seorang gadis kecil yang saat itu hendak pergi bersama orang tua ayah dan ibunya
namun kecelakaan merenggut nyawa mereka, dan anak itu meninggal sambil memeluk bonekanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika ananda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
penyebab Bruno menjadi jahat
Bruno, boneka beruang yang dulunya menjadi teman setia Angelica, kini berubah menjadi jahat. Penyebabnya bukan hanya karena arwah Angelica yang menghuni tubuh boneka itu, tapi karena keinginan Angelica yang keras untuk tetap berada di dunia.
Angelica merasa takut dan kesepian di alam barat. Ia merindukan keluarga dan kehidupannya di dunia. Ia menolak untuk meninggalkan dunia ini dan berusaha mencari cara untuk tetap hidup.
Arwah Angelica menemukan cara untuk tetap berada di dunia melalui Bruno, boneka beruang kesayangannya. Ia memasuki tubuh boneka itu dan mencoba menguasai Bruno.
Namun, arwah Angelica merasa kecewa. Bruno bukan manusia yang bisa melakukan apa yang ia inginkan. Bruno hanya boneka yang tidak bisa berbicara dan bergerak sesuka hatinya.
Kekecewaan dan keinginan keras Angelica untuk tetap hidup membuat arwahnya menjadi jahat. Ia mulai menguasai Bruno dan menggunakan boneka itu untuk menjalankan keinginannya yang sesungguhnya, yaitu balas dendam pada orang-orang yang menyakiti dan meninggalkannya di dunia ini.
Angelica mencengkram erat kain beludru Bruno, mata arwahnya menatap kosong ke depan. Ingatan terakhir yang ia ingat adalah suara keras benturan dan rasa sakit yang menyerbu tubuhnya.
"Paman," gumam Angelica, suaranya hanya bisa didengar oleh Bruno, "Aku tidak akan melupakan apa yang kau lakukan."
Angelica mengingat dengan jelas kejadian naas yang merenggut nyawa ayah dan ibunya. Pamannya, orang yang seharusnya melindunginya, justru yang berbuat jahat. Ia telah menabrak mobil orang tuanya dengan sengaja, membuat rem mobil mereka blong hingga terjadi kecelakaan maut itu.
"Kau membunuh keluargaku!" teriak Angelica, kemarahan menggelegak dalam hatinya. "Aku tidak akan membiarkanmu lolos!"
Rasa kebencian dan keinginan balas dendam membakar jiwa Angelica. Ia menginginkan pamannya merasakan penderitaan yang sama seperti yang ia rasakan.
Namun, Angelica sadar bahwa ia sudah meninggal. Ia hanya sebuah arwah yang tak berdaya.
"Aku harus mencari cara," gumam Angelica, "Aku harus membalas dendam!"
Angelica menatap Bruno, boneka beruang kesayangannya. Ia mengingat betapa ia sangat menyayangi boneka itu. Ia selalu tidur memeluk Bruno setiap malam.
"Bruno," bisik Angelica, "Tolong aku."
Tiba-tiba, Angelica merasa ada kekuatan yang menyerbu tubuhnya. Ia merasa bisa bergerak dan berbicara lagi.
"Aku bisa bergerak!" teriak Angelica, kegembiraan menyerbu hatinya. "Aku bisa membalas dendam!"
Angelica kemudian menguasai tubuh Bruno. Ia menggunakan tubuh boneka itu untuk menjalankan keinginannya, yaitu membalas dendam pada pamannya.
Sedangkan di tempat lain Arsy paman dan bibi Angelica tampak berpesta karena rencananya berhasil,
Arsy tersenyum sinis sambil menatap dari balik tirai rumahnya. Ia memandangi mobil keluarga Angelica yang melesat menjauh, meninggalkan jejak debu di jalan tanah.
"Akhirnya," gumam Arsy, suaranya berbisik dengan kepuasan. "Mereka sudah pergi."
Arsy menarik napas dalam-dalam dan menatap kembali jalan yang sepi itu. Ia merasa lega karena rencananya berhasil. Ia telah membuat rem mobil keluarga Angelica blong sehingga terjadilah kecelakaan maut itu.
"Angelica, kau tidak akan lagi menjadi saingan ku," gumam Arsy, sambil menertawai diri sendiri. "Aku akan mewarisi semua harta kekayaan keluargamu."
Arsy merasa bahagia karena ia telah menyingkirkan Angelica dan keluarganya. Ia tidak menyangka bahwa rencananya akan secepat ini berhasil. Ia menganggap bahwa segalanya telah selesai dan ia akan hidup tenang dan bahagia dengan harta warisan keluarga Angelica.
Namun, Arsy tidak tahu bahwa bahaya sedang mengintai di balik senyum sinisnya. Arwah Angelica masih hidup dan bertekad untuk membalas dendam. Ia bersembunyi di dalam tubuh boneka beruang kesayangannya, Bruno.
"Aku tidak akan membiarkanmu lolos," gumam Angelica, suaranya hanya bisa didengar oleh Bruno. "Aku akan membalas dendam."
