Merasa patah hati di kalah ingin meminang wanita yang selama ini dia kagumi ternyata sudah menikah hal itu menjadikan Syamil memilih ke suatu tempat untuk pelarian cinta nya, dia pun memutuskan tidak akan jatuh cinta lagi. Tapi takdir berkata lain disaat dia bertemu dengan gadis malam yang membuat Syamil tertarik yaitu Syakilah. Tanpa disadari kedekatan mereka telah menumbuhkan rasa cinta Syamil kembali, tapi banyak sekali kendala yang menyeret kisah cinta mereka juga jarak yang harus memisahkan mereka ketika Syamil di tuntut untuk meneruskan usaha ayahya. Sebuah kerudung telah di berikan Syamil untuk Syakilah sebelum perpisahan mereka.
"Pakailah jika kau sudah yakin dengan keputusan mu!" pesan Syamil.
"Kerudung ini akan aku simpan, seperti cintaku padamu" lirih sendu.
Syakilah selalu mengharap suatu saat Syamil datang dan memakaikan kerudung itu untuknya. Tapi apakah semua itu bisa terjadi?
Adakah cinta tanpa batas untuk seorang wanita malam seperti Syakilah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkeliling
"Tapi apa?" tanya pria itu memicing.
"Tapi sebelum bercinta, biasanya aku mengajak minum dulu, agar lebih hot" sebuah rayuan manis yang bisa menumbuhkan gairah siapa saja yang melihat.
"Ok, aku punya wine" jawab pria itu. Syakilah mengedipkan satu mata nya.
"Ok, akan aku ambil, dimana?" tanya Syakilah.
"Lemari es" jawab pria itu.
"Ok, duduklah dulu, aku akan mengambil untuk kita bersenang-senang malam ini" sebuah kedipan mata yang berhasil membuat pria itu menurut.
Syakilah menarik nafas dalam, saat ini dia mengambil dua gelas dan dua botol wine, di dalam tas beruntung ada beberapa obat tidur Syakilah mengambil dengan cepat obat itu lalu di masukkan ke dalam botol wine, semua Syakilah tata di atas nampan.
"Wah, ternyata wine mu cukup banyak, jadi aku ambil dua botol sekaligus, tak apa kan?" tanya Syakilah basa-basi. Pria itu menggeleng, Syakilah duduk di samping pria itu lalu dia menuangkan minuman ke gelas.
"Bersulang!" dentingan gelas menggema pria itu tertawa lalu meminum sampai habis wine yang di tuangkan Syakilah, Syakilah mengulas senyum. Pria itu seperti tak sabar dia mendekat ke arah Syakilah, Syakilah sempat was-was karena pria itu merangkul pinggang Syakilah dan ingin mencumbu, Syakilah nampak ketar-ketir ketika pria itu berhasil melepas baju nya, saat tubuh pria itu semakin merapat tibah-tibah tubuh pria itu ambruk di dekapan Syakilah. Dengan cepat Syakilah bergegas untuk mengambil kunci yang ada di saku celana pria itu, lalu Syakilah membaringkan pria itu ke sofa, buru-buru Syakilah beranjak mengambil tas nya keluar dari dalam kamar. Setelah berhasil keluar Syakilah bergegas melangkah seraya mengambil ponselnya di dalam tas lalu dia mengirim pesan pada Yosi untuk segera menjemputnya di lobi. Tapi Syakilah tidak memperhatikan jalan sehingga dia menabrak seorang pria. Tas Syakilah terjatuh dan barang-barang nya berkececeran segera dia memunguti barang nya dan meminta maaf pada pria itu. Syakilah tak punya waktu lama, takut pria yang bersamanya tadi bangun dan mengejarnya, sehingga dia langsung pergi setelah meminta maaf pada pria yang dia tabrak meski pria itu tak membalas nya hanya diam. Di lobi sudah ada Yosi yang menunggunya.
"Ayo cepat pergi!" perintah Syakilah pada Yosi. Yosi pun melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.
"Ke apartemen saja" kata Syakilah. Yosi mengangguk lalu menyodorkan 1 botol air mineral untuk Syakilah.
"Minumlah, agar lebih rileks!" seru Yosi. Syakilah menatap botol itu lalu mengambil nya dengan cepat dia membuka tutup botol dan langsung meminumnya.
"Terima kasih" ujar Syakilah seraya bersandar di jok belakang mobil.
Syakilah meremas kedua tangan nya. Hal yang seperti itulah yang membuat Syakilah selalu takut. Tak ayal banyak lelaki yang memandangnya dengan pandangan memangsa, kendati dia lah yang salah bekerja dan menjadi wanita penghibur di klub malam. Beruntung ada Yosi yang bisa membantunya dan obat tidur itu adalah pemberian Brenda teman nya yang dulu bekerja menjadi penari seperti dirinya, sayangnya Brenda kini sudah tidak lagi menjadi penari tapi menjadi wanita yang di bayar untuk menjual tubuhnya pada lelaki yang menginginkan tubuh nya.
