Deskripsi
Perjalanan hidup seorang gadis perantauan, hidup dikota dengan harapan bisa merubah ekonomi keluarga nya.
Sebut saja Aisha, dia terkenal dengan sikap nya yang terkesan dingin, tak pandai berteman dan sering memilih untuk menyendiri.
Kesendirian itulah yang membuat nya bertemu dengan gadis cantik keturunan Korea.
Pertemuan itu pun akhirnya membuat Aisha nyaman dan memilih untuk berteman dengan gadis Korea yang sebenarnya tidak terlihat oleh mata teman-teman kerja nya.
Bagaimana kisah Aisha yang berteman dengan hantu?
Ikuti keseruan ceritanya hanya di novel karya putri cobain.
Silahkan membaca, ditunggu like komen dan jangan lupa subscribe nya, biar semangat update nya 😃😃🙏 terima kasih sebelumnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buku harian Ara
Malam itu, Sean pun bukan dibawa ke rumah nya, melainkan ke sebuah rumah yang terlihat sudah kosong, entah kenapa Sean lebih memilih pergi ke sana dari pada diantar pulang ke rumah nya.
"Belok kiri, setelah itu berhenti di depan."
Ucap Sean yang memberi tahu Adit.
Sementara itu, Rey pun dibuat marah pada Sean, karena Sean tidak pulang ke rumah nya.
"Ini anak bikin masalah terus, apa yang ada diotak nya."
Ucap Rey yang tahu jika Sean tidak pulang ke rumah nya.
"Mungkin itu rumah Ara, Sean sudah bicara tadi pagi, jika dia akan mengajak kita ke rumah Ara."
Jawab Aisha yang langsung membuat Rey kaget.
"Jadi Sean sudah bicara sebelumnya?."
Tanya Rey yang sudah sampai di depan rumah kosong itu.
"Sean!, lu yakin mau masuk sekarang?, apa tidak menunggu nanti."
Tanya Aisha yang melihat Sean yang sedikit lemah.
"Sekarang aja Sha, gua nggak mau bikin lu salah paham terus."
Jawab Sean yang berjalan perlahan dan membuka pintu rumah itu.
"Anjay, kita yang gebukin, kita juga yang bantuin, ini gimana ceritanya?."
Ucap Adit yang memapah tubuh Sean.
"Aduh,,,, tahu begini lu ngomong dari awal, kalau tahu lu mau kerumah Ara, gua nggak bakal gebukin lu."
Ujar Rey yang berjalan di belakang mereka.
"Apa!, ini rumah Ara, anjay!, kita kerumah hantu, apa tidak sebaiknya kita pulang saja."
Jawab Andi yang baru tahu jika itu adalah rumah Ara.
"Ara hantu baik hati, dia tidak akan mencelakai kita."
Jawab Aisha yang merasa jika Ara selalu bersikap baik pada nya.
"Mau baik, mau cantik, tetap saja hantu."
Jawab Andi yang langsung berganti posisi dan menyuruh Rey yang memapah Sean.
"Ya elah Andi, bagaimana jika Sean sampai terjatuh?."
Ucap Adit yang hampir saja terjatuh bersama dengan Sean, untung saja Rey langsung sigap membuat mereka tidak sampai terjatuh.
Mereka pun menyusuri rumah tua yang sudah tidak terawat lagi, bahkan tidak ada cahaya lampu yang menyala di sana, mereka pun hanya menggunakan lampu senter ponsel mereka masing-masing agar bisa sampai ke tempat Sean tuju.
"Kamar nya ada di atas, kalian saja yang masuk, gua nggak kuat."
Ucap Sean yang terlihat sangat kesakitan.
"Gila!, gua nggak mau masuk kamar hantu, gua nggak mau mati."
Teriak Andi yang langsung memeluk tubuh Rey.
"Berat bodoh!, lu kan bisa kesana sendiri."
Teriak Rey yang menyuruh Andi masuk ke dalam kamar Ara.
Melihat wajah Andi yang ketakutan, Aisha pun akhirnya memilih untuk masuk ke dalam kamar Ara.
"Biar gua aja, apa yang aku ambil disana."
Tanya Aisha yang melihat pintu kamar Ara.
"Ada buku di laci meja rias Ara, ambil dan bawa keluar, agar kalian bisa baca."
Jawab Sean yang melihat wajah Aisha.
"Biar gua antar, tidak mungkin jika hanya Aisha yang masuk ke sana."
Ucap Rey yang akhirnya ikut masuk ke dalam kamar Ara.
Mereka pun berjalan beriringan, perlahan melewati tangga yang sudah rusak.
Sesampainya di dalam kamar Ara, Aisha pun kaget saat melihat wajah Ara yang terlihat mesra bersama dengan Sean, bahkan di dinding kamar Ara masih tertulis kata "Sarengheo", yang membuat Aisha percaya dengan apa yang dikatakan oleh Rey.
Tidak ada sesuatu yang aneh di sana, meskipun sebenarnya, Aisha melihat sosok yang begitu mirip dengan Ara, mungkin kah itu orang tua Ara yang sudah tiada?, entah lah, semuanya belum terbuka.
"Aisha?, apa yang lu lihat?."
Tanya Rey yang tahu jika Aisha melihat sesuatu.
"Tidak ada, sebaiknya kita cepat keluar dari sini."
Jawab Aisha yang tidak kuat melihat kejadian yang langsung terlihat dimata nya, kejadian disaat Ara di paksa keluar dari kamar nya.
