NovelToon NovelToon
Pesona Suami Tetangga

Pesona Suami Tetangga

Status: tamat
Genre:Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / Tamat
Popularitas:23.9k
Nilai: 5
Nama Author: Bareta

Kehadiran Damar, pria beranak satu yang jadi tetangga baru di rumah seberang membuat hidup Mirna mulai dipenuhi emosi.


Bagaimana Mirna tidak kesal, dengan statusnya yang belum resmi sebagai duda, Damar berani menunjukkan ketertarikannya pada Mirna. Pria itu bahkan berhasil membuat kedua orang tua Mirna memberikan restu padahal merek paling anti dengan poligami.

Tidak yakin dengan cerita sedih yang disampaikan Damar untuk meluluhkan hati banyk orang, Mirna memutuskan mencari tahu kisah yang sebenarnya termasuk masalah rumahtangga pria itu sebelum menerima perasaan cinta Damar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Firman

“Perlu kita ikuti mobil itu lagi, mbak ?”

Yang ditanya hanya diam karena tubuh dan pikirannya sedang tidak sejalan membuat sopir taksi mengerutkan dahi saat menatap Mirna dari spion tengah.

“Mbak !” Suara sopir yang cukup kencang membuat Mirna gelagapan.

“Eh iya…. Kenapa Pak ?”

Si sopir tersenyum melihat Mirna kelihatan linglung.

“Mobilnya sudah pergi 5 menit yang lalu, saya nggak yakin kita sempat nyusul.”

Gantian Mirna yang menghela nafas, melihat keluar jendela yang ada di samping kanan lalu tanpa sadar menggelengkan kepala.

“Tolong antarkan saya ke kafe Cerita Kita aja Pak. Alamat dan titik lokasinya ada di aplikasi.”

“Baik mbak.”

Mirna memukul kepala pelan mengutuki dirinya yang sudah gila karena sejak kemarin mengikuti Damar diam-diam.

Tidak puas mencari tahu kabar tetangga barunya lewat Chika, pikirannya malah membawa Mirna nekad menyewa mobil untuk membawanya mengawasi Damar selama 2 hari terakhir.

Ternyata pria itu pulang ke rumah yang sama dengan Chika dan sehari-hari Damar cukup sibuk ke sana kemari, tidak hanya berlama-lama di kantornya dan sudah tidak pernah lagi datang ke kantor Rangga.

Mirna menyandarkan kepalanya ke pintu sambil memejamkan mata.

Sungguh tidak pernah disangka, pria menyebalkan itu bisa membuat perasaan Mirna kacau dan tidak menentu seperti ini.

Dia suami orang Mirna, jangan biarkan perasaan terlarang itu membuatmu menderita ! Apa kamu mau jadi pelakor ? Jangan membuat hatimu semakin terjerumus dalam cinta yang salah !

Mirna memijat pelipisnya yang mulai berdenyut. Suara hatinya kembali bergumul tapi sungguh teramat sulit membuang rasa pada Damar

“Kita sudah sampai, mbak.”

Mirna membuka mata dan melihat bangunan cafe ada di sebelah kirinya.

“Ditinggal saja, pak. Sepertinya saya akan lama di sini.”

“Masih ada waktu sampai batas sewa mbak berakhir. Saya tunggu saja di sini saya akan wa mbak kalau sudah lewat waktunya.”

Mirna mengangguk lalu membuka pintu dan turun dari mobil.

Suasana cafe terbilang sepi karena waktu baru menunjukkan pukul 3 sore. Hanya ada 2 atau 3 meja yang terisi.

Mirna melenggang ke salah satu meja terjauh dari pintu namun berada persis di samping kaca.

Setelah memesan minuman pada seorang pelayan yang mendatanginya, Mirna pun mengisi daya handphonenya sambil melihat-lihat kembali foto aktivitas Damar yang sempat direkamnya.

Entah sudah berapa kali Mirna menghela nafas panjang dan terasa berat. Sungguh perasaannya tidak nyaman.

Mirna bukan tipe wanita yang mudah jatuh hati pada pria-pria tampan karena menurutnya pesona mereka akan membuatnya dan tidak tenang.