Syakilah menarik nafas panjang sebelum dia membaringkan tubuhnya di ranjang berharap esok tak ada kejadian seperti ini lagi.
Sedangkan di klub Jac menghampiri mami yang ada di kamar nya.
"Apa yang terjadi?" sarkas mami ketika Jac menghampirinya.
"Pria itu mengajak nona ke hotel" jawab Jac memberitahu mami. Seketika rahang mami mengeras.
"Bukan nya dia hanya minta di temani dinner, lalu apa yang terjadi" tanya mami menahan kesal. Jac menjelaskan apa yang dia tahu.
"Beruntung nona bisa melepaskan diri" jawab Jac dia tahu dari Yosi.
"Bangsat pria itu" maki mami.
"Jac lakukan tugas mu, beri dia pelajaran!" seru mami dengan nada yang menahan geram.
"Baik nyonya"
***
Pagi ini Syamil bersama Wardah sudah siap untuk berkeliling pulau Dewata ini. Yang mereka tuju bukan lah pantai melainkan beberapa toko oleh-oleh, mereka juga pergi ke sanggar tari dan ke musium, tak lupa ke galeri, kebetulan ada pameran. Jadi banyak turis dan pengunjung memadati galeri. Selesai membeli beberapa oleh-oleh untuk ibu Syamil merasa rindu dengan sang ibu yang sudah beberapa hari tak jumpa, ikatan batin ibu dan anak itu sangat dekat meski terpaut jarak, terbukti ponsel Syamil bergetar dilihatnya ternyata panggilan dari umi Asiyah.
"Teh, umi telfon, biar aku angkat dulu" beritahu Syamil pada Wardah yang memilih kain Bali Wardah pun mengangguk. Syamil memilih keluar dari butik.
"Assalamu'alaikum umi" salam Syamil.
'Wa'alaikum salam' Jawab umi.
"Umi apa kabar? maafkan Syamil ya umi belum menghubungi umi"
'Alhamdulillah nak umi sehat, Daddy juga sehat, kamu nya sendiri gimana? apa betah disana?' cecaran pertanyaan yang membuat Syamil bingung dari mana akan menjawabnya.
"Em,, Alhamdulillah Syamil juga sehat umi, dan Syamil betah disini keluarga om Fernando baik banget sama Syamil umi, teteh juga baru sampai kemarin, sekarang kita lagi jalan-jalan. umi minta oleh-oleh apa?" panjang kali lebar jika sama sang ibu Syamil begitu banyak bicara.
'Apa pun yang kamu beli umi suka' jawab ibu pada Syamil. Mereka mengobrol banyak. Sampai-sampai Wardah sudah selesai dengan belanjaan nya. Melihat Wardah yang sudah ke kasir membuat Syamil pamit pada ibu agar panggilan nya di lanjut nanti jika Syamil sudah sampai di rumah dia akan menghubungi ibu. Ibu pun tak masalah, Syamil mematikan panggilan nya seusai mengucap salam. Syamil buru-buru masuk ke dalam butik menemui Wardah.
"Sudah teh?"
"Hem, sekalian aku sudah pilihkan untuk Tante Asiyah dan om Tommy" jawab Wardah.
"Thanks,," balas Syamil mengulas senyum manis pada Wardah. Wardah menatap datar. Selesai berbelanja mereka berencana akan mampir ke apartemen Fernando sekalian mau main sama Arkan. Tak terasa sudah pukul 3 sore, mereka pun sampai di depan apartemen bertepatan dengan adzan ashar berkumandang di masjid yang ada di depan apartemen.
"Kita sholat aja sekalian di masjid!" ajak Wardah dan Syamil pun setuju. Mereka mulai sholat jamaah. selesai sholat mereka berjalan menuju ke apartemen. Saat di lobi, Syamil melihat ke arah taman dan dimana ada seseorang yang duduk di bangku taman.
"Teh,," panggil Syamil menghentikan langkah Wardah, Wardah pun menatap Syamil dengan penuh pertanyaan.
"Ada apa?"
"Teteh ke dalam dulu, aku mau mampir ke minimarket sebentar" ujar Syamil. Wardah pun menghela nafas kasar. Lalu dia mengangguk.
"Baiklah, kirim nomor unit nya!" pinta Wardah.
"Ok" jawab Syamil seraya mengambil ponsel nya di saku lalu mengirim nomor unit milik Fernando. Wardah pun kembali melangkah ke dalam. Setelah itu Syamil buru-buru menuju taman.
"Maaf, Permisi!"