~ hadirmu membuka luka lama yang susah payah kulupakan. _azzalea jhonson.
~ berlarilah sejauh yang kau mau namun, ingat tidak ada tempatmu kembali selain kepelukanku. _Deanirta wiliam.
Bagaimana jadinya jika kenyamananmu terusik karena kehadiran seseorang dari masa lalu. Menghindar atau menyambut? Yuk ikuti kisah selengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nilan sastia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 8
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"bagaimana?" tanya azalea saat sambungan teleponnya terhubung di seberang sana.
"beres nona saya akan mengirimkan lokasinya" jawab orang suruhan azalea.
"bagus" senyuman misterius di bibir gadis itu muncul. ia segera mematikan sambungan teleponnya dengan sorot mata yang di penuhi dengan dendam dan kebencian yang sangat kuat.
Ting.... Pesan masuk di aplikasi hijaunya azalea memeriksa dan ternyata dari orang suruhannya. pesan itu adalah titik lokasi di mana mangsanya sedang menunggu. Azalea menggenggam ponselnya dengan sangat erat ia sudah tidak sabar untuk bertemu.
Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 5 sore dan jam kerja azalea dirumah sakit sudah usai. Azalea membereskan tumpukan mapnya dan memasukkan barang barangnya ke dalam tas.
"inah, saya duluan yah" ucap azalea melewati meja kerja inah.
"iya, dok." jawab inah mengangguk ramah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
tak tak tak....
Bunyi hentakan suara sendal beradu dengan lantai. Azalea sedang menuruni tangga dari lantai 2 menuju lantai 1 dengan sedikit tergesa gesa.
"eh, sayang kapan kamu pulang?" tanya ariana mendongak menatap putrinya yang sudah rapi.
"sejak tadi ibu," jawab azalea terus menuruni anak tangga satu persatu.
"wah, anak ibu cantik sekali. Mau kemana emang?" tanya ariana yang melihat putrinya sudah rapi dengan dress malam yang pas bodi di tubuhnya. Rambut di tata rapi dan juga wanita itu memakain heels tinggi. Tidak biasanya putrinya berdandan dan keluar malam.
"iya ibu, aza ada janji makan malam dengan seorang teman" jawab azalea.
"oh, iya? Teman baru?" tanya ariana lagi yang sangat kepo dengan teman putrinya. Karena setahunya azalea tidak memiliki teman atau mungkin teman barunya di rumah sakit pikir ariana.
"iya, ibu. Aza pergi dulu I love you mother" pamit azalea mengecupi pipi ariana.
"hati hati sayang" ucap ariana terus mengekori putrinya hingga wanita itu sampai di garasi.
"iya ibu." jawab azalea setelah itu ia masuk kedalam mobilnya dan meninggalkan halaman rumahnya.
Setelah 15 menit ia mengemudi membelah jalanan malam. Azalea menepikan mobilnya di bahu jalan segera saja ia mengganti pakaiannya. Setelan kaos dan jeans panjang tak lupa ia mengganti heels menggunakan sepatu yang tersedia memang di dalam mobilnya.
Setelah mengganti pakaian ia kembali mengemudikan mobilnya menuju alamat yang dikirim oleh orang suruhannya. Namun, tanpa azalea sadari ada sebuah mobil yang tengah mengikutinya sedari diruamhnya tadi.
Azalea memarkirkan mobilnya di depan bangunan terbengkalai. Azalea melihat keluar jendela dan sekali lagi ia memastikan jika itu alamatnya sudah benar.
wanita itu meraih jaket yang sudah ia siapkan terlebih dahulu di sandaran kursi penumpang. setelah memakainya ia keluar dari mobilnya dan berjalan masuk kedalam bangunan itu.
"nona azalea?" tanya pria tegap yang di penuhi tato di seluruh tubuhnya.
Azalea hanya mengangguk, kemudian lelaki itu menunjukkan jalan untuknya.
Cek.... Lek...
Begitu pintu terbuka pandangan pertama yang azalea tangkap adalah sosok wanita yang tengah meringkuk di sudut ruangan. Dengan tangan dan kaki terikat, penampilan yang compang camping rambut yang awut awutan. satu kata untuk wanita itu MENGENASKAN sudut bibir azalea kembali tertarik naik ke atas.
Mata tajamnya terus menatap dengan dingin wanita di depannya. Ia terus mendekati dengan langkah yang pasti dan akhirnya kakinya sampai pas di depan mata wanita itu.
"apa kabar sabrina" suara azalea terdengar lembut namun menusuk di telinga.