Tapi kali ini Mirna begitu mudah jatuh dalam pesona Damar padahal baru kenal beberapa bulan.

Kalau saja pria itu seorang duda mungkin Mirna tidak akan bersikeras membentengi ditinya.

“Mirna !”

Kepala Mirna mendongak lalu menoleh perlahan dan matanya langsung membola.

“Firman !” pekiknya dengan suara tertahan.

Wajah yang tadinya terkejut berubah senang karena sudah lama Mirna tidak bertemu dengan pria yang masih ada hubungan keluarga dengan Anita.

“Kapan balik dari Amerika ? Lagi liburan atau….”

Serentetan pertanyaan Mirna membuat Firman tertawa apalagi ekspresi Mirna yang penuh drngan rasa ingin tahu terlihat menggemaskan.

“Boleh ceritanya sambil duduk di situ ?”

Firman menunjuk bangku kosong yang ada di depan Mirna.

“Boleh, boleh banget,” sahut Mirna dengan antusias membuat Firman terkekeh.

Dengan kedua tangan menopang wajahnya, Mirna memperhatikan Firman membolak balik buku menu lalu memesan minuman.

“Aku memutuskan untuk bekerja dan menetap di Indonesia,” ujar Firman membuka percakapan.

“Loh kenapa ?” Mata Mirna membola. “Aku dengar pekerjaanmu bagus banget di Amerika. Nggak sayang ?”

“Sama sekali nggak karena aku lebih cocok dengan kehidupan di sini, lebih nyaman.”

“Bukan karena aku kan ?” canda Mirna sambil tertawa pelan.

Firman menautkan alisnya membuat Mirma menggoyangkan kedua tangannya.

“Jangan dianggap serius, aku hanya bercanda. Aku salut keputusanmu meski cukup mengejutkan, mbak Anita nggak cerita apa-apa saat kami bertemu di kantornya kak Rangga.”

“Mungkin lupa,” sahut Firman.

Mirna mengangguk-angguk sebelum menyedot minumannya.

“Bagaimana kondisimu ?”

“Dokter belum mengijinkan aku melakukan aktivitas berat dan masih perlu melakukan pemeriksaan rutin seminggu sekali padahal aku merasa sudah kembali normal.”

Firman kembali terkekeh, “Nurut aja, semua pasti ingin yang terbaik untukmu. Kalau ingat bagaimana khawatirnya kami semua saat kamu koma, rasanya senang bisa duduk ngobrol lagi sama kamu seperti ini.”

“Tapi terlalu over protektif bahkan Damar ikut-ikutan rempong mengawasiku. Bisa-bisanya kak Rangga menyuruhku jadi sekretarisnya,” gerutu Mirna sambil misuh-misuh.

“Seharusnya kamu bersyukur banyak yang mempehatikanmu,” nasehat Damae di sela tawanya.

Mirna menatap Firman dengan mata menyipit membuat pria itu balik menatapnya dengan alis menaut.

“Kamu kok nggak tanya siapa Damar ?” tanya Mirna dengan mata menyipit.

“Memangnya kamu nggak tahu siapa Damar ?” Firman malah balik bertanya dan Mirna menggelengkan kepala.

“Kamu kenal ?”

“Damar itu temannya mas Rangga dan mbak Nita sejak SMA. Kamu beneran nggak ingat ?”

“Sama sekali nggak ingat.”

“Tidak usah dipikirkan yang penting niatnya baik padamu.”

Mirna menghela nafas dan kembali menyeruput minumannya.

“Aku senang bisa bertemu denganmu lagi,” ujar Firman.

“Kebetulan kita ketemu di sini, boleh aku tanya sesuatu ?”

Firman tersenyum sambil menganggukkan kepala.

“Soal apa ?”

“Soal kecelakaan yang menimpaku. Apa mbak Nita pernah cerita bagaimana kejadiannya karena aku benar-benar lupa dan sampai saat ini tidak ada yang mau memberitahuku.”

Mirna agak terkejut saat Firman menggenggam jemarinya yang ada di atas meja.

