NovelToon NovelToon
Jejak Tanpa Nama

Jejak Tanpa Nama

Status: sedang berlangsung
Genre:Mata-mata/Agen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:637
Nilai: 5
Nama Author: Dyy93

Jejak Tanpa Nama mengisahkan perjalanan Arga, seorang detektif muda yang berpengalaman dalam menyelesaikan berbagai kasus kriminal, namun selalu merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Suatu malam, ia dipanggil untuk menyelidiki sebuah pembunuhan misterius di sebuah apartemen terpencil. Korban tidak memiliki identitas, dan satu-satunya petunjuk yang ditemukan adalah sebuah catatan yang berbunyi, "Jika kamu ingin tahu siapa yang membunuhku, ikuti jejak tanpa nama."

Petunjuk pertama ini membawa Arga pada serangkaian kejadian yang semakin aneh dan membingungkan. Saat ia menggali lebih dalam, ia menemukan sebuah foto yang tampaknya biasa, namun menyembunyikan banyak rahasia. Foto itu menunjukkan sebuah keluarga dengan salah satu wajah yang sengaja dihapus. Semakin Arga menyelidiki, semakin ia merasa bahwa kasus ini lebih dari sekadar pembunuhan biasa. Ada kekuatan besar yang bekerja di balik layar, menghalangi setiap langkahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyy93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perang dengan Waktu

Kehidupan Arga dan timnya kini digantungkan pada ketepatan keputusan mereka dalam menghindari kejaran Helios. Setelah terpisah dalam hutan, mereka tahu waktu tidak berpihak pada mereka. Tanpa petunjuk pasti tentang keberadaan satu sama lain, setiap langkah harus dihitung. Ancaman yang lebih besar kini datang dari udara, sementara pasukan elit Helios masih terus mengejar jejak mereka.

Di tengah kegelapan hutan yang semakin tebal, Arga mendengar suara helikopter di atas mereka. Cahaya lampu sorot mulai bergerak cepat, menyapu seluruh kawasan, semakin mendekat. Damar, yang berada di sampingnya, memandang dengan tatapan tajam. Mereka tak bisa lagi mengandalkan hutan untuk menutupi jejak mereka.

"Ada dua kemungkinan," kata Damar, matanya tertuju ke langit yang mulai terlihat dari celah pohon-pohon besar. "Kita bisa terus berlari, berharap bisa menemukan tempat yang lebih aman, atau kita putuskan untuk berbalik dan melawan mereka."

Arga menggigit bibirnya. Perasaan cemas menyelubungi dirinya, namun ia tahu bahwa mereka tak punya pilihan. “Kita harus bertahan hidup lebih lama. Menangani musuh di medan terbuka, dengan helikopter yang sudah mulai berpatroli, adalah bunuh diri."

Damar mengangguk, menyadari hal itu. "Kita butuh waktu lebih untuk bisa memukul mundur mereka."

Arah yang mereka ambil semakin terjal dan sulit, namun Arga merasa ini adalah satu-satunya cara untuk memperlambat pengejaran mereka. Mereka berlari melalui semak belukar yang rapat, memanjat tebing kecil, dan berusaha menyembunyikan jejak mereka dari pandangan udara.

Namun, kehadiran helikopter semakin nyata. Arga bisa mendengar suara mesin yang semakin mendekat. Cahaya dari lampu sorot makin terang, membuat langkah mereka semakin terbatas. Arga menghentikan langkahnya, merunduk di balik sebuah batu besar yang tertutup lumut. Damar, yang berada di belakang, mengikutinya.

"Harus ada cara untuk mematikan sistem pelacaknya," bisik Damar, sambil melihat ke arah langit yang semakin gelap. "Jika tidak, mereka akan terus melacak kita sampai ke ujung dunia."

Arga mengamati sekitar. Ia tahu mereka harus bertindak cepat. "Aku punya ide, tapi kita harus menuju ke tempat lebih tinggi. Kita bisa menurunkan sinyal dari ponsel kita di daerah yang lebih terbuka."

"Apa maksudmu?" tanya Damar, masih tidak mengerti.

"Di puncak bukit dekat sini, ada antena satelit milik Helios. Jika kita berhasil mencapai puncaknya, kita bisa memutuskan komunikasi mereka. Setidaknya, itu memberi kita waktu lebih lama."

Damar mengangguk. “Berarti kita harus bergerak cepat, sebelum mereka menemukan kita.”

