🏆🥈Juara 2 YAAW S 10
" Aku akan melakukan apapun untukmu. Meski harus kembali menemui pria itu. Hidupmu adalah hidupku. Bunda mohon bertahanlah sayang. Hanya kamu hidup bunda nak. "
Akibat kesalahan semalam yang dia perbuat Kaluna melahirkan seorang putra yang ia beri nama Taraka. Ia membesarkan Tara seorang diri, namun hancur hati Kaluna saat dokter memvonis putra nya yang berusia 5 tahun ini dengan penyakit yang mengancam nyawa.
Kesehatan Taraka semakin memburuk. Dengan berat hati ia pun Akhirnya pergi mencari pria tersebut agar putranya bisa hidup lebih lama.
Bagaimana reaksi si pria saat tahu dia ternyata memiliki putra dari wanita yang bahkan sama sekali tidak dikenalnya itu?
Akankah hidup Taraka terselamatkan?
Folow IG author @anns_indri
Kalau suka jangan lupa tinggalkan like setelah membaca. Terimakasih. Like Anda dukungan terbesar bagi penulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JMB 34. Keputusan Besar
Musik berdentum dengan keras. seorang wanita tengah menari di lantai dansa dengan lampu warna warni yang menyorotinya. Botol minuman keras ia genggam ditangan kanan nya dan sesekali ia menenggaknya. Wanita itu benar-benar meluapkan rasa hatinya dengan menggerakkan seluruh tubuhnya di tempat itu. Club malam yang biasa ia datangi jika ia merasa begitu suntuk.
" Surya gila!!!"
Maki wanita itu disela-sela hentakan musik. Ya, dia adalah Klara. Kembali gagal mengajak Surya untuk keluar jalan-jalan membuat dirinya berakhir di tempat ini.
Ditengah-tengah dirinya bergoyang di lantai dansa sebuah tangan meraba perutnya lalu memeluknya dari belakang. Klara seketika menoleh dan dia tersenyum lebar.
" Kapan kau kemari katanya mau ke pantai," tanya Klara dengan sedikit berteriak tepat di telinga orang tersebut.
" Aku nggak jadi ke pantai, partner ku di sini jadi ngapain aku ke sana," jawab orang itu sambil mencium bahu Klara yang terekspos sempurna karena dia menggunakan dress sepaha model sabrina. Keduanya menari bersama mengikuti irama musik yang disk jockey buat.
Merasa lelah, Klara menepikan tubuhnya dan menghempaskan ke sebuah sofa yang berasa di samping lantai dansa. Tentu diikuti dengan orang tadi juga.
" Lio, ngapain ikutin aku sana kalau mau lanjut," ucap Klara sambil kembali menenggak botol minumannya.
" Kamu disini, ngapain aku di sana," tukas Lio yang kini duduk di sebelah Klara.
Pria itu melihat wajah Klara dengan seksama lalu meraih dagu Klara dan mendaratkan bibirnya. Klara tentu tidak menolak bibir manis Lio. Ia kini sudah mengalungkan tangannya di leher Lio dimana Lio langsung menyambutnya dengan ciuman yang intens. Bahkan tangan pria itu sudah mulai bergerilya kemana saja membuat Klara mengeluarkan suara lucknut nya.
" Apa mau lebih?" tantang Lio.
Pria itu sebenarnya yang ingin lebih tapi rupanya Klara menggeleng. Wanita itu menarik tubuhnya sedikit menjauh dari si pria. Lio jelas kecewa. Selama ini dekat dengan Klara tapi dia hanya bisa mencium bibir wanita itu.
" Apa karena si Surya itu? Apa yang kau harapkan dari pria miskin seperti dia?"
" Tck, berisik. Pergilah jika hanya ingin mengatakan hal yang tidak ingin ku dengar. Jika tidak ingin pergi maka aku yang akan pergi."
Klara meraih tas nya lalu bangkit dari duduknya dan melenggang pergi. Lio tampak marah. Dia tidak pernah berhasil mendapatkan Klara. Sedangkan Klara dia berjalan menuju mobilnya. Kadar toleransi alkohol wanita itu lumayan tinggi. Nyatanya dia masih mampu berjalan tegap dan mengendarai mobilnya sekarang.
" Kau tidak tahu saja siapa Surya. Zion Aditya Linford, dia adalah pria keturunan keluarga Linford. Circle keluarga mereka tidak main-main. Sangat sulit menembusnya. Tapi saat ini dia sedang cosplay jadi pria desa yang miskin. Sialan memang si Surya dikasih hidup enak malah milih melarat. Apa aku mau saja ya menikah dengannya, tidak mungkin orang tuanya akan tinggal diam kan?"
Sebuah ide menerima pinangan Surya masuk ke kepala Klara akan tetapi seketika itu juga dia menggeleng cepat. Bayang-bayang hidup di desa membuat Klara enggan meneruskan ide nya itu.
