NovelToon NovelToon
Season Hunter

Season Hunter

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Iblis / Mengubah Takdir / Fantasi Isekai / Summon
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: LauraEll

Aditya, seorang gamer top dalam Astaroth Online, mendadak terbangun sebagai Spectra—karakter prajurit bayangan yang ia mainkan selama ini. Terjebak dalam dunia game yang kini menjadi nyata, ia harus beradaptasi dengan kekuatan dan tantangan yang sebelumnya hanya ia kenal secara digital. Bersama pedang legendaris dan kemampuan magisnya, Aditya memulai petualangan berbahaya untuk mencari jawaban dan menemukan jalan pulang, sambil mengungkap misteri besar yang tersembunyi di balik dunia Astaroth Online.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LauraEll, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 14 : Kemenangan dan Kesetiaan yang Diperoleh dengan Darah

Spectra berdiri di tengah gua yang kini sunyi, hanya diterangi sisa-sisa cahaya dari lingkaran sihir yang telah memudar. Tubuhnya terasa berat, tetapi ia tahu tugasnya belum selesai. Di belakangnya, Arkane berdiri tegap dengan ekspresi serius.

“Sekarang waktunya menyelamatkan mereka,” kata Spectra sambil melangkah menuju sel-sel batu tempat para tawanan ditahan.

Arkane mengangguk dan segera membantunya memecahkan kunci besi menggunakan pedangnya. Di dalam sel-sel itu, warga desa yang diculik terkulai lemah. Beberapa dari mereka masih hidup meski tubuhnya penuh luka dan kurus kering. Namun, di antara para tawanan, Spectra menemukan beberapa yang telah tak bernyawa.

“Ini… terlambat untuk mereka,” bisik Arkane, suaranya berat.

Spectra mengepalkan tinjunya, berusaha menekan kemarahan dan rasa bersalah yang mulai menghantuinya. “Kita selamatkan mereka yang masih bisa kita tolong.”

Arkane mengangkat salah satu tawanan yang masih bernapas, sementara Spectra memimpin jalan keluar. Ia menggunakan kekuatan esnya untuk membuka jalur melalui gua, memastikan semua tawanan yang masih hidup bisa kembali dengan selamat.

Saat mereka mengeluarkan para tawanan, getaran halus menggema di gua. Dari dalam kegelapan, terdengar suara auman panjang dan geraman yang berat. Spectra segera menyuruh Arkane membawa para tawanan ke tempat aman sementara ia berjaga.

Munculnya Serigala Berlapis Baja

Seekor serigala raksasa dengan tubuh berlapis baja dan tanduk bercahaya emas muncul dari bayang-bayang, matanya merah menyala. Suara geraman rendahnya menggema, menandakan amarah yang terpendam.

“Serigala bertanduk lagi!,” gumam Spectra, menyiapkan pedangnya.

Serigala itu melompat dengan kecepatan mengagumkan, cakarnya menghantam lantai batu dengan kekuatan besar yang hampir membuat Spectra kehilangan keseimbangan. Ia berguling ke samping, menghindari serangan berikutnya, lalu menghunus pedang dengan satu gerakan cepat.

“Kalau kau pikir ini akan mudah, kau salah,” desis Spectra. Ia menyerang balik dengan kombinasi serangan pedang dan sihir es. Kristal es mulai membentuk duri besar di sekitar serigala, mencoba membatasi gerakannya.

Namun, serigala itu lebih cerdas dari yang diduga. Dengan satu kibasan ekornya yang besar, ia menghancurkan kristal-kristal tersebut dan menyerang Spectra tanpa jeda.

Pertarungan berlangsung sengit, dengan cahaya biru es dan kilatan emas tanduk serigala itu saling beradu. Spectra menahan serangan demi serangan, tetapi ia tahu tidak akan bisa bertahan lama.

Akhirnya, ia mengumpulkan semua kekuatannya dalam satu serangan besar. Dengan tangan yang memancarkan cahaya biru pekat, ia memanggil pusaran es raksasa yang membekukan gua dan melumpuhkan serigala itu. Tanduk emasnya retak, dan makhluk itu jatuh dengan auman terakhir sebelum membeku sepenuhnya.

Setelah berhasil membawa tawanan ke luar gua, Spectra melihat seorang wanita yang tengah terduduk lemah di pojok ruangan. Rambutnya hitam legam, matanya penuh keputusasaan. Namun, saat wanita itu melihat Spectra, wajahnya langsung berubah.

“Elira,” panggil Spectra, mengenali wanita itu sebagai ibu dari gadis kecil yang meminta bantuannya di Guild Eldenris.

Elira berdiri dengan gemetar, air mata mengalir di pipinya. “Kau… Kau datang… Aku pikir aku tidak akan pernah melihat putriku lagi.”

Spectra mengangguk. “Dia aman di desa. Aku datang atas permintaannya.”

Elira jatuh berlutut di depan Spectra, menangis tanpa henti. “Terima kasih... terima kasih sudah menyelamatkan kami.”

Arkane, yang berdiri di dekat Spectra, menatap pemandangan itu dengan ekspresi datar tetapi penuh penghormatan. “Kita harus kembali ke desa. Mereka membutuhkan kabar tentang keluarga mereka.”

Spectra mengangguk lagi, lalu membantu Elira berdiri. Ia memimpin kelompok itu kembali ke desa dengan hati yang berat, memikirkan mereka yang tidak sempat diselamatkan.

Desa itu geger saat Spectra dan Arkane muncul dari balik hutan dengan para tawanan. Warga desa bergegas menyambut mereka, memeluk kerabat mereka yang selamat. Tangisan kebahagiaan bercampur dengan kesedihan untuk mereka yang tidak berhasil kembali.