“Sabar saja. Mereka pasti punya alasan kenapa belum mau memberitahumu kejadian yang sebenarnya. Semua sayang padamu dan ingin yang terbaik untukmu.”

“Setidaknya berikan aku alasan kenapa sampai 3 bulan ke depan aku masih harus menjalankan sejumlah pemeriksaan.”

Firman tertawa, “Ternyata kamu masih saja tidak sabaran ! Dasar bocah !”

Kali ini Firman mengacak gemas poni Mirna dan spontan Mirna malah mundur, menjauh dari jangkauan tangan Firman.

“Maaf.”

Firman langsung sadar kalau Mirna tidak terlalu suka dengan perlakuannya.

”Kamu sama siapa kemari ?” tanya Firman.

”Sendiri.”

“Kalau gitu biar aku mengantarmu pulang. Sudah mama aku tidak ke rumahmu.”

“Eh tidak usah. Lain kali saja kamu mampir ke rumah, aku masih ada perlu ke tempat lain.”

Firman mengernyit, tidak percaya dengan ucapan Mirna yang kelihatan jelas ingin menghindar.

Keduanya sempat sama-sama terdiam dan Mirna kelihatan salah tingkah karena Firman menatapnya begitu lekat tapi tidak ada debaran seperti saat bersama Damar.

“Kamu benar-benar belum berubah, Mirna,” ujar Forman sambil senyum-senyum.

”Maksudnya ?”

Mirna hanya berani melirik sekilas lalu menghabiskan minuman di gelasnya.

“Aku pulang duluan.”

Tangan Firman menahan langkah Mirna yang sudah berdiri.

“Lepaskan tanganmu !”

Suara bariton itu membuat keduanya sama-sama menoleh dengan mata membola.

1
mis.be
jangan jangan mirna emang mamanya chika, hilang ingatan karna kecelakaan ya ?🤔
Fera Susanti
iiih aku baru tau ada novel baru KK..
Baretta: Hai Kak Fera 😊
total 1 replies
Herman Lim
makasih Thor utk karya dan kerja keras sampe sini , ttp semangat dan di tgg karya selanjut nya ❤️
Baretta: Teima kasih banyak karena selalu setia mengikuti karya saya Kak 🙏🙏
total 1 replies
Andri Yukarthi
shock jg...ga nyangka Dewi pelakunya
Herman Lim
shock bgt rumit sungguh tidak di sangka org terdekat yg jadi musuh dlm selimut
Herman Lim
firman ato Marsha ne obat nyav
Andri Yukarthi
aq percaya Damar emg ga ada apa² sama Marsha...mdh²an Mirna faham wlo tetap sakit mengingatnya
Herman Lim
lupa ego mu Mirna lihat Chika begitu rindu papi y klo kamu pisah kan pasti akan agak terpukul Chika lain waktu kamu ilang ingatan Chika Masi BS lihat kamu biar pun sangat rindu mami nya beda yg skrg pisah tanpa lihat papi nya
Herman Lim
ya ampun Mirna kasian tuh damar walau dia ada salah dl setidak jgn hukum dia dgn pisahkan dia sama anak nya
Herman Lim
moga segara terkuak semua kejahatan Marsha dan firman
Herman Lim
selamat berjuang damar
Herman Lim
ya ampun ternyata begitu sakit Mirna sampe ingin ilang dari damar
Tutuk Isnawati
lanjut thor
Andri Yukarthi
jd curiga ke Rangga jg...apa dia menyembunyikan sesuatu 🤔
Herman Lim
moga setelah ini Mirna ingat lagi semua yg terjadi waktu blom kecelakaan dan Mirna bus lebih dewasa dalam hadapin Maslaah rmh tangga nya dengan damar moga bisa kumpul kembali semua
Herman Lim
apa yg di sembunyi kan damar lagi 🙈
Tutuk Isnawati
semangat up thor d tggu lnjutn critanya. penasaran
Herman Lim
nah gini kan enak BS saling terbuka jadi BS sweet terus
Herman Lim
mungkin hanya salah paham yg berujung kecelakaan
Herman Lim
Mirna bnr yg di kata dr Steven pasti ada hal yg di ttp damar smpai dia milih diam
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!