NovelToon NovelToon
5 Hari Sebelum Aku Koma

5 Hari Sebelum Aku Koma

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Romantis / Spiritual / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Suami Hantu
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Maylani NR

5 hari sebelum aku koma, ada sesuatu yang janggal telah terjadi, aneh nya aku tidak ingat apa pun.
__________________

"Celine, kau baik-baik saja?"

"Dia hilang ingatan!"

"Kasian, dia sangat depresi."

"Dia sering berhalusinasi."
__________________

Aku mendengar mereka berbicara tentang ku, sebenarnya apa yang terjadi? Dan aneh nya setelah aku bangun dari koma ku, banyak kejadian aneh yang membuat ku bergidik ketakutan.

Makhluk tak kasat mata itu muncul di sekitar ku, apa yang ia inginkan dari ku?
Mengapa makhluk itu melindungi ku?
Apakah ini ada hubungan nya dengan pria bermantel coklat yang ada di foto ku?

Aku harus menguak misteri ini!
___________________

Genre : Horror/Misteri, Romance

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maylani NR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hilang ingatan

Dua hari telah berlalu sejak Celine meninggalkan rumah sakit. Ia telah kembali ke apartemennya, namun, wajahnya yang dulu ceria kini pucat dan tak bernyawa. Di dalam kamar, ia mengurung diri, tak mau makan, tak mau berbicara dengan siapa pun. Hanya isakan dan tawa aneh yang sering terdengar dari balik pintu apartemen kecil itu.

Bisikan tetangga mulai menyebar, terutama dari kelompok ibu-ibu yang gemar berkumpul di lorong.

"Kasihan sekali dia, ya. Depresi sejak ditinggal suaminya," bisik salah satu dari mereka sambil melirik pintu apartemen Celine.

"Benar," sambut yang lain. "Dia sering berhalusinasi, tertawa sendiri, menangis tanpa sebab. Saya dengar dia bahkan berbicara sendiri."

Desas-desus itu akhirnya sampai di telinga Sovia. Hati Sovia mencelos mendengar kabar itu. Tanpa berpikir panjang, ia bergegas menuju apartemen Celine, harapannya hanya satu, memastikan sahabatnya baik-baik saja.

Ketika Sovia membuka pintu apartemen yang tak terkunci, pemandangan yang menyambutnya membuat jantungnya hampir berhenti. Di balkon, tubuh Celine berdiri miring, ujung jemarinya sudah melampaui tepi pagar. Matanya kosong, tatapannya lurus ke depan seperti sedang memandangi sesuatu yang jauh.

Sovia berlari, naluri mengambil alih tubuhnya. Dengan satu gerakan cepat, ia menarik tubuh Celine ke belakang. Kedua lengannya melingkari tubuh sahabatnya dengan erat, seolah mencoba menjaganya agar tak pecah.

"Celine!" serunya, suara yang hampir pecah oleh tangis. "Sudah, Celine. Jangan seperti ini! Aku mohon ..."

Celine diam sejenak, lalu menoleh pelan ke arah Sovia. Tatapan itu membuat Sovia bergidik. Mata Celine yang kosong, tanpa kehidupan, seolah tak lagi mengenali dunia di sekitarnya.

"Biarkan aku ikut dengan Briyon," ucap Celine dingin. Suaranya lirih, tapi penuh kepastian. "Jangan halangi aku, Sovia. Aku hanya ingin bersama nya."

Air mata Sovia akhirnya jatuh. Ia memeluk Celine lebih erat, mencoba memberikan kehangatan di tengah kegelapan yang menyelimuti sahabatnya. "Celine, Briyon tidak akan mau melihat mu seperti ini. Kamu harus bertahan ... untuk dia ... untuk dirimu sendiri..."

Namun kata-kata Sovia hanya seperti angin yang berlalu. Celine tetap terpaku pada kehampaan, seolah jiwanya sudah pergi bersama suaminya.

Tiba-tiba, pintu apartemen terbuka. Devid berdiri di sana, tubuhnya tegang melihat Celine yang lemah dalam pelukan Sovia. Wajahnya berubah serius.

"Sovia, biarkan aku membawanya!" ucap Devid, mendekati mereka. "Dia butuh bantuan profesional, kondisinya terlalu parah untuk ditangani sendirian."