" Ayo menikah dan mari hidup sederhana di sini. Aku adalah orang biasa, tapi aku akan selalu membahagiakanmu."
Kata-kata Surya terngiang di kepala Klara. Jika dia boleh mengambil kesimpulan maka bisa dipastikan pria itu tetap akan mengajaknya hidup susah sebagai istri mandor perkebunan.
" Apa sebaiknya aku putuskan saja pria itu. Tapi ini Zion."
🍀🍀🍀
Minggu pagi hari Tara bersama Yasa dan Kaluna siap berangkat ke ibu kota untuk menuju RS Mitra Harapan. Sebelumnya Yasa sudah menghubungi Nataya untuk membuat janji temu.
Meskipun keluarga, Yasa tetap harus membuat janji terlebih dulu agar tidak bentrok dengan jadwal janji temu pasien yang lain. Kecuali adanya operasi dadakan, tentu itu hal yang di luar rencana.
" Apa sudah siap boy?"
" Sudah yah, lets go!!"
Kaluna tersenyum melihat sang putra yang begitu semangat. Ia mengucapkan rasa syukur yang keluar dari bibirnya pelan. Yasa sesaat terpesona dengan senyum Kaluna yang jarang ia lihat itu. Atau mungkin baru kali ini pria itu melihat senyum Kaluna yang begitu manis sehingga membuat Kaluna semakin cantik.
" Ekheem, ngeliriknya udahan. Nanti nggak jalan-jalan."
Gubrak
Bagai di sebuah acara komedi yang tiba-tiba pelakonnya jatuh terjengkang ke belakang. Itu lah perumpamaan apa yang dirasakan Yasa saat ini ketika mendengar ucapan sang putra. Mata Tara layaknya mata elang yang bisa melihat ke arah manapun. Sedangkan Kaluna ia hanya menunduk saat sadar bahwa Yasa menatapnya.
" Haish ini bocah ya, kadang pro kadang kontra," batin Yasa.
Bruuummm
Yasa menyalakan mobilnya lalu menekan pedal gasnya dalam. Mobil itu melaju melewati perkebunan di samping kanan dan kirinya. Hawa dingin masih benar-benar terasa karena hari masih sangat pagi. Bahkan matahari belum muncul. Sekitar pukul 05.00 mereka meninggalkan villa untuk menuju ke RSMH.
" Nanti langsung kembali ke perkebunan atau nginep di rumah papa dulu."
Ya, Yasa mengubah panggilannya ke Raffan menjadi papa. Itung-itung nyolong start dulu untuk jadi mantu. Awalnya Kaluna ingin protes tapi akhirnya dia membiarkan Yasa seperti itu.
" Menginap saja pak, agar Tara tidak capek juga. Mungkin saya sekitar 2 harian menginap di rumah papa. Saya sudah menghubungi Kang Surya kalau saya akan di kota selama 2 hari."
Yasa membuang nafasnya kasar, Kaluna masih bicara dengan gaya bicara formal.
" Kal, bisa tidak mengubah panggilan mu. Jangan panggil saya pak. Yang pertama saya bukan bapakmu dan yang kedua saya juga sudah bukan dosen mu lagi. Jadi berhenti memanggil ku dengan sebutan pak. Berasa tua bener deh."
Tara seketika tertawa mendengar ucapan ayahnya itu. Ia tahu ayahnya sedang berusaha mengakrabkan diri dengan bundanya. Bocah kecil itu lantas diam dan kembali memainkan tabletnya saat tatapan tajam sang bunda dilayangkan ke arahnya.
" Baik mas, saya akan mengubah panggilan saya."
Cesss
Hati Yasa seperti disiram es saat Kaluna memanggilnya mas. Rupanya kata orang bahwa bahagia itu sederhana, ternyata benar adanya. Hanya dengan Kaluna memanggilnya 'mas' membuat Yasa tersenyum lebar. Bahkan ia merasa ada banyak kupu-kupu yang terbang di perutnya.
Kaluna langsung memalingkan wajahnya setelah mengatakan hal itu. Ada rasa lain yang hinggap di hatinya. Tapi apa itu entah dia tidak mengerti. Tapi mengubah panggilannya terhadap pria disebelahnya itu membuat Kaluna merasa mereka lebih dekat. Sebenarnya selama seminggu ini Yasa tidak berkunjung, Kaluna selalu meminta petunjuk hingga ia memimpikan sesuatu hal yang membuatnya benar-benar membuat sebuah keputusan besar.
Keputusan yang akan mengubah hidupnya dan hidup putranya. Bukan masalah materi tapi masalah hati semua orang.
" Mungkin memang aku harus melakukannya. Jika begini terus akan semakin banyak menimbulkan fitnah."
TBC