Setelah meninggal nya kedua orang tua, Niko Dinata tinggal bersama Tante nya, dia menjadi pemuda yang urakan dan pemalas, selalu saja berbuat onar dengan memalak pedagang pasar yang ada di dekat rumahnya.
**
bertemu dengan Eca Permatasari, gadis
manis yang di kenal dengan segudang prestasi nya, tak perlu banyak tebar pesona untuk membuat para cowok bertekuk lutut padanya, dia hanya mencintai satu pria yang bernama Hanif, cowok yang selalu setia menemani nya di kampus.
**
Bagaimana jadinya kalau sang ayah tiba-tiba menjodohkan Eca dengan Niko dan langsung menikahi nya, pria yang dipandang rendah oleh Eca, tapi kenyataan dapat di andalkan dalam segala sisi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofiwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Istri Cemburu.
Niko masih berhadapan dengan Eca yang terlihat memampang wajah kesal setelah perbuatan Niko, Niko masih mempunyai batas kesabaran menghadapi istrinya yang menurutnya itu sangat menyebalkan.
"Padahal sudah jelas loh, pundak kamu di pegang cowok itu, kamu lagi mau aja di pegang-pegang" Kata Niko membela diri.
Eca mendongak dengan mata membulat, seakan dirinya semakin tak bisa disentuh.
"Omongin baik-baik, jangan pakai kekerasan!" Tegur Eca.
Niko tak kalah dingin nya saat menatap Eca, maju satu langkah dan saling mandang wajah, kedua pipi Eca tiba-tiba di cubit lumayan keras oleh Niko. Karena wajah Eca di mata Niko terlihat menggemaskan kalau sedang marah.
Balasan dari Eca saat pipinya dicubit adalah menendang selangkangan Niko — tanpa Niko sadari, lengahnya dia di manfaatkan perempuan itu dengan sangat baik.
"MAKAN TUH MULES!" Kata Eca. Sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Niko yang sedang membungkuk menahan mulas dengan kedua tangan memegangi titik sakitnya.
"Lama-lama saya unboxing juga kamu ya!" Teriak Niko melihat punggung ramping perempuan itu yang sudah menjauh darinya.
Seketika tendangan itu dilihat oleh dua orang yang bukan lain itu Daffa dan Saiful, mereka bela sungkawa dan ikut merasakan ngilu yang dirasakan oleh Niko.
"Bro, are you okay?" Tanya Saiful —jongkok sambil memegang pundak Niko.
Niko yang masih membungkuk lemas, mengangkat kepala hanya untuk memperlihatkan wajah merahnya. Pasrah jika mereka menganggap dirinya hiperbola.
"Buset, jadi ngeri saya kalau ada di dekat Eca" Daffa ikut bersuara.
"Ngapain kamu kesini?" Ketus Niko setelah melihat tampang Daffa — Hatinya masih kalut dengan keributan barusan dengan dirinya.
"Ah sorry kalau ke ganggu, niat saya ingin minta maaf, makanya saya menghampiri anda di mari" Jawab Daffa.
"Iya jangan salah paham dulu, niat Daffa hanya ingin meminta maaf kalau sudah lancang pegang istri kamu" Saiful menimpali.
"Ha? kok bisa tau saya suaminya?"
"Indah yang memberitahu saya" Jawab Daffa.
"Oh" Jawab datar Niko, dirinya terus menerus mengeluarkan suara desis seperti ular.
"Kencang ya tendangan Eca? Sampe sebegitu nya kamu nahan mulas" Kata Daffa.
"Seberapa kuat sih tuh cewek nendang kamu? Lemah lu ah" Ejek Saiful — Merasa dirinya sudah akrab dengan Niko.
"Mau, punya situ saya dengkulin?" Ancam Niko.
Saiful buru-buru menangkap aset berharga nya ketika Niko sudah mulai berdiri dan mengangkat satu kaki.
"Becanda yaelah" Kata Saiful.
"Oh iya ini pesanan kamu ketinggalan di warung, sekalian ini saya bawa untuk kasih ke kamu" Kata Daffa.
Niko mengambil bungkus makanan itu, sambil menyerahkan uang dua puluh ribuan ke Daffa sebagai bayaran makanan yang di pesan nya.
"Thanks bro"
Niko pergi dari lokasi — niatnya ingin makan di kamar kosnya, namun ada Indah yang tiba-tiba datang meminta tolong untuk mengantarkan mencari kartu perdana ponsel nya.
"Saya mau makan ndah, terus habis itu mau ngerjain data yang kamu tinggal resign" Kata Niko menolak halus.
"Cuma kamu yang ada motor, saya sungkan kalau minjem motor ke warga desa" Kata Indah.
"Hmm, yaudah ayo" Dengan lembut dan penuh senyum, Niko langsung membawa indah ke tempat kos nya terlebih dahulu untuk mengambil sepeda motor.
"Oh iya Eca juga nitip kartu, sinyal disini jelek banget" Kata Indah.
"Gampang, uangnya Eca sudah di kasih ke kamu?" Tanya Niko.
