Ji An Yi adalah seorang gadis biasa yang mendapati dirinya terjebak di dalam dunia kolosal sebagai seorang selir Raja Xiang Rong. Dunia yang penuh dengan intrik, kekuasaan, dan cinta ini memaksanya untuk menjalani misi tak terduga: mendapatkan Jantung Teratai, sebuah benda mistis yang dapat menyembuhkan penyakit mematikan sekaligus membuka jalan baginya kembali ke dunia nyata.
Namun, segalanya menjadi lebih rumit ketika Raja Xiang Rong-pria dingin yang membencinya-dan Xiang Wei, sang Putra Mahkota yang hangat dan penuh perhatian, mulai terlibat dalam perjalanan hidupnya. Di tengah strategi politik, pemberontakan di perbatasan, dan misteri kerajaan, Ji An terjebak di antara dua hati yang berseteru.
Akankah Ji An mampu mendapatkan Jantung Teratai tanpa terjebak lebih dalam dalam dunia penuh drama ini? Ataukah ia justru akan menemukan sesuatu yang lebih besar dari misi awalnya-cinta sejati yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilatin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23 Kau terus mengatakan bahwa ini adalah jebakan.
Malam itu, Ji An duduk di paviliunnya, menatap rembulan yang bersinar redup. Lin Li berdiri di sampingnya, membawa secangkir teh hangat.
"Nona, apakah keputusan ini benar?" Lin Li bertanya pelan, suaranya mengandung kekhawatiran. "Jika Permaisuri Yang Xi mengetahui rencana kita, bukankah itu akan menjadi bahaya besar untuk kita berdua?"
Ji An menyesap teh dengan tenang sebelum menjawab, "Aku tidak punya pilihan lain, Lin Li. Jika aku diam saja, Permaisuri Yang Xi akan terus menjebakku. Dan jika aku terlalu cepat bertindak, aku tidak akan punya cukup bukti untuk melindungi diriku."
Lin Li mengangguk pelan, meski raut wajahnya tetap penuh kecemasan.
"Besok, aku ingin kau mengawasi Xiao Mei," lanjut Ji An. "Pastikan dia tidak mendapat ancaman baru dari Permaisuri. Jika dia ketakutan dan mengubah kesaksiannya, kita akan kehilangan segalanya."
Lin Li mengangguk dengan tekad. "Baik, Nona. Hamba akan melakukannya."
Di sisi lain istana
Permaisuri Yang Xi duduk di kamarnya bersama salah satu pelayannya yang paling setia, Yan Fei.
"Bagaimana reaksi Ji An setelah jebakan itu?" tanya Permaisuri dengan senyum licik.
Yan Fei membungkuk. "Hamba mendengar bahwa Selir Ji An Yi sempat dipanggil oleh Raja Xiang Rong. Tapi tampaknya tidak ada keputusan yang diambil oleh Yang Mulia."
Permaisuri Yang Xi mengernyit, sedikit tidak puas. "Hmph, dia memang pintar menyelamatkan dirinya. Tapi aku tidak akan berhenti sampai dia benar-benar terhapus dari istana ini."
Yan Fei mengangguk patuh. "Apakah Yang Mulia memiliki rencana lain?"
Permaisuri tersenyum dingin, matanya memancarkan kebencian. "Ya. Aku akan membuatnya kehilangan kepercayaan Raja Xiang Rong sepenuhnya. Kali ini, tidak akan ada jalan keluar untuknya."
Keesokan harinya
Xiao Mei, yang kini berada di bawah pengawasan Lin Li, terlihat gelisah sepanjang pagi. Ia tahu bahwa dirinya telah terjebak di antara dua kekuatan besar—Ji An dan Permaisuri Yang Xi.
Namun, ketika ia melihat Ji An memasuki dapur dengan tenang, ada rasa lega yang aneh di hatinya. Ji An tidak terlihat marah atau menuntut, tetapi lebih seperti seseorang yang siap untuk melindunginya.
"Xiao Mei," Ji An memanggilnya lembut.
"Hamba, Nona," jawab Xiao Mei sambil membungkuk.
Ji An mendekat dan menatapnya dengan serius. "Hari ini, kau harus lebih berhati-hati. Aku tahu Permaisuri mungkin akan mencoba menghubungimu lagi. Jika itu terjadi, kau harus segera memberi tahu Lin Li atau aku."
Xiao Mei mengangguk dengan gugup. "Hamba mengerti, Nona."
Namun, belum sempat mereka melanjutkan pembicaraan, seorang pelayan lain tiba-tiba masuk dengan wajah panik.
"Nona Ji An Yi!" katanya dengan nada terengah-engah.
Ji An menoleh, alisnya terangkat. "Ada apa?"
"Raja Xiang Rong memanggil Anda ke ruangannya sekarang juga!"
Ji An dan Lin Li saling berpandangan, penuh tanda tanya. Apa lagi yang terjadi sekarang?
Di ruang kerja Raja Xiang Rong
Ketika Ji An tiba, Raja Xiang Rong berdiri di dekat jendela, memunggunginya. Di atas mejanya, terlihat sebuah kotak kecil yang terbuka, memperlihatkan segenggam bubuk herbal yang tampak familiar.
