.

Perihal ayah kedua anaknya? ia sudah tak ambil pusing. Benarlah yang diucapkan nenek Aminah, membenci pria itu sama saja ia membenci Azzam dan Azzura.

Kini Haura sudah pasrah, menyerahkan semua garis hidupnya pada Allah. Ia sadar, jika ia dan pria itu sudah terikat takdir, menjadikan Azzam dan Azzura ada di dunia ini.

Jika kelak suatu hari nanti ia kembali bertemu dengan pria itu, Haura tak akan membenci. Ia akan memperkenalkan kedua anaknya dengan cara yang baik.

lagi, Haura tersenyum. Wajahnya berseri, seperti mengisyaratkan suara hatinya yang tak lagi membenci.

Saat ini, musim tanam cabai Haura yang pertama sudah usai. Tanaman cabai Haura sudah dicabut dan diratakan oleh tanah. Menunggu tanah itu beristirahat, baru kelak mereka akan mulai menanam lagi.

Uang yang terkumpul, tidak mereka pakai untuk menyenangkan diri ataupun membangun rumah semewah mungkin, apalagi sampai berpoya-poya.

Selain berbagi, Azzam juga mengatakan, jika sebaiknya uang itu digunakan untuk membeli lahan. Jadi mereka tak perlu menyewa lagi.

Haura menuruti saran sang anak, entahlah dimata Haura, semakin hari Azzam selalu nampak lebih dewasa, meskipun usianya masih balita, anak usia 5 tahun.

Berkat kerja keras mereka itulah, kini mereka sudah memiliki lahan sebesar 1 hektar, tercatat atas nama Haura.

Hubungan mereka dengan Shakir pun semakin hari semakin dekat, bahkan Shakir tak segan menawarkan pada Haura untuk menanam sayuran jenis lain. Shakir akan tetap setia menjadi pemborong.

"Bu, musim tanam berikutnya ibu tidak usah turun tangan. Ibu awasi saja dan kita membayar orang," jelas Azzam, kini ia, sang ibu dan adiknya duduk di teras rumah.

Malam ini bintang begitu banyak bertebaran di langit sana, mereka bertiga ingin menikmati itu dengan saling memeluk erat. Sementara Aminah, memutuskan untuk tidur lebih dulu.

"Tapi ibu masih sanggup Zam, tidak masalah ibu ikut bantu, malah pekerjaannya akan makin cepat selesai," jelas Haura mencoba memberi pengertian.

"Ibu jangan egois, semuanya mau dikerjakan sendiri, berilah orang lain lapangan pekerjaan Bu," balas Azzam tak mau kalah.

Haura tersenyum, makin memeluk Azzam yang berada di sebelah kirinya.

"Bener kata Abang Bu, ibu beristirahat saja, bermain dengan Zura," timpal Azzura tak mau kalah. Azzura pun sebenarnya merasa iba, tiap kali melihat ibunya bekerja, dibawah terik matahari bermandikan keringat.

"Baiklah-baiklah, ibu akan beristirahat mulai sekarang," jawab Haura pasrah, lalu memeluk erat Azzura yang berada di sebelah kanannya.

Berakhir dengan memeluk kedua anaknya erat.

"Bintangnya indah ya Bu, Azzura mau jadi bintang seperti itu," ucap Azzura saat kembali menatap langit.

"Kenapa mau jadi Bintang? Bintang cuma ada waktu malam, siangnya dia hilang." Azzam yang menanggapi.

"Tidak apa-apa hilang, yang penting Azzura sudah memberikan kebahagiaan pada semua orang," balas Azzura sengit.

Kedua anaknya terus berdebat, sementara Haura hanya tersenyum memperhatikan.

Seperti de javu, seolah kejadian ini pernah dialaminya dimasa lalu. Membicarakan tentang menghilang setelah membahagiakan semua orang.

"Sudah berdebatnya, ayo masuk. Ini sudah larut malam," ajak Haura seraya bangkit dari duduknya.

Azzam dan Azzura mengikuti. Mereka semua masuk ke dalam rumah. Menyusul Aminah untuk beristirahat.

1
Erlinda Noviyani
gemesss bgt Zuraa
Erlinda Noviyani
real orang kaya begini nih, sat set pasang tower 😂
Erlinda Noviyani
merinding euyyy
Han Lifa
Luar biasa
Nisa Wati
mampus lu
Nisa Wati
betul itu karma itu ada
Christina Hartini
tes DNA moga² gk ada yg julid yg merubah hasil DNA
Christina Hartini
memang bisa narik Luna untuk dihancurkan 🤪
Christina Hartini
haura ikhlaskan hatimu, maafkan Adam untuk kebahagiaan anakmu dan kebahagiaanmu sendiri🥰🥰🥰🥰
Christina Hartini
oalah Thor...sampai aku mengeluarkan air mata😂🥰🥰
Christina Hartini
wahhh sdh ketemu sepupunya, Azzam semangat untuk ketemu papanya💪 jangan takut
Christina Hartini
semoga kegigihan Adam untuk tetap mencari wanita yang dinodainya akan segera berakhir dan mereka bisa hidup bahagia asalkan uler nya bisa hilang
Christina Hartini
untungnya Azzam menuruni ayahnya, jiwa usahanya sehingga meski msh kecil sdh fasih untuk berusaha 👌👍
Christina Hartini
semoga cepat ketemu ya Thor, anak dan ayahnya...kasihan🤭
Christina Hartini
semoga Azzam dpt segera bertemu dengan ayahnya, kasihan
Christina Hartini
akhirnya Adam dpt menemukan orang yang telah ditidurinya, smg dpt bertemu, kl jodoh gk akan kemana pasti ketemu
Christina Hartini
Azzam jeniusnya kebangetan, tanpa sekolah bisa ngalahkan anak SMA😘
Christina Hartini
Azzam dan Azzura apa artinya nek
Christina Hartini
kok sdh tahu nama desa dipedalaman Kalimantan apakah sdh pernah kesana
Mina
berasa melihat bang Hotman sedang bicara menggebu2😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!