Dikehidupan pertamanya, dia adalah seorang teroris yang paling kejam, dan terus diburu oleh pihak kepolisian diseluruh dunia. Tangannya telah merenggut ribuan nyawa orang yang tak berdosa.
Namun petualangannya berakhir saat pesawat yang dia tumpangi terbang menukik dari ketinggian jelajah 35.000 kaki.
Siapa yang menyangka, jika jiwanya akan masuk kedalam tubuh seorang permaisuri yang lemah dan juga buruk rupa. Sanggupkah dia mengubah kehidupan malang yang dialami oleh pemilik tubuh yang ditempatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 03
Akhirnya Huang Yue Li pun kembali ke gubuk bersama Wei Wei sambil menenteng dua ekor ikan gemuk yang baru saja dibersihkannya.
Wei Wei pun segera mempersiapkan tungku, untuk membakar kedua ikan itu, sementara Huang Yue Li saat ini telah kembali ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian.
Wei Wei melirik ke arah kantong besar yang tadi dibawa dari tengah hutan, dia pun mulai meneliti satu persatu tanaman yang diambil oleh Huang Yue Li.
Dia benar-benar sangat penasaran melihat berbagai macam rumput yang dicabut oleh sang permaisuri, mata gadis itu pun terbelalak kaget, ternyata tak hanya rumput bahkan ada beberapa batang bunga dan juga jamur-jamur kecil yang diambil oleh junjungannya itu.
Hang Yue Li pun segera mendekat ke arah Wei Wei dan memperhatikan raut wajah pelayan setianya itu, yang sesekali menarik nafas lelah.
"Kenapa kau melihat seperti itu, Wei Wei?" tanya Huang Yue Li. Wei Wei pun segera melirik ke arah majikannya, kemudian dia pun segera memberitahukan pemikirannya.
"Yang mulia, Bukankah ini rumput? Kenapa yang mulia harus mencabutnya?" tanya Wei Wei, Huang Yue Li pun akhirnya tertawa terbahak-bahak, sepertinya Wei Wei memang tidak terbiasa dengan berbagai macam sayuran, sehingga dia tidak bisa membedakan yang mana rumput dan yang mana sayuran yang bisa dimakan.
"Ini bukan rumput tetapi sayuran, siang ini kita akan memasak." ucap Huang Yue Li. Dia pun segera menyuruh Wei Wei untuk mengiris-iris bahan dan juga sayuran yang telah dicuci kemudian mulai memasak.
Aroma ikan bakar mulai tercium oleh kedua gadis yang nampak telah mulai merasa kelaparan itu, Wei Wei segera mengambil piring untuk diberikan kepada majikannya.
Huang Yue Li pun segera menyimpan satu ekor ikan bakar di atas piring itu, "Dimana piringmu, Wei Wei?" tanya permaisuri Huang Yue Li.
Wei Wei tersenyum canggung dan langsung menjawab, "Piring hamba ada di dapur yang mulia." ucapnya.
"Ambil piringmu dan duduklah! Kita makan bersama ucap Huang Yue Li. Wei Wei langsung terperangah mendengar ucapan dari junjungannya itu, 'Sejak kapan permaisuri Huang Yue Li bersedia makan bersama seorang pelayan?' namun demi untuk menjaga agar junjungannya itu tidak marah, akhirnya Wei Wei pun segera menurut dan mengambil piringnya.
Huang Yue Li menyimpan 1 ekor ikan bakar di atas piring Wei Wei, kemudian dia pun segera mengajak gadis pelayan itu untuk mulai makan, keduanya nampak sangat lahap, setelah beberapa waktu yang lalu hanya bisa memakan bubur encer, hari ini keduanya bisa memakan ikan bakar yang sangat enak.
Apalagi ditambah dengan tumis sayuran yang baru saja diketahui oleh Wei Wei, setelah itu mereka pun makan buah yang sangat segar.
"Yang mulia, lalu untuk apa daun-daun dan juga tanaman ini?" tanya Wei Wei sambil menunjuk beberapa bahan herbal.
Huang Yue Li pun segera memberi tahu, "Aku akan membuat masker dan juga lulur dengan bahan-bahan itu." ucap Huang Yue Li.
"Masker? Lulur? Apa itu? Apakah bisa dimakan yang mulia?" tanya Wei Wei dengan polosnya.