Arsy dan istrinya, Lita, tertawa lebar sambil menikmati segelas wine di teras rumah mereka. Suasana malam yang tenang dan angin sepoi-sepoi membuat mereka merasa nyaman dan bahagia.
"Kau tahu, Sayang," kata Arsy, sambil menatap Lita dengan senyum licik. "Aku merasa lega setelah menyingkirkan Angelica dan keluarganya."
Lita menangguk setuju. "Iya," jawab Lita. "Sekarang kita bisa hidup tenang dan bahagia dengan harta warisan mereka."
Mereka bersulang dengan gelas wine mereka dan melanjutkan percakapan mereka. Namun, tiba-tiba suasana hening terpecah oleh suara keras benturan.
"Apa itu?" tanya Lita, dengan wajah yang ketakutan.
Arsy menatap sekeliling dengan waspada. Ia tidak menemukan apa-apa yang mencurigakan.
"Mungkin hanya kucing," jawab Arsy, sambil mencoba menenangkan Lita.
Namun, tiba-tiba sebuah guci yang terletak di pojok teras jatuh dengan sendirinya. Guci itu pecah berhamburan, membuat Arsy dan Lita terkejut bercampur takut.
"Astaga!" teriak Lita, sambil menghindar dari pecahan guci.
Arsy berdiri dengan cepat dan mendekati guci yang pecah itu. Ia menatap ke sekeliling dengan waspada, mencari penyebab guci itu jatuh.
"Siapa yang menjatuhkan guci ini?" tanya Arsy, dengan suara yang gemetar. "Ada orang di sini?"
Namun, tidak ada satu pun orang yang menjawab pertanyaan Arsy. Suasana hanya diisi oleh keheningan yang menyeramkan.
Arsy menatap sekeliling dengan waspada, mencari sumber suara yang menyeramkan itu. Ia merasa takut dan bingung.
"Siapa itu?" bisik Arsy, dengan suara yang gemetar.
Tiba-tiba, sebuah boneka beruang muncul di hadapan mereka. Boneka itu berdiri tegak dengan senyum yang mengerikan.
"Halo, Arsy," kata boneka itu, dengan suara yang menyeramkan. "Aku Bruno."
Arsy dan Lita terkejut bercampur takut. Mereka tidak pernah melihat boneka itu sebelumnya.
"Dari mana kamu?" tanya Arsy, dengan suara yang gemetar.
"Aku datang untuk menemui mu," jawab Bruno, dengan senyum yang mengerikan. "Aku ingin membalas dendam atas kematian Angelica."
Arsy dan Lita terkejut mendengar kata-kata Bruno. Mereka mulai merasakan bahwa mereka sedang berhadapan dengan sesuatu yang sangat mengerikan.
"Kau tidak bisa menyakiti kami," kata Arsy, dengan suara yang gemetar. "Kau hanya sebuah boneka."
Bruno tertawa mengerikan. "Jangan meremehkan aku," jawab Bruno. "Aku bukan boneka biasa."
Bruno kemudian menyerang Arsy dan Lita. Ia berlari ke arah mereka dengan kecepatan yang menakutkan.
Arsy dan Lita berteriak ketakutan dan berusaha menghindar dari serangan Bruno. Namun, Bruno terlalu cepat dan kuat. Ia menyerang mereka dengan keganasan yang menakutkan.
Suasana rumah Arsy yang sebelumnya tenang dan nyaman, kini berubah menjadi mencekam tatkala Bruno muncul. Udara di sekitar mereka berasa dingin dan menyeramkan.
Lampu yang menghiasi teras berkedip-kedip tak menentu, seolah ikut merasakan ketakutan yang menyelimuti Arsy dan Lita. Bayangan Bruno yang menyeramkan terpantul di kaca jendela, menambah ketakutan mereka.
"Astaga!" teriak Lita, sambil menarik tangan Arsy dan berlari masuk ke dalam rumah.
Mereka bersembunyi di balik meja makan, mencoba menenangkan diri. Napas Lita terengah-engah, matanya menatap ketakutan ke arah pintu.
"Arsy, kita harus pergi dari sini!" bisik Lita, dengan suara gemetar.
Arsy menatap Lita dengan wajah yang pucat. Ia merasa takut, tapi ia juga merasa marah.
"Tidak," jawab Arsy, dengan suara yang tegas. "Aku tidak akan meninggalkan rumahku."
Arsy berdiri dan mengambil sebuah vas porselen yang terletak di meja makan. Ia bertekad untuk menyerang Bruno dengan vas itu.
"Aku akan menyingkirkan boneka itu," gumam Arsy, dengan suara yang bergetar. "Aku tidak akan membiarkan dia menyakiti kita."
Lita menarik tangan Arsy dengan kuat. "Jangan, Arsy," bisik Lita. "Kau tidak akan menang melawan boneka itu."
Namun, Arsy menolak untuk mendengarkan Lita. Ia bertekad untuk menyerang Bruno dan menyingkirkan boneka itu dari rumahnya.