Baca aja 👊😑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendi 20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Candra berubah?
.
Candra kembali mencium bibir Kirana dengan rakus. Rasa manis di bibir Kirana membuat Candra menjadi kecanduan dan tak ingin melepaskan ciumannya itu sebelum dirinya benar-benar puas.
Kirana yang awalnya memberontak dan berusaha mendorong tubuh Candra untuk menjauh darinya kini mulai terdiam. Gadis kota itu mulai terbawa suasana. Perlahan namun pasti, Kirana mulai membalas lumatan bibir Candra yang membuat Candra semakin semangat untuk melahap bibir gadis itu.
"Cpkkk ... Cpkkk ... Cpkk ...."
Kedua mata mereka terpejam dan semakin lama ciuman yang mereka lakukan semakin dalam. Mereka terlihat begitu menikmati momen tersebut.
Beberapa menit kemudian.
Kirana menepuk-nepuk punggung Candra karena merasa dirinya sudah kehabisan nafas dan tak dapat melanjutkan ciuman mereka lagi. Candra yang paham akan hal itu pun segera melepaskan tautan di bibir mereka.
Keduanya mengambil nafas secara cepat dengan nada yang terlihat naik dan turun.
Setelah beberapa detik saling bertatapan. Candra pun segera berdiri dari atas tubuh Kirana.
"Sudah sore. Ayo, kita pulang!" Candra mengulurkan tangannya untuk membantu Kirana berdiri. Kirana pun menerima uluran tangan tersebut.
Candra dan Kirana berjalan pulang ke rumah. Mereka terlihat seperti biasa saja seolah kejadian tadi tidak pernah terjadi.
Di sepanjang perjalanan, Candra hanya diam, begitu pun dengan Kirana. Sesekali Kirana melirik ke arah Candra yang terlihat fokus menatap jalan yang ada di depan mereka.
'Kenapa dia tiba-tiba diam?' gumam Kirana dalam hatinya.
Sesampainya di rumah. Candra langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa mengucapkan satu kata pun pada Kirana. Hal itu pun membuat Kirana kebingungan sekaligus keheranan dengan perubahan sikap Candra yang tiba-tiba menjadi pendiam setelah mereka berciuman cukup lama di tepi danau tadi.
Karena Kirana tidak ingin ambil pusing. Ia pun juga masuk ke dalam kamarnya.
Setibanya di dalam kamar. Kirana melempar tubuhnya ke atas kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya sembari melamun. Kejadian tadi masih terputar di otaknya, di mana Candra menciumnya secara paksa. Namun, anehnya Kirana justru sangat suka dengan hal itu.
Perlahan-lahan Kirana menyentuh bibirnya sendiri. Ia masih belum menyangka jika ciuman pertamanya kini telah direnggut oleh Kepala Desa itu.
Malam hari.
Tap ... Tap ... Tap ...
Kirana menuruni tangga. Pandangannya langsung tertuju pada Nyonya Amira yang sedang menata makanan di atas meja. Kirana pun segera mendekati Nyonya Amira lalu membantunya menata makanan di atas meja.
"Bekal yang kamu bawa tadi, dihabiskan Candra kan, Sayang?" tanya Nyonya Amira yang segera dibalas anggukan oleh Kirana.
"Iya, Tante. Candra memakannya sampai habis tak tersisa," jawab Kirana yang membuat Nyonya Amira langsung tersenyum puas ketika mendengarnya.
"Baguslah. Ngomong-ngomong, jangan panggil aku Tante lagi dong. Mulai sekarang aku adalah ibumu. Jadi panggil aku dengan sebutan Ibu," ujar Nyonya Amira.
"I--Ibu?" ulang Kirana dengan nada terbata-bata.
"Iya, Sayang," jawab Nyonya Amira dengan lembut.
"Baik, Bu." Kirana tersenyum dengan bahagia karena Nyonya Amira begitu baik, menganggap dirinya sebagai anaknya sedikit.
Setelah menata semua makanan di atas meja. Tuan Raja pun datang dan segera duduk di kursi kebesarannya.
"Loh, Yah? Candra mana?" tanya Nyonya Amira melihat Tuan Raja datang seorang diri.
"Tidak tahu, Sayang. Mungkin anak itu sedang ada di kamarnya," jawab Tuan Raja.
"Ya ampun, anak itu kebiasaan banget!" gerutu Nyonya Amira yang hendak pergi untuk memanggil Candra tetapi langkahnya langsung terhenti ketika Kirana langsung menahan tangannya.
"Biar aku saja, Bu," ucap Kirana.
"Tidak usah, Sayang. Kamu makan saja bareng Ayah. Biar Ibu saja yang memanggilnya," ujar Nyonya Amira tetapi Kirana menolak dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku saja, Bu. Lebih baik Ibu tetap di sini, menemani Ayah makan," ucap Kirana.
"Baiklah, Sayang." Nyonya Amira pun hanya bisa pasrah. Sedangkan Kirana, segera bergegas ke lantai dua untuk memanggil Candra.
______________________________________
Tok ... Tok ... Tok ....
Kirana mengetuk pintu kamar Candra. Dan tak lama kemudian, pria itu membuka pintu kamarnya.
Tatapan mereka langsung bertemu satu sama lain.
"Ada apa?" tanya Candra dengan wajah yang terlihat datar, tanpa ekspresi sama sekali.
"I--Ibu memanggilmu untuk makan malam," jawab Kirana dengan nada terbata-bata.
"Nanti saja! Aku sedang sibuk!" Setelah mengatakan itu, Candra langsung menutup pintu kamarnya tepat di hadapan Kirana.
Hal itu pun membuat Kirana langsung terdiam. "Kenapa aku merasa dia tiba-tiba berubah?"
Bersambung.
Kok aneh menitipkan anak di rumah orang lain. Lebih wajar kalau ke rumah Kekek-neneknya atau paman-bibinya. Setidaknya ada hubungan kerabat.
Apalagi anak gadis.