NovelToon NovelToon
Kebahagiaan Yang Hilang

Kebahagiaan Yang Hilang

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Anak Yatim Piatu / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Keluarga / Cinta Murni
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Gita Simamora

Kehidupan manusia memang dipenuhi dengan penderitaan. Namun apakah manusia akan selalu menangis dengan hal itu?
Jawabannya tidak, penderitaan yang datang bukan untuk ditangisi namun untuk bangkit menjadi sosok yang kuat dan mandiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gita Simamora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akankah semuanya berakhir?

"Dimanakah aku dapat singgah untuk mengutarakan apa yang sebenarnya terjadi dalam diriku????"

Saat Nala pulang bersama sang paman, ia langsung ke kamar dan melihat photo ayah dan ibunya. Sungguh ia sangat merindukan mereka. Nala langsung mengambil pena dan buku diarinya, ia menuliskan rangkaian kata yang mungkin itulah dirasakannya.

"Pantai, terlihat banyak kenangan di dalamnya. Menatap dari kejauhan dan selalu bertanya, "seindah apa di seberang pantai sana?" nyaman....tenang... adalah definisi pantai yang seharusnya aku dapatkan. Angin yang kencang seakan membawaku kepada perasaan ingin tenang dan menerima hidup yang kian menusuk seperti pisau tajam. Namun aku mengingat kembali bahwa kenangan pantai tidak setenang itu, melainkan kekecewaan semata. Akahkah ini berakhir??? Jawabannya adalah hanya sebuah harapan"

Sebenarnya hal yang paling menghantui Nala ialah suara dari ayah dan ibunya. Kehilangan mungkin sangat menyakitkan baginya akan tetapi jauh dari kata kehilangan ia hanya rindu ucapan lembut ayah dan ibunya. Perkataan itu yang tidak ia dapatkan sekarang, pamannya memang lembut tapi itu bukan ayahnya. Saat mencoba melupakan semua moment ia selalu gagal. Kesedihanlah yang selalu muncul di wajah cantiknya. Hatinya selalu sesak, dia ingin menghapus ingatannya mungkin bisa dengan penghapus ingatan.

Saat malam telah tiba, pamannya selalu mengajaknya untuk ibadah bersama. Namun ia menolak dan selalu menjawab, "untuk apa aku berdoa, sedangkan Tuhan saja tidak peduli terhadapku. Kalo Tuhan peduli kepadaku... Tuhan tidak akan mengambil ayah dan ibuku!"

Sang paman mengatakan, "bukan Tuhan tidak peduli kepadamu Nala, akan tetapi dia sangat peduli. Buktinya kamu masih hidup sampai saat ini. Jangan ngomong begitu ya!!"

Nala hanya terdiam dan mengacuhkan perkataan dari pamannya. Pada akhirnya sang paman tidak memaksakan Nala untuk beribadah bersamanya. Pamannya berpikir bahwa Nala hanya butuh waktu supaya pulih dari perasaan yang dialaminya.

Keesokan harinya saat disekolah, ia termenung ditengah keramaian dan keributan sekolah. Menatap orang-orang dengan kekosongan sambil memperhatikan lingkungannya yang tertawa, tersenyum bahagia seperti tidak ada beban. Sedangkan dirinya hanya menangis dalam hati tanpa ada sedikitpun mulut yang menyapanya. Sebenarnya ia ingin teriak dengan kencang tetapi dihentikan oleh rasa gengsi yang ada dalam dirinya.

Saat bell sekolah berbunyi Nala langsung pulang dengan jalan kaki karena pamannya memiliki pekerjaan mendadak. Pamannya sebenarnya bekerja di suatu pabrik kertas sebagai karyawan menetap. Karena banyaknya pekerjaan, pamannya memintanya untuk naik angkot saja saat pulang sekolah. Akan tetapi, Nala saat itu tidak ingin naik angkot melainkan jalan kaki. Karena sebenarnya sekolah dengan rumahnya tidak terlalu jauh Masin bisa ditempuh dengan jalan kaki.

Saat dijalan ia melihat anak laki-laki yang seumuran dengannya terjatuh karena dikejar-kejar oleh anjing. Melihat kakinya yang terluka, akhirnya Nala menolongnya dengan memberikan hansaplast yang disediakan oleh pamannya saat berangkat ke sekolah. Luka nya memang tidak parah hanya dibagian lutut yang memar sedikit. Jadi, bisa diobati hanya dengan hansaplast saja tidak harus ke rumah sakit.

kebetulan di dekat jalan tersebut ada tempat duduk sehingga mereka duduk disana. Saat itu laki-laki tersebut memperkenalkan dirinya.

"Hai, terimakasih ya sudah membantuku. Namaku Gio, nama kamu siapa?" tanya Gio kepadanya sambil tersenyum.

"Namaku Nala." ucap Nala sambil menunjukkan wajah datarnya.

"Salam kenal ya!!" ucap Gio kepadanya.

Nala hanya terdiam dan langsung berjalan pergi ke arah rumahnya. Gio yang melihat Nala langsung menghampirinya dan berkata, "Arah rumah kita sama, ayo kita bareng sama!" ucap Gio yang tidak mendapat respon sama sekali dari Nala.

Akhirnya Nala sampai di rumahnya, dan tiga rumah dari rumahnya adalah rumah Gio. Gio yang melihatnya ingin sekali berteman dengannya selain cantik, dia berpikir Nala adalah orang yang baik. "buktinya Dia membantuku tadi saat terjatuh." ucap Gio dalam hati.

