Gadis Nakal Kesayangan Om Mafia

'Sayang, kamu dimana?' Tanya Rendy di balik telepon.

"Di rumah, kenapa memang nya?" Tanya Ayyara, padahal dia sedang berada di apartemen Jayden. Dia masih belum pulang dari kediaman pria tampan itu karena masih merasa nyaman. 

Merasakan gadis yang sedari tadi di peluknya tiada, pria itu langsung membuka kedua mata nya. Dengan tubuh polos nya, dia beranjak dari tidurnya dan meraih bathrobe yang menggantung rapih lalu memakai nya. Jayden menyusul sang gadis ke balkon. Pria itu curiga kalau gadis nya ada disana, karena samar-samar dia bisa mendengar suara lembut gadis itu dari arah sana. 

Ayyara membulatkan mata nya saat merasakan sepasang tangan kekar membelit di pinggang nya. Gadis itu melirik ke samping, ternyata Jayden sedang mendusel-duselkan wajah nya di ceruk leher nya. 

"Sa.." baru saja Jayden akan memanggil nya, Ayyara keburu meletakan satu telunjuk nya di bibir, meminta pria itu diam. Menurut, ya Jayden menurut. Baru kali ini seorang Jayden menurut pada seorang gadis, bisa di bilang juga gadis kecil karena usia mereka yang berbeda jauh.

'Itu siapa?' Tanya Rendy di seberang sana.

"Hah? Gak ada siapa-siapa kok, aku sendirian." 

'Ohh, kita jalan-jalan yuk?' Ajak Rendy yang membuat Ayyara seketika membulatkan kedua mata nya, belum lagi ada Jayden yang sibuk mengecupi pundak nya yang polos, membuat nya kegelian.

"Kema-na?" Tanya Ayyara dengan nafas yang tersengal. Jujur saja, pundak adalah salah satu titik sensitif nya dan Jay tahu benar akan hal itu. 

'Kemana aja terserah kamu.'

"A-ku lagi gak enak badan, Ren." Jawab Ayyara, dia memejamkan mata nya saat merasakan tangan besar Jayden kini telah menyusup ke dalam perut nya. 

'Lho kok kamu gak bilang, aku kesana sekarang ya?'

"G-gak usah, Ren. Aku gak mau ketemu seseorang sekarang, aku lagi capek banget." Jawab Ayyara, dia tak mau harus buru-buru pulang karena disini dia merasa nyaman bersama Jayden. 

'Hmm, yaudah. Padahal biasa nya kamu manja plus nempel terus sama aku kalo lagi sakit, sekarang berubah ya?' Ayyara melotot, benar sekali. Ya, apa yang di ucapkan oleh Rendy memang benar.

Biasa nya dia akan sangat manja jika sedang sakit, bagaimana bisa dia melupakan hal seperti ini?

'Ayyara bodooh, semoga saja Rendy gak sadar.' Batin Ayyara. 

'Yaudah, kalo gitu aku mau makan dulu. Kamu jangan lupa makan ya, nanti malem aja aku kesana jengukin kamu.'

"Iya, Ren. Kalo gitu, aku tutup telepon nya ya?"

'Iya, sayang. Babay, Love you.'

"Hemm, Love you more." Jawab Ayyara yang membuat Jayden langsung melepaskan pelukan nya. Ayyara mematikan sambungan telepon nya, lalu meletakan ponsel nya di atas meja kecil yang ada di balkon. Biasa nya, Jayden akan menggunakan meja itu untuk menyimpan rokok atau minuman. 

"Kok bangun?" Tanya Ayyara sambil meraba rahang tegas berbulu tipis milik Jayden. Tapi, pria itu terlihat datar. Tidak seperti tadi saat dia tiba-tiba saja memeluknya. 

"Daddy? Kok cemberut gitu sih. Kenapa?" Tanya Ayyara sambil mencubit gemas pipi Jayden.

"Siapa yang nelpon? Sampe bilang love you segala." Ketus Jayden yang membuat Ayyara terkekeh.

"Itu Rendy, pacar aku, Dad." 

"Sejak kapan kamu punya pacar?" Tanya Jayden dengan tatapan menyelidik nya.

"Lho, Daddy lupa? Di awal saat kita bercintaa untuk pertama kali malam itu, aku sudah bilang kalau aku punya pacar, Dad." Jawab Ayyara yang membuat Jayden terlihat mengingat-ingat. Benar, Ayyara mengatakan kalau dia mempunyai kekasih karena dia cantik. 

"Kenapa gak kamu putusin?"

"Memang nya kenapa? Gak bisa gitu dong, Dad. Aku sama dia udah pacaran dua tahun, lagian hubungan kita selama ini baik-baik aja kok." Jelas Ayyara yang membuat Jayden tersenyum kecut. Benar-benar kecut, bahkan kecut nya mengalahkan buah asam. 

"Daddy.."

"Daddy doesn't want to be aku affair, Dear." Jawab Jayden dengan suara datar nya, dia menatap Ayyara dengan tatapan tajam nya.

"Jangan menatap aku seperti itu, Dad." 

"Putuskan dia atau Daddy habisi pria itu hmm?" Tanya Jayden yang membuat Ayyara membulatkan kedua mata nya.

"Daddy, jangan melakukan hal semacam itu."

"Jadi, kamu memilih untuk memutuskan dia atau besok lusa kepala nya aku kirim ke rumah mu?"

"Daddy, aku gak suka ya Daddy gini. Kalau Daddy gini, lebih baik kita gak usah ketemu lagi." Ucap Ayyara. 