"Sudah, dia mau beli kartu kouta internet harga 20 ribu — katanya mau menghemat biaya selama ada disini" Jawab Indah
"Mana uang Eca sini kan, saya ganti dengan kouta internet nya yang paling besar" Kata Niko sambil menadahkan telapak tangan, meminta uang itu diberikan kepadanya.
"Ih so..sweet" Indah berbicara dengan nada melambat — gemas.
**
"Indah belum balik juga ya?" Tanya Eca kepada Luna.
"Belum ca, saya belum lihat" Jawab Luna.
Eca belum sadar kalau ada Luna disamping nya, karena setelah menitip kartu kepada Indah, Eca sempat mendengarkan ajakan Indah ke Luna untuk menemani nya membeli kartu.
Pikiran yang lemot itu mendadak kembali normal, setelah dia berdiam diri sambil memikirkan sesuatu yang mengganjal pikirannya.
"Bentar? Kamu bukan nya mau antar Indah pergi nyari kartu Lun?" Tanya Eca.
Luna menggeleng "Gak jadi, katanya mau diantar sama seorang cowok"
Perkataan Luna semakin membuat Eca nambah gerah, selain masih kesal, dia merasa sedikit cemburu, karena sudah tahu siapa yang di maksut Luna.
Dia melirik jam tangannya, sudah menunjukan pukul 13.00, hampir lima jam Indah pergi bersama Niko. "Hmm"
Eca masuk ke dalam kamarnya hanya untuk merebahkan diri setelah bicara panjang lebar di salah satu sekolah dasar yang ada di desa.
Ya, Eca baru saja menuntaskan salah satu program KKN nya, berkunjung ke salah satu sekolah dasar untuk berguru sambil mengajarkan anak-anak disana caranya berhemat uang dengan menabung.
Eca hampir memejamkan mata, namun dirinya kini merasakan hatinya semakin gerah ketika ingat wajah Niko yang bersarang di otaknya.
Eca bangkit dari rebahan nya, membuat Reva yang ada disamping nya heran ketika melihat perempuan itu mendadak gelisah.
Keluar dari kamar membawa buku yang sama sekali tidak dia baca, mondar mandir tidak karuan, Novia dan Fitri yang melihat Eca seperti orang yang sedang panas hati, mereka hanya bisa saling pandang.
"Tin"
Klakson tiba-tiba tak sengaja dipencet oleh Niko ketika sampai di depan posko KKN Eca.
Indah turun dari motor, dan Niko stay di motor sembari melihat kecantikan Eca, namun..
"Dari mana kamu sama cowok itu" Labrak Eca tidak menyebutkan nama Niko. Karena sadar posisi dia sedang berada di posko.
"Habis beli kartu lah, Nih kartu kamu" Jawab Indah memberi kartu yang terpampang harga 250 ribu di plastiknya.
Eca sedikit mengerut, menyimpan pertanyaan tentang kartu itu — mendahulukan pertanyaan tentang Indah yang berlama-lama dengan Niko.
"Budek apa? Saya tanya habis dari mana" Kata Eca dengan tatapan membara.
"Dari pasar" Jawab Indah.
"Ngapain? Ngedate?" Kata Eca.
"Ngedate mata lu!" Ketus Indah. "Saya habis ngurus program KKN" Sambung Indah bicara.
"Mana coba lihat apa yang sudah kamu kerjain?" Kata Eca.
Indah merasa dirinya sedang lelah dan tidak mau berdebat panjang, langsung memberi kertas berkas-berkas nya ke Eca.
Eca melihat dan memeriksa kertas yang sudah indah berikan.
"Hah, cuma ngurus beginian hampir lima jam?" Kata Eca.
"Maksut kamu apa sih" Kata Indah mulai tersinggung.
Seketika, Luna Fitri dan Novia yang sedang beristirahat mendadak keluar posko, setelah mendengar perdebatan antara Indah dan Eca.
Niatnya ingin memisahkan mereka, cuma Eca lebih dulu di tarik oleh Niko dalam dekapan nya.
"Ada apa ribut-ribut" Sahut Daffa tiba-tiba menghampiri, kebetulan dia baru juga pulang dari puskesmas bersama ketiga teman cowoknya.
"Gak ada ketua, sudah aman ada cowok ini" Jawab Luna menunjuk Niko.
Daffa tersenyum, dirinya merasa telah di bantu oleh Niko sebagai penengah keributan anggota-anggota nya selama KKN berlangsung.
"Kamu cemburu bilang aja — jangan gengsi!" Kata Niko menyentil kening Eca yang terus mengelak saat di serbu pertanyaan oleh Niko tentang alasan nya tiba-tiba marah.
"Diam kamu, saya masih marah sama kamu!"
"Niko dengan saya sudah berteman ca, saya sudah tau siapa Niko di hidup kamu, tenang saja — saya gak akan usil kamu lagi selama KKN ini berlangsung." Kata Daffa.
"HAH?" Eca membeku tak mengerti apa yang Daffa ucapkan. Setelahnya dia melihat kartu lalu menoleh ke perawakan indah yang sudah ada di dalam posko.
"Ohya kartu ini kok, woy indah!!" Kata Eca tiba-tiba berteriak, Niko memegang untuk menahan laju Eca.
"Itu saya yang belikan" Kata Niko.
bukan om,