Dengan rencana yang sudah disepakati, Arga dan Damar segera melanjutkan perjalanan menuju puncak bukit yang berada beberapa kilometer dari posisi mereka. Setiap langkah semakin terasa berat karena medan yang terjal dan sulit. Hutan di sekitar mereka semakin gelap, hanya cahaya helikopter yang semakin terang sebagai petunjuk arah.

---

Di sisi lain, Alya dan Lina juga berusaha keras untuk menghindari pengejaran. Mereka berlari melalui jalan yang lebih terbuka, berharap bisa menjauhkan diri dari kejaran musuh. Namun, semakin lama mereka berlari, semakin banyak pasukan Helios yang mendekat.

"Alya, kita harus melakukan sesuatu. Aku bisa mendengar mereka di belakang kita," kata Lina, cemas. "Helikopter itu semakin mendekat. Kita butuh perlindungan."

Alya memandang sekeliling. “Lina, ada gua di depan sana. Kita bisa bersembunyi di sana sementara menunggu peluang untuk kabur lebih jauh.”

Mereka segera berlari menuju gua yang terletak di sisi kiri jalan mereka. Begitu masuk, Alya memastikan pintu gua tertutup rapat, bersembunyi di balik batu besar yang menutupi pintu masuk.

Namun, ketegangan mereka tidak berakhir begitu saja. Suara helikopter yang berputar di atas mereka tidak menghilang. Mereka tahu bahwa Helios tidak akan berhenti. Mereka harus segera menghubungi Arga dan Damar, namun komunikasi terputus karena sinyal yang terblokir.

"Lina, apakah kamu bisa menemukan cara untuk menghubungi mereka?" tanya Alya, memandang perangkat komunikasi yang dimilikinya.

Lina mencoba menekan beberapa tombol pada alat komunikasi mereka, berusaha mencari saluran yang bisa menghubungkan mereka dengan Arga dan Damar. “Aku coba sekali lagi... jika ini gagal, kita akan terpisah lebih lama.”

Alya memejamkan mata sejenak, meresapi seluruh situasi. Mereka sudah cukup lama berada di bawah ancaman, dan Alya tahu bahwa keputusan ini tidak hanya mengenai hidup mereka. "Jika kita gagal menghubungi mereka, kita harus berjuang sendirian."

Alya mulai menyiapkan senjatanya, menatap keluar gua dengan waspada. Lina mengangguk dan mengikuti. Mereka tahu bahwa musuh semakin mendekat, dan mereka harus segera memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

---

Di sisi lain, Arga dan Damar akhirnya tiba di puncak bukit. Di sana, antena satelit Helios yang tinggi menjulang, memancarkan gelombang komunikasi yang digunakan untuk melacak dan memantau gerakan mereka.

“Ini dia,” bisik Arga. “Damar, kita harus menonaktifkan antena ini. Kalau kita bisa menonaktifkan sistemnya, kita akan punya waktu lebih banyak.”

Damar mengangguk dan mulai memanjat menara antena dengan cepat. Arga menjaga sekitar dengan waspada, matanya bergerak-gerak, memastikan tidak ada pasukan Helios yang bisa mendekat. Selama beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam, Damar akhirnya berhasil mengakses panel kontrol antena dan menonaktifkan sistem pelacak.

“Aku sudah matikan!” teriak Damar dari atas menara. “Sekarang kita punya sedikit waktu.”

Namun, kelegaan mereka hanya sementara. Tiba-tiba, suara ledakan keras terdengar di kejauhan, diiringi suara helikopter yang semakin mendekat. Mereka sadar bahwa Helios sudah mengetahui keberadaan mereka dan tidak akan membiarkan mereka pergi begitu saja.

“Ayo pergi!” teriak Arga. "Kita harus keluar dari sini sebelum mereka datang!"

Damar melompat turun dengan gesit, dan mereka segera berlari menjauh, tahu bahwa kejaran Helios belum berakhir. Mereka harus terus berlari, terus bertahan, karena hanya dengan menghancurkan Helios mereka bisa menghentikan kekacauan yang lebih besar.

Perang waktu telah dimulai—dan hanya dengan keberanian, strategi, dan kerja sama yang tepat mereka bisa selamat dari kejaran ini.

---

1
La Otaku Llorona <33
Tungguin lama-lama juga bikin kangen 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!