Sovia menoleh, menatap Devid dengan penuh keraguan. Ia tahu Devid bukan orang yang sepenuhnya bisa dipercaya. Namun, kata-katanya kali ini terdengar masuk akal.

"Aku bisa mengurus ini," lanjut Devid, mencoba meyakinkan Sovia. "Aku akan membawanya ke rumah sakit jiwa terbaik, dengan dokter-dokter yang tau cara mengatasi depresi seperti ini. Aku janji, dia akan baik-baik saja."

Sovia memandang Celine, lalu kembali ke Devid. Di dalam dirinya ada perang antara kepercayaan dan kecurigaan. Tapi melihat Celine yang semakin tenggelam dalam kesedihannya, Sovia tahu ia harus mengambil keputusan.

"Baiklah," jawab Sovia akhirnya, dengan suara bergetar. "Tapi tolong ... pastikan dia mendapatkan yang terbaik."

Devid mengangguk. Dengan hati-hati, ia membantu Sovia membawa Celine keluar dari apartemen. Langkah Celine lemah, seperti boneka yang kehilangan nyawa.

Celine akhirnya dibawa ke sebuah rumah sakit jiwa, tempat Devid mengatakan ia telah memilih dokter terbaik untuk menangani kondisinya. Tapi dalam hati kecil Sovia, ada rasa gelisah yang tak bisa ia abaikan.

...****************...

Lima hari telah berlalu sejak malam mengerikan itu. Luka fisik yang dialami Celine mungkin telah sembuh, tapi luka di hatinya masih menganga lebar. Rumah sakit jiwa menjadi tempatnya tinggal sementara, namun tak ada tanda-tanda bahwa dirinya membaik.

Devid dan Sovia sering datang menjenguk, membawa harapan untuk melihat sedikit perubahan pada Celine. Namun, setiap kali mereka melihatnya, hati mereka semakin hancur.

Celine masih sama—berada di dunianya sendiri, sering melamun dengan tatapan kosong. Kadang menangis tiba-tiba, kadang tertawa sendiri, atau berbicara seolah-olah ada seseorang di hadapannya.

Namun, sore itu menjadi titik balik yang tak terduga.

Di tengah kesibukan para perawat yang sibuk dengan pasien lain, Celine kabur dari kamarnya. Dengan langkah cepat, ia keluar dari bangunan rumah sakit tanpa seorang pun menyadari kepergiannya.

Di luar, Celine berlari tanpa arah. Dalam pikirannya, ia tidak berada di jalan raya atau pertokoan. Sebaliknya, ia merasa sedang berada di sebuah taman bunga yang indah, dengan aroma harum yang menenangkan. Di sana, di antara bunga-bunga itu, berdiri Briyon, tersenyum ke arahnya.

"Briyon ..." bisiknya, air mata mengalir di pipinya. "Tunggu aku!"

Ia berlari semakin cepat, tangannya terulur, berusaha meraih bayangan pria yang ia cintai. Namun, realita di luar pandangannya berbeda. Ia telah mencapai Zebra Cross, dan saat itu lampu lalu lintas menunjukkan hijau.

TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIN!!!

BRAAAAAAAK!

Sebuah mobil melaju kencang menghantam tubuh Celine. Tubuhnya terlempar, kepalanya menghantam keras sisi trotoar. Darah segar mengalir deras, membasahi jalan raya. Suara orang-orang mulai berkumpul, berteriak, dan mencoba menolong.

Namun, Celine tidak mendengar mereka. Pandangannya kabur, namun di antara bayangan orang-orang yang mengelilinginya, ia melihat sosok Briyon.

"Briyon ...?" bisiknya lemah.

Bayangan pria itu mendekat, menatapnya dengan mata penuh kasih. "Celine ... Celine ..." panggilnya lembut.

Nama itu terus dipanggil berulang-ulang, semakin samar hingga akhirnya pandangan Celine menjadi gelap.

Ketika Celine membuka matanya, semuanya terasa berbeda. Bau antiseptik memenuhi udara, dan suara monitor terdengar berirama di sekitarnya. Ia menyadari banyak alat medis yang terpasang di tubuhnya, pandangannya mengabur, tapi ia mulai menyadari bahwa ia berada di rumah sakit.

.......

.......

.......