"Masuklah," suara Xiang Rong terdengar tegas, meski ada nada dingin di dalamnya.
Ji An melangkah maju, membungkuk hormat. "Yang Mulia memanggil hamba?"
Raja Xiang Rong berbalik, menatap Ji An dengan tatapan tajam. "Kau mengenali ini?" tanyanya sambil menunjuk bubuk herbal di dalam kotak itu.
Ji An menahan napas, tetapi ia tetap tenang. "Hamba mengenalinya, Yang Mulia. Itu adalah bubuk herbal yang digunakan untuk menjebak hamba beberapa waktu lalu."
Xiang Rong menyipitkan matanya. "Lalu bagaimana ini bisa ditemukan di dekat dapur pagi ini, di tempat yang biasa kau kunjungi?"
Ji An tertegun. Ini adalah jebakan baru.
Ji An menarik napas dalam-dalam, berusaha mempertahankan ketenangannya di bawah tatapan tajam Raja Xiang Rong. Ia tahu, jika ia tidak berhati-hati, tuduhan ini bisa menjadi akhir baginya.
"Yang Mulia," Ji An memulai dengan suara tegas namun tetap sopan, "hamba tidak pernah membawa atau menggunakan bubuk ini setelah insiden sebelumnya. Hamba yakin ada seseorang yang mencoba menjebak hamba lagi."
Xiang Rong mendekat, matanya menyelidik setiap ekspresi Ji An. "Kau terus mengatakan bahwa ini adalah jebakan. Jika begitu, siapa menurutmu pelakunya?"
Ji An terdiam sejenak, menimbang kata-katanya. Jika ia menyebut nama Permaisuri Yang Xi tanpa bukti yang cukup, itu hanya akan memperburuk keadaannya.
"Hamba tidak bisa menyebut nama tanpa bukti, Yang Mulia," jawab Ji An akhirnya. "Namun, hamba berjanji akan menyelidikinya lebih jauh untuk membersihkan nama hamba."
Xiang Rong mengangguk kecil, seolah mempertimbangkan jawabannya. "Baik. Aku memberimu waktu. Tapi ingat, jika aku menemukan bahwa kau berbohong, tidak ada lagi tempat untukmu di istana ini."
Ji An menunduk hormat. "Hamba mengerti, Yang Mulia."
___
Di Paviliun Ji An
Malam itu, Ji An duduk di kamarnya bersama Lin Li dan Xiao Mei. Xiao Mei, yang wajahnya pucat, tampak gelisah.
"Nona," Lin Li berkata dengan nada mendesak, "ini pasti ulah Permaisuri. Dia pasti mencoba menjebakmu lagi. Kita harus segera bertindak."
Ji An mengangguk, matanya memancarkan ketenangan yang sulit ditebak. "Aku sudah menduga. Tapi kita tidak bisa sembarang bertindak tanpa bukti yang tepat. Ini adalah kesempatan kita untuk memutar balik rencana mereka."
Xiao Mei menatap Ji An dengan mata penuh ketakutan. "Nona, hamba takut jika hamba terlibat lebih jauh, Permaisuri akan menghukum hamba dan keluarga hamba."
Ji An meraih tangan Xiao Mei, menggenggamnya dengan lembut. "Xiao Mei, kau sudah mengambil risiko besar dengan mengaku pada kami. Tapi jika kita tidak melakukan sesuatu, kau akan terus berada dalam kendali Permaisuri. Aku berjanji, aku akan melindungimu."
Xiao Mei terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk dengan berat hati.
"Besok pagi," Ji An melanjutkan, "aku ingin kau membawa Lin Li ke dapur untuk mencari siapa yang meletakkan bubuk itu. Sementara itu, aku akan mencoba mendapatkan informasi lebih banyak dari orang-orang dekat Permaisuri."
Di Kediaman Permaisuri Yang Xi
Di sisi lain istana, Permaisuri Yang Xi duduk dengan senyum puas di wajahnya. Yan Fei berdiri di sampingnya, memberikan laporan tentang situasi di dapur pagi itu.
"Semua berjalan sesuai rencana, Yang Mulia. Raja Xiang Rong tampaknya mulai mencurigai Selir Ji An Yi," ujar Yan Fei.
Permaisuri mengangguk pelan. "Bagus. Ji An Yi mungkin pintar, tetapi dia tidak akan bisa lolos dari jebakan ini. Jika Raja akhirnya kehilangan kepercayaannya padanya, dia tidak akan punya tempat lagi di istana ini."
Namun, di balik senyumnya, Permaisuri tidak menyadari bahwa seseorang dari lingkarannya mulai meragukan kesetiaannya. Seorang pelayan baru yang ditugaskan di kediamannya tampak mencatat diam-diam setiap langkahnya.
Pelayan itu, tanpa sepengetahuan Permaisuri, sebenarnya adalah mata-mata yang dikirim oleh Putra Mahkota Xiang Wei.
tinggal kan jejak di cerita author gaesssss...
jangan lupa mmpir balik ya🥰