"Ohh, jadi kamu memilih mempertahankan hubungan mu dengan pria itu, baby?" Tanya Jayden, dia mencengkram erat pundak Ayyara hingga membuat gadis itu meringis. Gadis itu benar-benar ketakutan, inikah aura seorang Jay yang katanya seorang mafia kejam?

"Aaasshh, sakit Dad."

"Jawab aku, Ayyara!"

"Terserah Daddy, kalau pun aku menjelaskan semua nya, bukankah Daddy takkan peduli heh?" Tanya Ayyara, dia menghempaskan kedua tangan Jayden dari pundak nya, lalu membawa ponsel dan masuk ke kamar tanpa menghiraukan reaksi Jayden. 

"Ayya!"

"Apa lagi hmm?" Tanya Ayyara, dia mengganti pakaian nya dengan pakaian miliknya tadi. Setelah itu dia bersiap untuk pergi dengan membawa tas nya. 

"Ayyara, mau kemana?"

"Pulang, aku malas berdebat. Tidak di rumah, tidak disini, semua orang seolah-olah mengajak aku untuk bertengkar!" Ucap Ayyara, dia meninggalkan pakaian yang tadi di belikan oleh Jayden di mall. Dia hanya memakai pakaian yang tadi dia pakai dari rumah, dress berwarna pink pastel bertali spaghetti. 

"Ayya!" 

Jayden berlari menyusul Ayyara, tapi gadis itu sudah pergi dengan lift. Jayden mengumpati dirinya sendiri, kenapa dia bisa melakukan hal semacam ini. Harus nya dia tidak bertindak seegois ini, karena bagaimana pun dialah yang masuk ke dalam kehidupan Ayyara baru-baru ini. Padahal sebelumnya, dia sudah memilki kekasih. Jadi, siapa orang yang harus nya mengalah? Jayden. Tapi, pria itu terlalu egois dan gengsi nya terlalu tinggi. 

"Aarrghhhh sial.." Jayden kembali mengumpat saat melihat Ayyara pergi dengan menaiki taksi online. 

Pria itu pun mau tak mau kembali masuk ke dalam unit apartemen nya, dia mencerna setiap hal yang terjadi padanya dan Ayyara. Dia benar-benar tidak menyangka kalau dia bisa seposesif itu pada Ayyara. 

"Apa yang sudah kau lakukan, Jay? Kau pasti menyakiti perasaan gadis mu." Gumam Jayden, dia menyandarkan punggung nya di sofa dengan kepala yang menengadah ke atas menatap langit-langit apartemen nya.

Dia kembali memikirkan semua yang sudah dia lakukan pada Ayyara, pasti dia sangat menyinggung perasaan gadis itu, makanya dia pergi tanpa banyak kata-kata. 

"Maafkan aku, sayang." 

Sedangkan di dalam mobil, Ayyara merutuki pria yang kini tengah di landa galau juga di apartemen nya. 

"Nyebelin banget itu Om-om, masa gue harus mutusin Rendy sih? Apa alesan nya coba? Selama ini kan kita baik-baik aja, jadi alesan apa yang harus gue bilangin ke dia." Rutuk Ayyara. Dia benar-benar tidak suka akan sikap Jayden yang terlalu posesif menurut nya, padahal dari awal dia sudah jujur kan? Dia memang sudah mempunyai kekasih, hanya saja dia sedang menempuh pendidikan di luar negeri. 

Beberapa menit kemudian, Ayyara pun sampai di rumah nya. Gadis itu melangkah masuk, tapi baru saja membuka pintu seketika dia menghela nafas nya dengan kasar begitu melihat siapa yang sudah menatap nya dengan tatapan tajam. 

Siapa lagi kalau bukan David, pria paruh baya itu menatap putri semata wayangnya itu dengan tajam. Pergi pagi, pulang sore bahkan sebentar lagi sudah memasuki waktu malam. Dengan pakaian yang sangat terbuka, tentu saja membuat David marah.

"Dari mana kau?"

"Main." Jawab Ayyara acuh, bahkan dia berdiri tegap saat sang ayah mulai mendekati nya.

"Bisa tidak kamu berhenti jadi anak pembangkang?"

"Tidak, karena sikap ku mengikuti cara mendidikmu yang gagal." Jawab Ayyara dengan berani. 

Plak.. 

Tanpa ragu, David menampar pipi kanan Ayyara hingga membuat wajah gadis itu memerah, bahkan membiru. 

"Hah, kenapa hanya disini? Ayo lakukan lagi. Kau takkan bisa membuat aku takut hanya dengan menampar ku seperti ini, tuan David." Jawab Ayyara, dia tersenyum getir sambil menatap ke arah sang ayah. Melihat hal itu, David berang dan kembali melayangkan tamparan keras di pipi kiri sang putri.

"Papah.." Agnes berlari dari dapur saat mendengar ada perdebatan di ruang tamu. Begitu terkejut nya dia saat melihat ayah dan anak itu tengah berdiri berhadapan dengan Ayyara yang memegangi pipi nya. 

Perih, panas Ayyara rasakan di kedua sisi wajahnya. Tapi, rasa sakit ini tidak sebanding dengan rasa sakit yang dia rasakan di hati nya. Luka batin yang cukup dalam, dan yang memberikan nya adalah sosok ayah. Pria yang harusnya memberikan contoh, menjadi panutan untuk anak perempuan nya, tapi justru ini malah sebaliknya.

......

🌻🌻🌻🌻