Mendengar suara yang sangat familiar wanita yang bernama sabrina itu mendongak. Terkejut? Tentu saja ia sangat terkejut bagaimana bisa wanita yang ia anggap sampah tengah berdiri kokoh di depannya.
"kaget? Hem?" tanya azalea berjongkok.
"ngomong dong sayang, tunjukin sikap arogan mu itu" tawa mengejek azalea menggema di seluruh ruangan.
"jadi ini rencana lo?" meski tangan dan kakinya sedang terikat namun, sikap arogannya tetap masih ada.
"iya bener, sebenarnya aku masih ingin bermain main. Tapi, bosan." ucap azalea bangkit lalu mengibas kibaskan tangannya.
"bagaimana rasanya, kehilangan orang tersayang? apa kamu suka dengan hadiah hadiahku? Pasti suka dong iyakan" azalea berjalan menuju kursi lalu membawanya di dekat tubuh sabrina. Sabrina berusaha untuk bangkit duduk meski sangat susah payah.
"sialan!!!" teriak sabrina.
"oh, sellow sayang ini baru permulaan" ucap azalea.
"dasar iblis apa kamu puas sekarang? hah?" teriak frustasi sabrina, ia tidak menyangka jika kejadian kejadia yang menimpa keluarganya akhir akhir ini ternyata perbuatan dan wanita yang paling ia benci.
"iblis? Akan aku tunjukan padamu wujud iblis yang sesungguhnya" azalea bangkit lalu mendekati sabrina.
"itu belum seberapa dengan apa yang saya rasakan!!" azalea menarik rambut sabrina dengan kuat.
"mengapa lo kejam, mengapa lo bunuh ibu gue!!!" sabrina tidak memperdulikan rasa sakit dari jambakan azalea saat ini di kepalanya. Ia hanya ingin mengeluarkan emosinya ia tidak percaya gadis lemah lembut bisa berbuat di luar ekspektasinya.
"enak saja, saya hanya membantu mempercepat proses malaikat maut mencabut nyawa ibumu, seharusnya kamu berterima kasih padaku" ucap azalea menyeringai, kematian ibu sabrina sama sekali tidak ada kaitan dengannya. wanita tua itu terkena kanker darah stadium akhir dan memiliki tidak waktu yang lama lagi. Namun, wanita itu menyembunyikan kenyataan itu dari sabrina.
"aza....
"jangan menyebut namaku dengan mulut kotormu itu sialan!!!" ada kilatan kemarahan yang muncul di mata azalea.
"lepasin gue anjin9!!" teriak sabrina yang sudah tidak tahan dengan jambakan di kepalanya.
"ini tidak seberapa, dengan apa yang kamu lakukan terhadapku. Jangan pura pura amnesia!!!" azalea berteriak tepat di depan wajah sabrina.
"apa mau lo sekarang?" tanya sabrina air matanya sudah mengalir deras.
"mana suaramu yang arogan itu? Keluarkan bitch" azalea mendorong kepala sabrina hingga terbentur di tembok.
"kamu bertanya apa mauku? Kamu serius? Hm? Yang aku mau sekarang.... Kesengsaraanmu..." ucap azalea dengan tawanya yang menggema di seluru ruangan.
"perlakuanmu di masa lalu harus kau bayar dengan mahal sabrina! Aku sudah menyanyangimu sebagai saudaraku, aku mempercayaimu tapi apa yang kau lakukan?? Kau mengkhianatiku lebih kejam dari iblis. Maka rasakanlah dendamku ini hingga kau meminta kematian dariku. Tapi tenanglah sabrina kematian terlalu mudah bagimu" ucap azalea.
"apa kau tahu sabrina efek dari semua kelakuanmu di masalalu? Kamu berhasil sabrina. Kamu berhasil membuatku menjadi iblis. Aku tidak bisa sepertimu yang selalu berpura pura lugu di depan semua orang demi bisa menyudutkanku. Mengambil semua perhatian orang lain dari ku menghancurkan mentalku. Padahal kamu tahu suka dukaku semuanya ku curahkan padamu sabrina. Satu hal yang harus kamu tahu sabrina, aku bersyukur dengan begitu aku tidak segan lagi untuk menyakitimu" tawa azalea kembali menggema di ruangan dingin yang berdebu itu. Jantung sabrina berdetak tak karuan saat melihat sebuah pisau kecil di tangan azalea.
"jangan panik sabrina, aku sangat pandai kok menggunakan benda ini" azalea mengangkat dengan tinggi pisau kecil di tangannya membuat sabrina semakin ketakutan.