Gio sebenarnya anak kelas 3 SMP disekolahnya sedangkan Nala kelas 2 SMP yang semestinya harus manggil kakak. Disekolah, Gio selalu menghampiri Nala karena melihat dirinya sering termenung dan sendiri. Saat Nala ke kantin, Gio selalu mengikutinya dari belakang.

"Kamu kenapa selalu mengikutiku? Ngekor mulu mulai dari kemarin!" ucap Nala dengan menunjukkan kerisihannya.

Dengan tersenyum santai, "Aku hanya ingin berteman denganmu, kulihat kamu sering sendiri dan termenung. Banyak pikiran ya???"

"Ngak urusanmu, pergi saja!!!" gertak Nala dengan wajah serius.

"Jangan langsung marah Nala, nanti cepat tua" ucap Gio dengan isengnya.

Ia sebenarnya sudah tahu bahwa Nala sedang sedih setelah kehilangan orangtuanya. Lagi pula ia ikut dalam kecelakaan tersebut, Gio pikir Nala mengalami trauma makanya tidak mau bergabung dengan orang-orang. Gio merasa kasihan terhadap Nala, karena akan semakin kesepian jika dia tidak memiliki teman.

Di sore hari, Gio datang ke rumah Nala yang kebetulan pamannya ada disana.

"Apakah Nala ada dirumah om?" tanya Gio kepada pamannya.

"Iya ada, bentar saya panggilankan" ucap pamannya.

"Nala, ini ada teman kamu. Sini bentar dehh.!" pinta sang paman.

Nala mengingat bahwa ia tidak memiliki teman. Akan tetapi, ia langsung datang dan menghampiri pamannya. Melihat Gio yang datang, Nala menyuruhnya untuk pulang saja.

"Ngapain kamu disini, pulang deh aku ngak mau diganggu!" ucap Nala dengan wajah yang sedikit judes.

Pamannya yang melihat Nala bersikap tidak sopan langsung menegurnya dan berkata "Nala kamu tidak boleh kayak gitu, dia hanya ingin bermain denganmu!!"

Nala tidak peduli dan langsung pergi meninggalkan Gio dan sang paman. Nala sibuk dengan memikirkan hidupnya yang semakin hari berantakan. Sedangkan Gio dan pamannya asik berbincang-bincang mengenai tingkah laku Nala yang semakin hari berubah drastis. Gio berpikir bahwa ia harus menjadi teman Nala supaya dia bisa lepas dari kekecewaannya. Setelah itu, akhirnya Gio pamit untuk pulang karena percuma Nala tidak akan mau bertemu dengannya.

Saat malam telah tiba, Nala menulis kembali di buku diarinya. Malam itu dipenuhi dengan suara hujan yang mengingatkannya kepada insiden yang menimpa keluarganya.

"Ayah..ibu... mengapa aku tidak berhenti memikirkan kalian?? Saat ini aku bimbing...aku sangat bingung harus melangkah kemana.. mengapa aku seperti ini ibu??? Rasa rinduku kepada kalian sungguh sangat besar. Bagaimana mengakhiri semua penderitaanku ini?? Aku sangat lelah dengan semua ini ayah..ibu.. Kayaknya aku sudah hilang arah sekarang. Andai waktu bisa kuulang kembali, aku ingin mengubah semuanya. Aku ingin kita tidak pergi berlibur di kala itu. Aku lebih baik mati saja ayah..ibu..."

Setelah menulis pikiran Nala di hantui dengan bayang-bayang hitam seperti berbisik supaya Nala mengakhiri semuanya. Nala berpikir ingin bunuh diri, Nala mengambil tali yang kebetulan ada di dapur rumah mereka. Nala mengambilnya dan ingin menancapkannya di langit-langit rumahnya. Sang paman merasa gelisah di kamarnya dan selalu memikirkan Nala. Akhirnya sang paman memutuskan untuk menghampiri Nala dikamarnya. Saat itu, pamannya melihat tali yang berada di tangan Nala.

"Untuk apa tali yang ada di tanganmu Nala?" Tanya sang paman dengan wajah curiga

"Bukan apa-apa paman..." ucap Nala dengan suara gemetar dan ketakutan.

pamannya langsung mengambil tali tersebut. Seketika Nala menangis dan mengatakan, "aku mati saja paman!!! Aku tidak mau hidup lagi"

Pamannya memeluk Nala dengan erat sambil ikut menangis dan mengatakan, "jangan begitu Nala, aku sangat sayang kepadamu! Aku akan disini bersamamu ya!"

Sang paman memang sangat mengasihi Nala karena ia masih lajang yang sudah tua. Ia tidak mau menikah karena selalu ditingal oleh beberapa orang yang membuat pamannya patah bayi. Pamannya akhirnya memutuskan untuk tidak menikah, ditambah lagi Nala yang atang ke kehidupannya yang membuat pamannya merasa harus menganggap Nala sebagai anaknya.

Malam yang sunyi dan di barengi air hujan menjadikan suasana tersebut menjadi terhanyut oleh kesedihan disertai air mata.

Bersambung...

1
Robitasari
hai kak mampir di karya aku juga yuk
✨Wyn한✨
Karakter-karakter ini begitu kuat, membawa cerita menjadi hidup.
Gita Simamora: Terimakasih, ditunggu selanjutnya ya.
total 1 replies
JustReading
Aku nunggu update terbaru setiap harinya, semangat terus author!
Gita Simamora: Pastinya, ditunggu ya!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!