NovelToon NovelToon
Filsafat Vs Sains

Filsafat Vs Sains

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:504
Nilai: 5
Nama Author: Arifu

Joko, seorang mahasiswa Filsafat, Vina adalah Mahasiswa Fisika yang lincah dan juga cerdas, tak sengaja menabrak Joko. Insiden kecil itu malah membuka jalan bagi mereka untuk terlibat dalam perdebatan sengit—Filsafat vs Sains—yang tak pernah berhenti. Vina menganggap pemikiran Joko terlalu abstrak, sementara Joko merasa fisika terlalu sederhana untuk dipahami. Meski selalu bertikai, kedekatan mereka perlahan tumbuh, dan konflik intelektual itu pun berujung pada pertanyaan yang lebih pribadi: Bisakah mereka jatuh cinta, meski dunia mereka sangat berbeda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arifu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menghadapi Realita

Hari-hari berlalu begitu cepat, dan hubungan Joko dengan Vina semakin tumbuh. Mereka melewati banyak hal bersama—baik yang manis maupun yang pahit—tapi semakin banyak mereka berbicara, semakin banyak juga tantangan yang mereka hadapi. Kali ini, bukan hanya orang luar yang menguji mereka, tetapi juga realita kehidupan kuliah yang semakin membuat mereka berpikir tentang masa depan.

Pada suatu pagi yang cerah, mereka duduk di bangku taman kampus, menikmati secangkir kopi hangat setelah jam kuliah. Namun, suasana itu tidak seperti biasanya. Joko terlihat agak cemas, matanya yang biasanya penuh rasa ingin tahu kini tampak ragu.

Vina memperhatikan perubahan kecil di Joko, dan segera menatapnya dengan tatapan khawatir. "Jok, lo kenapa? Lo kelihatan nggak tenang banget."

Joko mengusap wajahnya, menarik napas panjang. "Gue cuma mikirin masa depan aja, Vin. Lo tahu kan, kita udah pacaran hampir setahun, tapi gue masih nggak punya tujuan yang jelas. Gue cuma kuliah Filsafat, kadang bingung juga mau ngapain setelah lulus nanti. Lo sendiri gimana, Vin? Lo kan anak Fisika, pasti punya rencana lebih jelas."

Vina mengernyitkan dahi, sedikit terkejut. "Jok, lo serius nih? Kenapa lo baru ngomongin ini sekarang? Gue kira lo udah tahu kan, hidup nggak selalu harus jelas. Kalau gue harus nunggu semuanya pasti dan jelas dulu, gue nggak bakal ngelakuin apa-apa dalam hidup. Lo tahu kan, kita nggak bisa hidup cuma buat mikirin masa depan aja."

Joko menggelengkan kepala, tampak lebih gelisah. "Iya sih, tapi lo ngerti kan, gue kadang ngerasa kayak gak ada arah. Lo tuh punya visi hidup yang jelas. Sedangkan gue, ya, kadang merasa hidup gue cuma untuk ngobrol soal Socrates, Plato, dan teori-teori nggak jelas gitu. Gue takut kalau gue nggak bisa ngejalanin hubungan ini, karena gue nggak punya tujuan yang jelas. Lo pasti butuh seseorang yang punya arah hidup, kan?"

Vina diam sejenak, memikirkan kata-kata Joko. Beberapa detik kemudian, dia meraih tangan Joko dan menggenggamnya erat. "Joko, lo itu keren. Lo punya cara pandang hidup yang beda. Dan itu justru yang bikin gue jatuh cinta sama lo. Jadi, kenapa lo harus merasa nggak cukup? Lo udah cukup buat gue."

Joko menatap Vina, ada kehangatan dalam matanya. "Tapi gue nggak mau lo ngerasa kalau hubungan ini cuma sekedar 'oke-oke aja' buat lo. Gue mau jadi orang yang bisa bikin lo bangga. Gue nggak mau lo ngerasa kalau lo pilih gue cuma karena gue berbeda."

Vina tersenyum lembut, mengelus punggung tangan Joko. "Jok, lo tuh terlalu overthinking. Gue nggak pilih lo karena lo harus jadi orang yang 'sempurna' buat gue. Gue pilih lo karena lo udah jadi diri lo sendiri. Kita nggak harus tahu semuanya sekarang. Kita jalanin aja bareng, lihat nanti."

Joko merasa sedikit lega mendengar kata-kata Vina. Memang, kadang dia terlalu banyak berpikir tentang hal-hal yang belum tentu terjadi.

Namun, masih ada satu hal yang mengganjal dalam dirinya. "Tapi, lo gak takut kalau gue nggak bisa memenuhi ekspektasi lo? Mungkin suatu saat lo bakal bosen atau kecewa sama gue."

Vina tertawa, membuat Joko terkejut dengan ketawanya yang ceria. "Joko, lo tuh kayak orang yang takut bayangannya sendiri. Kita pacaran bukan karena ekspektasi, tapi karena kita merasa cocok, karena kita bisa jadi diri sendiri bareng-bareng. Gue nggak butuh lo jadi superhero, gue butuh lo jadi Joko yang sering ngomongin filsafat itu."

Joko terkekeh, merasa canggung sekaligus senang dengan jawaban Vina. "Lo emang aneh, Vin. Tapi ya, kadang gue suka sama cara lo mikir."

Vina menyentuh pipi Joko dengan lembut. "Ya iyalah, lo kan pacar gue. Gue suka cara lo mikir juga, kadang bikin gue berpikir lagi tentang hal-hal yang biasa gue anggap enteng. Kita saling melengkapi, kan?"

Joko hanya bisa tersenyum, akhirnya merasa lebih tenang. Dia tahu hubungan mereka memang tidak sempurna, tidak selalu mudah, tapi dengan Vina, dia merasa ada tempat yang bisa membuatnya merasa diterima apa adanya.

Tetapi, di sisi lain, ketegangan baru mulai muncul. Setelah hampir setahun menjalin hubungan, banyak hal yang mulai berubah di kampus. Teman-teman mereka mulai memperhatikan kedekatan mereka, dan rumor tentang hubungan mereka mulai tersebar ke berbagai kalangan. Ada yang mendukung, ada juga yang mengkritik.

Di tengah semua itu, Joko merasa sedikit tertekan, tetapi Vina selalu ada untuk menenangkan dirinya. Vina tahu betul bagaimana menghadapi komentar orang lain. "Jok, kalau orang mau mikir jelek tentang kita, biarin aja. Mereka bukan hidup kita. Kita tahu apa yang kita rasakan, dan itu yang penting."

Joko mengangguk, merasa sedikit lebih lega. Mereka pun berpegangan tangan, berjalan bersama menuju kelas, siap menghadapi dunia luar yang penuh dengan tantangan—baik dalam hubungan mereka maupun di kehidupan kampus yang semakin keras.

1
Arifu
Filsafat vs Sains.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!