Seorang tetua desa mendekati Spectra, dia adalah ibu kepala desa.Dia mengangguk penuh rasa hormat. “Kami tidak tahu bagaimana harus berterima kasih. Anda telah melakukan lebih dari yang pernah kami harapkan.”

Spectra hanya membalas dengan anggukan kecil. “Kami melakukan apa yang harus dilakukan.”

Namun, tidak semua kabar baik. Sebagian keluarga harus menerima berita bahwa orang yang mereka cintai telah meninggal di tangan para vampir. Suasana di desa itu menjadi campuran antara rasa syukur dan duka mendalam.

Elira memeluk putrinya erat-erat, air mata terus mengalir di pipinya. Gadis kecil itu menatap Spectra dengan rasa kagum, bibirnya melontarkan kata-kata kecil yang nyaris tidak terdengar, “Terima kasih…”

Spectra memalingkan wajah, tidak ingin terlihat terlalu terpengaruh oleh emosi. Arkane menepuk bahunya pelan. “Kita sudah melakukan yang terbaik.”

Malam tiba, dan Spectra serta Arkane bersiap untuk kembali ke Eldenris. Namun, saat mereka mencapai tepi desa, dua sosok muncul dari kegelapan. Itu adalah Celeste dan Sylvie, kedua vampir yang sebelumnya mereka kalahkan.

“Kami belum selesai,” ujar Celeste dengan nada dingin, matanya bersinar merah di bawah cahaya bulan.

Spectra menghela napas panjang, meletakkan tangan di gagang pedangnya. “Aku tidak punya waktu untuk ini. Aku sudah lelah, dan kalian seharusnya belajar menerima kekalahan.”

Namun, Sylvie melangkah maju, wajahnya penuh kemarahan. “Kami tidak akan menerima kekalahan begitu saja! Jika kau benar-benar kuat, buktikan sekali lagi. Kalau kami kalah, kami bersumpah akan melayani dan mengikuti perintahmu.”

Arkane melirik Spectra. “Ini bisa jadi peluang. Menguasai dua vampir seperti mereka akan memperkuat posisimu.”

Spectra memandang kedua vampir itu dengan tatapan tajam. Akhirnya, ia mengangguk. “Baiklah. Ini yang terakhir. Jika kalian kalah lagi, kalian akan tunduk kepadaku.”

Pertarungan pun dimulai. Celeste dan Sylvie menyerang dengan kecepatan dan kekuatan penuh, jauh lebih agresif dari sebelumnya. Spectra, yang tubuhnya sudah kelelahan, berusaha keras menangkis setiap serangan mereka.

Arkane melompat ke medan pertempuran, menghadapi Celeste sementara Spectra berhadapan dengan Sylvie. Pertarungan berlangsung sengit, dengan cahaya biru es dan kilatan merah gelap saling beradu di tengah malam.

“Tidak buruk untuk seseorang yang lelah,” ejek Sylvie saat serangannya hampir mengenai Spectra.

Namun, Spectra tetap tenang. Ia memusatkan energinya, menciptakan gelombang es yang melumpuhkan pergerakan Sylvie sesaat. Di sisi lain, Arkane menunjukkan keahliannya dengan pedang, membuat Celeste kesulitan untuk melawan.

Akhirnya, setelah beberapa menit pertarungan yang intens, Spectra dan Arkane berhasil mengalahkan kedua vampir itu sekali lagi. Celeste dan Sylvie terjatuh, napas mereka tersengal-sengal.

“Kalian kalah,” ujar Spectra dengan suara tegas, pedangnya diarahkan ke mereka.

Celeste dan Sylvie saling berpandangan sebelum akhirnya menundukkan kepala mereka.

“Baiklah,” kata Celeste dengan nada pasrah. “Kami telah kalah. Seperti janji kami, mulai sekarang kami adalah pengikutmu.”

Spectra menurunkan pedangnya. “Jika kalian ingin melayani aku, kalian harus meninggalkan cara kalian yang lama. Tidak ada lagi menculik atau membunuh manusia. Dan ubah penampilan kalian agar tidak mencurigakan.”

Sylvie mendesah, tetapi akhirnya mengangguk. “Kalau itu perintahmu, kami akan menurut.”

Dengan sihir mereka, Celeste dan Sylvie mengubah penampilan mereka. Sayap mereka bisa di sembunyikan, kulit mereka menjadi sedikit lebih berwarna, dan mata merah mereka kini tampak seperti manusia biasa.

Arkane memandang mereka dengan rasa puas. “Sekarang kau memiliki sekutu yang kuat.”

Spectra mengangguk, meskipun ekspresinya tetap datar. Ia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan ancaman yang lebih besar menunggu di depan. Namun, dengan Arkane, Celeste, dan Sylvie di sisinya, ia merasa lebih siap menghadapi apapun yang akan datang.

Mereka berempat melangkah meninggalkan desa menuju Eldenris, meninggalkan jejak kemenangan yang pahit manis di belakang mereka.

1
reza cryon
Lanjutin thor keren
Ell: Tenang Up tiap hari pantengin aja ya/Joyful/
total 1 replies
reza cryon
Lyra chan 🥺
reza cryon
waduwww😍
reza cryon
Boleh boleh maid nya xixiii
Musiba Bibabi
Duh mati dong :)
mugenda meme
wih up up thor
Musiba Bibabi
Update thorr buru
Ell: Siap bos otewee
total 1 replies
SINDY💐
novel kamu lebih bagus dari pada punya aku🙊
Ell: ehh engga juga kok kak tetep semangat yahh/Determined/
total 1 replies
SINDY💐
baru y?
Ell: Iyah nih kak makasi dah like😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!