Membaca novel ini mampu meningkatkan imun, iman dan Imron? Waduh!
Menikah bukan tujuan hidup Allan Hadikusuma. Ia tampan, banyak uang dan digilai banyak wanita.
Hatinya telah tertutup untuk hal bodoh bernama cinta, hingga terjadi pertemuan antara dirinya dengan Giany. Seorang wanita muda korban kekerasan fisik dan psikis oleh suaminya sendiri.
Diam-diam Allan mulai tertarik kepada Giany, hingga timbul keinginan dalam hatinya untuk merebut Giany dari suaminya yang dinilai kejam.
Bagaimana perjuangan Allan dalam merebut istri orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BSMI 16
Desta baru saja tiba di kantor. Saat akan masuk ke dalam lift, bersamaan dengan Aluna yang baru keluar dari sana. Tatapan mereka pun saling bertemu. Sontak Desta menghentikan langkah kakinya.
Aluna memutar bola matanya pertanda malas. Lagi-lagi ia harus mencari cara untuk bisa menghindar dari laki-laki itu. Selama beberapa bulan ini, Desta terus mengejar dan meminta kesempatan.
Walaupun tak dapat dipungkiri oleh gadis cantik itu, bahwa masih ada sisa cinta di dalam hatinya untuk Desta, namun jika mengingat perbuatan Desta yang tega mengkhianati nya dengan tidur bersama gadis lain membuatnya kecewa.
Selama ini ia ingin membalas sakit hatinya dengan mengabaikan mantan kekasihnya itu.
"Maaf, permisi." Desta melewati Aluna begitu saja dan hendak masuk ke dalam lift, yang mana membuat Aluna menatapnya heran. Sebab untuk pertama kalinya Desta seolah mengabaikan keberadaan dirinya.
"Desta!" panggil Aluna membuat Desta berhenti di ambang pintu lift.
"Kenapa, Lun?"
Aluna tergugu, setelah menyadari mulutnya yang secara reflek memanggil. "Em ... Kamu ada apa? Sedang ada masalah, ya?"
"Iya, Lun ... Kemarin Giany jatuh dari tangga dan keguguran," jawabnya dengan nada tak bersemangat. Kemudian melirik arah jarum jam di pergelangan tangannya. "Maaf, aku harus ke atas, ada meeting penting. Sampai ketemu."
Setelah itu, Desta segera masuk ke dalam lift, meninggalkan Aluna yang masih membeku di tempatnya.
"Giany keguguran? Apa artinya setelah ini Desta akan menceraikan dia? Tapi kenapa sepertinya Desta sedih?" gumam Aluna yang masih berada di depan lift.
Setibanya di dalam ruangan, Desta menjatuhkan tubuhnya di kursi. Pikirannya bercabang. Antara perasaan tidak senang mendapati kebersamaan istrinya dengan Dokter Allan, dan juga wajah sedih Aluna ketika Desta mengabaikannya saat bertemu di lift tadi.
Tiba-tiba teringat janjinya beberapa bulan lalu di hadapan Aluna bahwa ia akan menceraikan Giany begitu anaknya terlahir. Tetapi entah perasaan itu muncul dari mana, Desta seakan tidak rela melepas Giany.
Walau bagaimana pun Giany adalah istrinya. Meski menolak mengakui bahwa ada Giany di hatinya, namun sebagai suami, ia tidak akan bisa terima jika istrinya mendapat perhatian dari laki-laki lain, sekalipun itu adalah dokternya.
“Ada hubungan apa antara Giany dan Dokter itu? Kenapa sepertinya dokter itu sangat perhatian terhadap Giany?”
Desta terus larut dalam pertanyaan di benaknya. Bahkan saat rapat berlangsung, ia lebih banyak diam.
***************************
Keesokan harinya ...
Giany sedang membereskan beberapa barang miliknya dan memasukkan ke dalam sebuah tas kecil. Hari ini ia akan pulang ke rumah Desta.
Bibi Sum baru saja masuk ke dalam kamar perawatan itu. Tadi pagi, setelah sopir mengantarnya ke kantor, Desta meminta agar Giany dijemput oleh Bibi Sum dan sopir saja. Sebab dirinya masih banyak pekerjaan di kantor.
“Mbak Giany sudah siap?”
“Sudah, Bibi.”
“Ayo Mbak, kita pulang. Pak Mulyo sudah mengurus administrasi Mbak Giany.”
Giany hanya menyahut dengan anggukan kepala. Setelah semua hal buruk yang dialami, wanita itu memutuskan akan pergi dari rumah suaminya. Ia hanya pulang ke rumah Desta untuk mengambil barang-barang miliknya saja. Lagi pula tidak ada lagi alasan baginya untuk bertahan, begitu pun dengan Desta yang pernah berkata akan menceraikannya begitu anak mereka lahir. Mengingat semua perkataan Desta, rasa sakit kembali menjalar. Tetapi Giany tidak ingin larut dalam kesedihan.
Setibanya di parkiran, Pak Mulyo membuka pintu mobil untuk Giany.
“Silakan, Mbak. Hati-hati,” ucapnya.
“Terima kasih, Pak.”
Tanpa disadari oleh Giany, sepasang mata sedang menatapnya dari kejauhan. Allan menghela napas panjang. Pandangannya mengikuti mobil yang ditumpangi Giany, yang baru saja meninggalkan rumah sakit.
Allan, Allan … Kalau biasanya seorang dokter senang pasiennya sehat dan pulang ke rumah, kenapa kali ini kamu malah sedih? ujarnya dalam benak.
****************
Kurang dari satu jam perjalanan, mobil memasuki halaman rumah. Giany menatap sedih bangunan itu. Di rumah inilah dirinya mengalami kekerasan selama berbulan-bulan.
Memasuki rumah, tatapannya tertuju ke arah tangga. Di sana lah Desta mendorongnya hingga terjatuh. Mengingat itu, tak terasa air mata mengalir begitu saja membasahi wajah tirusnya. Bibi Sum yang menyadari segera mengusap bahu istri majikannya itu.
“Mbak Giany sabar, ya … Mbak Giany pasti bisa hamil lagi nanti.”
“Bibi, aku mau pergi dari rumah ini. Sekarang, aku tidak ada alasan untuk bertahan dengan Mas Desta. Lagi pula, Mas Desta pernah bilang akan menceraikan aku begitu anakku lahir.”
“Jangan pergi, Mbak!” ujar Bibi Sum. “Mbak Giany mau kemana? Bukannya Mbak Giany tidak punya siapa-siapa?”
“Kemana saja, Bi’. Yang penting pergi dari sini.”
Giany segera menuju kamarnya yang berada di belakang, di sebelah kamar Bibi Sum. Ia mengeluarkan semua pakaiannya dari dalam lemari dan memasukkan satu persatu ke dalam koper. Bibi Sum hanya berdiri di ambang pintu menatap Giany dengan raut wajah sedih.
Hari ini Giany akan memulai segalanya dari awal. Kekecewaan, kesedihan, dan rasa sakit akan ia tinggalkan menjadi kepingan kenangan di rumah itu.
Giany melirik arah jarum jam di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Ia harus bergegas keluar dari rumah itu sebelum malam tiba.
“Bibi, aku pergi ya,” ucap Giany membuat Bibi Sum memeluknya.
Wanita muda itu menyeret kopernya, namun saat tiba di ambang pintu, terdengar suara seseorang memanggil.
“Giany, mau kemana kamu?”
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
terima kasih ...