Meidina ayana putri, gadis kelas 2 SMA yang selalu membuat kedua orang tuanya pusing karena kenakalannya.
Namun sebuah insiden membuat hidup gadis badung itu berubah total
Bagaimana perjuangan gadis badung itu dalam menjalani takdir hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon requeen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Macan ompong
Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya Nana mau diajak turun.
Adit membawa Nana duduk disebuah gazebo yang berjejer disisi kanan restoran itu.
Adit yang memang sangat lapar memesan ayam bakar komplit dan es jeruk, sedangkan Nana hanya memesan es jeruk.
Nana memandang Adit yang terlihat seperti orang kelaparan dengan sebal
"Mas Adit tadi pagi belum sempat makan " ucap Adit tersenyum ketika menyadari Nana sedang menatapnya.
"Sapa yang nanya " ucap gadis itu sinis.
"Mas Adit cuma ngasih tau " ujar Adit. Ia terlihat sedang berusaha membangunkan benteng kesabaran setinggi mungkin menghadapi Nana.
Selesai menghabiskan makannya,Adit menenggak es jeruknya.
"Yakin ga mau makan neng? " tanya Adit sambil menyusut mulutnya dengan tisu.
Bukan menjawab Nana malah membuang muka sebal
"Kamu mau ngomong apa cepetan, nanti takut Aaran bangun nyariin aku " ucap Nana ketus.
Mendengar nama Aaran, wajah Adit berubah serius. Laki-laki itu terlihat mengatur napasnya sebelum memulai bicara kepada Nana.
"Mas Adit mau tanya, kenapa kamu tidak bilang kalau mas Adit telah...menodai kamu?" tanya Adit hati-hati.
Nana diam, Ia memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Namun Adit bisa melihat mata gadis itu berembun.
" Kalau saja mas Adit tidak melihat rekaman cctv tadi siang, mas Adit tidak pernah tau apa yang sudah terjadi waktu itu " ucap Adit lirih
" Malam itu mas Adit mabuk, semua terjadi diluar kontrol mas Adit , maaf "
"Na ngomong dong, jangan hanya diam " Adit menyentuh tangan Nana,namun langsung ditepiskan oleh gadis itu.
Rasa bersalah Adit semakin besar manakala Nana mengambil tisu dan menyusut matanya yang basah.
Ya Tuhan kenapa dadanya terasa sesak melihat gadis badung itu menangis .
"Na.." panggil Adit lembut.
Adit lebih senang melihat gadis ini ngomel-ngomel daripada diam seperti itu.Melihat Nana membisu Adit semakin merasa sangat bersalah.
"Aku mau pulang! " Nana bangkit, namun Adit menahan tangan Nana
"Na.. mas Adit mohon. Beri kesempatan mas Adit untuk bertanggung jawab " Adit memohon.
"AKU MAU PULANG! " bentak Nana dengan airmata berhamburan.
"Ba.. baik kita pulang " Adit mengangkat kedua tangannya.akhirnya Adit mengalah.
Adit melajukan mobilnya meninggalkan halaman restoran, sepanjang jalan keduanya diam tak ada yang berbicara. Sebetulnya Adit masih ingin bicara, namun sepertinya Nana benar-benar tidak mau bicara padanya.
Adit tidak mengerti dengan gadis disamping nya itu, jika oranglain berada diposisi Nana pasti akan mengejar meminta pertanggung jawaban, namun Nana justru memilih bersembunyi dan menelan pil pahit itu sendirian.
"Na.. ijinkan mas Adit .. "
"kalau kamu masih bicara aku turun! " ancam Nana
"jangan.. ! baik mas Adit tidak akan bicara lagi " tak ada pilihan lain, Aditpun diam.
Sampai mobil berhenti didepan rumah abah, keduanya tak ada yang berbicara. Nana turun dari mobil kemudian masuk ke kamar.
Karena tidak berhasil membujuk Nana, akhirnya Adit pun pamit pulang
"Abah kira nak Adit mau nginep " ucap abah
"besok masih ada kerjaan, lain kali Adit mampir lagi " Adit mencium tangan abah dan umi.
Sebetulnya Adit masih ingin melihat Aaran sebelum kembali ke Jakarta, namun Nana dan Aaran tidak terlihat keluar dari kamarnya.
"hati-hati nak " Abah melambaikan tangan ketika mobil Adit melaju meninggalkan halaman rumahnya.
Adit melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.Kepala Adit rasanya pusing, Ia tidak tau apa maunya Nana.Yang pasti Adit tidak mau lepas tanggung jawab begitu saja. Apalagi melihat Aaran, ia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Waktu menunjukan jam delapan malam,mobil Adit memasuki halaman rumahnya.Tubuhnya terasa sangat lelah setelah seharian ini memempuh perjalanan bolak-balik Jakarta-Purwakarta.
Sesampainya di rumah, Adit langsung membersihkan tubuhnya. Adit keluar dari kamar mandi dengan tubuh lebih segar. Kepalanya tidak sepening tadi siang.
Adit membaringkan tubuhnya diatas kasur. Ingatannya kembali pada pertemuan dirinya dengan Nana tadi siang. Tidak pernah Adit bisa sesabar itu menghadapi Nana, biasanya ia mudah sekali mengeluarkan sumpah serapah jika menghadapi gadis itu. Namun kali ini Ia seperti macan ompong yang ciut oleh bentakan gadis badung itu.
Aarrgghh.. Adit mengacak rambutnya kasar.Harga dirinya jatuh pada titik terendah ketika Ia memohon agar Nana memberi kesempatan pada dirinya untuk bertanggung jawab.Dan gadis itu menolaknya mentah-mentah.
Satu Sisi egois Adit mengatakan kalau Ia tidak perlu memaksakan diri untuk bertanggung jawab, toh Nana juga tidak mengharapkannya. Namun sekelebat bayangan Aaran membuat Ia yakin akan terus memperjuangkannya, meski Nana menolak.
Adit sadar, masalah yang akan Ia hadapi nanti bukan hanya dari Nana saja. Ia juga harus siap menghadapi mantan mertua dan kedua orangtuanya, karena ini menyangkut dua keluarga besar.
Pada saat ini Ia dituntut untuk gentle sebagai laki-laki. Berani bertanggung jawab atas apa yang sudah Ia perbuat.Meski banyak resiko yang harus ia hadapi.
like, komen, dan vote nya pliiiisss
happy reading