Terdengar suara tangisan Aisha, tidak tega melihat apa yang terjadi pada Ara semasa hidup nya, dan Rey pun dengan cepat langsung memeluk Aisha dan mengajak nya pergi setelah mengambil buku yang ada di laci meja rias Ara.
"Semua nya sudah terjadi, itu hanya rekam jejak masa lalu, yang tidak bisa di lihat oleh mata manusia, hanya orang terpilih saja yang sanggup melihat nya."
Ucap Rey yang berjalan keluar dari kamar Ara.
Sementara itu, Sean, Andi dan Adit sudah keluar dari rumah itu, karena ponsel Rey tiba-tiba habis baterai, sementara Andi dan Adit lupa menyimpan ponsel nya di motor.
"Aisha, aku tidak bisa mendekat jika ada Sean, ambil kalung liontin yang ada pada Sean."
Ucap Ara yang ada di depan mata Aisha.
"Apa itu sebuah energi penghalang?."
Tanya Aisha yang membuat Rey takut dan mengerti jika Aisha tidak berbicara sendiri.
"Ara pun mengangguk dan tiba-tiba tubuh nya langsung ditarik oleh pak Doni yang datang entah dari mana.
"Lari Sha, cepat lari."
Teriak Aisha yang langsung mengajak Rey keluar dari rumah itu.
"Lari Rey, ada energi yang mengejar kita."
Ucap Aisha yang berlari secepat mungkin.
"Ada apa Sha?, apa ada hantu, kemana mereka ini, kenapa tidak ada."
Ujar Rey yang mencari keberadaan teman-teman nya.
"Mungkin mereka sudah diluar."
Jawab Aisha yang berusaha memegang buku yang baru diambil nya.
Akhirnya, mereka pun berhasil keluar dari rumah Ara, dan Aisha pun langsung menyuruh teman-teman nya untuk segera pergi dari sana.
"Cepat pergi, kita harus keluar dari sini."
Teriak Aisha yang langsung di iyakan oleh Adit yang langsung mengendarai motor nya.
Mereka pun langsung mengendarai motor mereka dengan kecepatan tinggi,
dan benar saja, ada kekuatan jahat yang ingin membuat mereka celaka.
"Awas!, di depan ada pintu kereta."
Teriak Rey yang memberi tahu Adit.
Sayang, Adit seakan tidak mendengar teriakkan Rey, sehingga membuat Rey mempercepat laju motornya dan menabrak motor Adit hingga terjadi kecelakaan hebat.
"Aaaaaaa, aaaaaaa, aaaaa."
Teriakan suara mereka yang terdengar sangat keras.
Saat itu, mereka pun terjatuh di pinggir rel kereta api, dan sekejap mata, kereta apa pun melintas di samping mereka, sedikit saja, mereka sudah terlindas jika tidak sempat di tabrak oleh Rey.
Dalam keadaan sadar dan tidak sadar, Aisha masih dengan kuat memegang erat buku milik Ara.
"Bukunya Sean, jangan sampai diambil pak Doni."
Teriak Aisha yang entah kenapa bisa melihat pak Doni disana.
"Sadar Sha!, jangan halu, nggak ada pak Doni disini."
Ucap Andi yang saat itu masih sadar.
"Bagaimana bisa, kenapa Rey nabrak gua tadi, mau bikin kita mati!."
Tanya Andi yang melihat Rey menabrak motor Adit.
Adit, Rey, dan Sean terlihat terkapar di tengah jalan, untung saja ada beberapa pengendara yang lewat dan langsung membawa mereka ke rumah sakit.
Beberapa hari kemudian, setelah pulang dari rumah sakit, Adit pun mulai mempertanyakan mengapa Rey tega menabraknya, jika hanya untuk mencelakai Sean, kenapa harus dengan mereka juga.
Persahabatan mereka kini diuji, Adit dan Andi justru salah paham dengan Rey.
"Buku apa yang kamu ambil Sha?."
Tanya Aska yang mendengar berita tentang apa yang terjadi pada Rey dan teman-teman nya.
"Hanya buku harian Ara, tapi apa gunanya, jika hanya berisikan tentang Ara saja."
Jawab Aisha yang terlihat memegang buku harian Ara.
"Pasti ada sesuatu Sha, tidak mungkin Sean menyuruh kalian untuk mengambil nya."
Jawab Aska yang langsung melihat isi buku harian Ara.
"Tunggu Sha!, simbol apa ini?."
Tanya Aska pada Aisha.
"Ya elah, hanya sebuah coretan tangan Ara, apa uniknya."
Jawab Aisha yang menganggap itu hanya coretan biasa.
"Coba lu lihat, ada simbol tujuh titik dengan titik merah ditengah, apa lu tidak tertarik Sha?."
Tanya Aska yang melihat jika coretan itu sebuah simbol.
"Benar, simbol apa ini?, dan titik ini seakan menunjukkan sebuah peta, peta apa ini, apa sebuah petunjuk kah?."
Tanya Aisha yang melihat wajah Aska.
"Sepertinya, bagaimana jika kita mencoba mencari petunjuk itu, siapa tahu ada hubungannya dengan semua kejadian itu."
Jawab Aska yang juga memiliki perasaan yang sama dengan Aisha.
Akhirnya, mereka pun berusaha untuk menghubungi Rey, Andi dan Adit, hanya saja, tidak ada jawaban dari mereka semua, mereka berdua pun akhirnya memutuskan untuk pergi berdua mengikuti petunjuk yang ada pada buku harian Ara.
Petunjuk apakah itu?
lanjutkan semangat menulis dan berkarya selalu