Di dalam ruang Dokter, suasana terasa tegang. Sovia duduk di ujung kursi, gelisah. Devid di sampingnya tampak lebih tenang, meskipun ada ketertarikan yang aneh dalam tatapannya. Di depan mereka, seorang Dokter dengan wajah serius mencoba menjelaskan kondisi Celine.

"Bagaimana keadaannya, Dok?" Devid memulai. "Kenapa setelah bangun dari koma, ia terlihat seperti orang linglung?"

Dokter menghela napas panjang sebelum menjawab. "Benturan keras di kepala Celine saat kecelakaan itu memberikan dampak signifikan pada otaknya. Saya tidak ingin terlalu dini menyimpulkan, tapi tampaknya itu memengaruhi memori ingatannya."

"Maksud dokter apa?" tanya Sovia cepat, suaranya penuh kekhawatiran.

"Kemungkinan besar nona Celine mengalami amnesia," ucap dokter.

"Apa?" Sovia terperanjat, matanya membesar tak percaya.

Dokter mengangguk. "Namun, saya belum bisa memastikan apakah ingatannya hilang sepenuhnya atau hanya sebagian. Untuk mengetahui itu, kita perlu menunggu hingga ia mulai berbicara dan menunjukkan respon yang lebih jelas."

"Lalu," Sovia mencoba menenangkan dirinya, "apakah memori ingatannya bisa kembali?"

Dokter menatap Sovia dengan tenang, tetapi ragu-ragu. "Secara teori, ya. Tapi ini membutuhkan waktu yang lama. Proses pemulihannya perlahan, dan tidak ada yang bisa menjamin seberapa banyak memori yang akan kembali."

Sovia menghela napas panjang. Meskipun kabar itu mengejutkan, setidaknya ada harapan. "Baiklah, kami akan bersabar, Dok."

Namun, di sisi lain, ekspresi Devid berubah. Di balik wajah tenangnya, ada senyum kecil yang sulit ditebak. Dalam pikirannya, ia melihat ini sebagai kesempatan emas.

"Jika Celine benar-benar kehilangan ingatan, maka ini adalah peluang besar bagiku," gumam Devid dalam hati. "Dia tidak akan lagi teringat pada Briyon, atau apa pun yang menghalangi kedekatan kami. Aku bisa memulai segalanya dari awal."

Devid menyembunyikan pikiran liciknya dengan baik. Ia berpura-pura prihatin, menatap Sovia dengan pandangan penuh simpati.

"Tenang saja, Sovia," katanya dengan nada meyakinkan. "Aku akan memastikan Celine mendapatkan perawatan terbaik. Kita harus mendukungnya bersama-sama."

Sovia mengangguk pelan, merasa sedikit lega dengan janji Devid. Namun, ia tidak menyadari niat sebenarnya yang tersimpan di balik kata-kata itu.

...Bersambung ......

1
Ulfa Ariani
good Briyon 👌🏻🔥
Ulfa Ariani
iri aja, Briyon juga udah profesional kelezzzz
Nanda Sari
maaf ya reina, briyon udah punya Celine:)
Syelina Putri
nah bagus briyon ajak istri mu makan bareng. 😤
ball
lanjutin aja Briyon biar dia kaget -______-
ball
maaf ya mba Reina dia suami orang. 😑
Gebi Simamora
jgn tarik tarik Briyon heh sana cewek lenjeh /Grimace/
Gebi Simamora
gak enak juga ya kalau harus nutupin, gak bisa bareng-bareng 🥺
Acil Supriadi
hadewwwwhhh kasian Celine
Acil Supriadi
belum apa-apa udah cemburu😒 situ siapa ya?
Acil Supriadi
wahhh Reina suka Briyon nih kaya nya 😔
Ellana_michelle
Noooo😭
Tania Laras
aku jadi Celine sakit hati/Cry/
Syelina Putri
tanda tanda tukang tikung
Sasa Bella
iya si devid kek nya posesif+ obsesi bgt sama Celine 😒
Sasa Bella
terus aja nyari alasan 🗿
Tania Laras
apaan si devid uler banget
AmSi
bermuka dua/Speechless/
ball
gak tau kenapa ya, kesel bgt sama si devid
Gebi Simamora
ngeles mulu kaya bajai si reina/Right Bah!/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!