"Astaga Wei Wei! Masker itu untuk wajah dan lulur itu untuk seluruh badan, supaya kau bisa terlihat sangat cantik nantinya." ucap permaisuri Huang Yue Li.
Wei Wei pun akhirnya mengangguk, meskipun di dalam hati dia masih belum mengerti apa yang dimaksud oleh permaisuri Huang Yue Li, tapi dia tetap berpura-pura mengerti.
Huang Yue Li pun segera meminta agar Wei Wei menumbuk bahan-bahan yang telah dia ambil dari dalam hutan, dan mencampurkannya hingga halus.
Tuk tuk tuk tuk...
Terdengar suara yang sangat kencang, begitu Wei Wei mulai menumbuk bahan-bahan herbal itu. "Tumbuk sampai halus bahan-bahan herbalnya, Wei Wei!" ucap Huang Yue Li.
Wei Wei pun menurut, dia terus saja menumbuk semua bahan itu hingga halus. Huang Yue Li pun segera mengambil masker, yang telah dibuat oleh Wei Wei, kemudian menempelkannya di wajah.
Wei Wei hanya menatap apa yang dilakukan oleh majikannya itu dengan penuh penasaran, entah apa yang diperbuat oleh junjungannya itu, hingga harus menempelkan berbagai macam dedaunan yang sudah ditumbuk ke wajahnya.
Huang Yue Li juga meminta kepada Wei Wei untuk melakukan hal yang sama, awalnya Wei Wei ingin menolak, namun melihat wajah Huang Yue Li yang tiba-tiba saja langsung masam, akhirnya gadis pelayan itu pun segera mengambil racikan yang telah dia tumbuk tadi dan mulai menempelkannya di wajah.
"Ayo kita berbaring, Wei Wei! Setelah racikannya kering, kita akan segera membersihkan diri." ucap Huang Yue Li sambil membaringkan tubuhnya, Wei Wei pun ikut tidur tak jauh dari Huang Yue Li, entah apa yang terjadi, Wei Wei saat ini merasakan jika racikan yang dibuatnya tadi terasa begitu dingin dan sangat nyaman diwajah.
Dia ingin kembali bertanya pada Huang Yue Li, tapi saat melihat majikannya itu sudah tertidur dengan sangat lelap, Wei Wei pun tak berani membangunkannya, dan memilih untuk ikut tidur bersama sang majikan.
Hari sudah beranjak sore saat kedua gadis itu terbangun, Wei Wei segera mengambil baskom yang berisi air untuk majikannya itu mencuci muka, sedangkan dirinya akan melakukan hal itu nanti dibelakang gubuk.
Wajah Huang Yue Li yang awalnya terlihat sangat buruk rupa itu pun akhirnya berubah sedikit demi sedikit, bahkan bentol-bentolnya terlihat mulai mengering.
Gadis itu pun tersenyum puas, meskipun saat ini kecantikan Huang Yue Li belum sempurna, tapi dia sangat yakin jika, racikan yang dibuat oleh Wei Wei itu, benar-benar bekerja dengan sangat baik, bahkan sangat menakjubkan.
Wei Wei segera pergi kebelakang gubuk, dia ingin segera membersihkan wajah, tak lama dia pun melihat pantulan wajahnya yang sangat mulus dan terlihat lebih putih, hingga membuat Wei Wei melotot tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Astaga..! Apakah ini aku? Benar-benar sangat cantik! Aku bahkan tak berani memimpikan memiliki wajah yang sehalus ini." monolog Wei Wei sambil melangkahkan kakinya keruang tamu.
Dia semakin dibuat menganga tak percaya, saat menatap wajah permaisuri Huang Yue Li yang saat ini sudah mulai berangsur-angsur sembuh, jerawat dan juga bentol-bentol besar yang ada di wajahnya pun mulai mengering.
.
.
.
"Yang mulia, ada surat dari istana." ucap salah seorang prajurit seraya mendekati seorang pemuda tampan yang kini mengulurkan tangannya, untuk mengambil gulungan yang ada ditangan prajurit itu.
Prajurit itu pun segera memberikannya pada kaisar, kemudian bergegas pergi dari sana. Dia harus segera kembali ke pos tempat dia berjaga tadi, agar tidak ada penyusup yang masuk ke camp militer mereka.