Rin yang terpaksa harus merubah penampilannya saat berada disekolah barunya sebagai siswa pindahan, dikarenakan sebuah kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri dan dirawat dirumah sakit.
Disekolah baru ini, Rin harus mengalami drama sekolah bersama primadona kelasnya serta dengan adik kelasnya. Serta rahasia dari sekolah barunya, bersama dengan identitasnya yang ingin diketahui teman-teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Klub SK (Surat Kabar)
Suara bel istirahat pertama berbunyi, Karin dan Rin segera berdiri dari tempat duduk mereka pada saat yang bersamaan.
“Kalian mau kemana?” tanya Ami yang duduk di depan Rin.
“Ke UKS.” jawab Rin.
“Ke ruangan Kepsek.” jawab Karin.
Mereka berdua menjawab pada waktu yang bersamaan lagi, lalu pergi meninggalkan kelasnya. Fifi berdiri juga dan ingin keluar.
“Kamu mau ngikutin mereka Fi?” tanya Ami lagi.
“Nggak, aku mau pergi ke kantin, mau temanin?” ujar Fifi.
“Kalau kamu mau kemana Tan?”
“Aku mau ke ruang klub Surat Kabar, mau berikan ini ke mereka.” ujar Tania sambil menunjukan tumpukan kertas ditangannya.
“Kamu mau ke sana, aku ikut, maaf Fi, aku nggak bisa menemanimu.” Ami meminta maaf karena tak bisa menemani Fifi.
“Fifi tunggu, kami mau ke kantin juga.” Sonya menghentikan Fifi
Mereka pergi ke tujuan mereka masing-masing.
Tania mengetuk pintu ruangan klub surat kabar, lalu memasuki ruangan tersebut. Disana ada seseorang yang sedang menghadap ke arah komputer sambil menekan-nekan tuts keyboard, mengetik sesuatu.
“Anu, permisi.” ujar Tania mencoba mengajak nya berbicara.
“Iya, ada apa.” jawabnya menanggapi ucapan Tania.
“Maaf kak, kami ingin mengembalikan ini.” Tania menyodorkan kertas yang dia bawa itu.
“Ini, kalian mendapatkannya dari siapa?” tanyanya ke Ami dan Tania. “Kalian dari kelas berapa?”
“Maaf kak, saya Tania dan ini Ami, kami dari kelas 2-2.” jawab Tania.
“Saya Roy, kalian teman sekelasnya Ardi, apa kalian mendapatkannya dari Ardi.” tanya Roy memastikan.
“Sebenarnya secara tidak langsung sih Kak.” tutur Ami.
“Maksud kalian apa?”
Tania mulai menceritakan apa yang terjadi dan kenapa kertas-kertas itu bisa ada di tangan Tania.
“Oh begitu ceritanya.”
“Kak boleh aku bertanya sesuatu ke kakak tentang Ardi?” tanya Tania.
“Boleh, memangnya ada apa dengan Ardi.”
“Apa Ardi benaran kehilangan ingatan tentang klub surat kabar?”
“Maksudnya hilang ingatan itu apa?”
“Tadi pagi ada hal aneh di bicarakannya, dia bilang kalau dia itu bukan anggota surat kabar sama sekali waktu kami tanya apa ada sesuatu yang di ketahui anak surat kabar tentang murid pindahan di kelas kami.” Tania menjelaskan maksud ucapannya.
“Oh begitu ya, Ardi saat ini memang bukan anak surat kabar lagi, soalnya dia minta keluar dari klub surat kabar, mungkin saat setelah dia bertengkar waktu itu, tapi kalau hilang ingatan itu nggak mungkin deh.” tutur Roy.
“Kenapa kakak bisa yakin begitu, walaupun dia tadi bilang kalau dia itu kecelakaan jadi dia tidak bisa masuk sekolah.” sanggah Ami.
“Ya, soalnya, sifat Ardi itu dia tidak ingin memperpanjang masalah yang tengah terjadi antara dia dengan orang lain dengan menghilangkan topik masalahnya, lalu apa ada yang aneh dengan sikapnya selain masalah surat kabar. Kalau soal kecelakaan itu memang benar, tapi dia tidak ingin yang lainnya tahu kalau sedang dirawat di rumah sakit karena kecelakaan, kalau nggak salah saat sorenya ketika dia keluar dari klub.” tutur Roy.
“Iya sih Kak, dia bersikap seperti biasanya saat di kelas.” ujar Tania.
“Kak Roy, Ami boleh nggak ngelihat data murid pindahan?”
“Memangnya siapa yang ingin kamu ketahui datanya?” tanya Roy.
“Rin Astav, Firia Argyle dari kelas kami dan Nirmala Putrie dari kelas 1-4, oh iya kak sekalian Karin Althea dari kelas kami juga.” pinta Ami
“Ami apa sih yang kamu lakukan.” Tania merasa bingung dengan Ami.
“Aku hanya penasaran, siapa sebenarnya mereka, semenjak Rin pindah ke sini, terlalu banyak teka-teki bermunculan.”
“Bahkan Karin juga ingin kamu selidiki.”
Roy telah selesai masuk ke bank data di komputer di depannya, di tunjukan nya ke Ami, dimulai dengan data Nirmala, data yang di tunjuk di komputer tentang Nirmala terlihat cukup normal, walaupun ada beberapa data yang cacat atau tidak diterangkan di sana, kemudian Roy menunjukan data Fifi, disana terlalu banyak data yang tidak diterangkan, hanya nama, tempat dan tanggal lahir serta jenis kelaminnya saja yang tertera.
Kemudian datanya Karin yang di lihat kan oleh Roy, tak berbeda dengan datanya Fifi, terlalu banyak hal-hal yang tidak diterangkan di sana, lalu Roy menunjukan datanya Rin. Begitupun dengan datanya Rin tak berbeda dengan data pribadi Fifi dan Karin, namun ada satu hal yang membuat Ami dan Tania kaget saat melihat foto Rin di data pribadinya.
“Ami dia inikan ....” kata-kata Tania seakan tertahan.
“Sepertinya aku kenal deh dengan wajah ini.” tutur Ami.
“Cowok yang ada di kafe itu.” ujar mereka kompak, “dia pemiliknya, kan.”
“Iya, kata Dinda dia pemiliknya.” tutur Ami, “tapi kenapa data-data mereka seperti ini, siapa sih sebenarnya mereka ini.” tutur Ami penasaran.
“Kalau itu kami juga tidak tahu, hanya ini yang bisa kakak bantu, oh iya ini sebagai informasi tambahan.” ujar Roy sambil mengotak atik bank data itu lagi.
“Siapa itu, Kak.” tutur Ami, “kenapa datanya sama seperti mereka?"
“Dia adalah guru baru di sini, dia menggantikan posisi pak Amir yang sudah pensiun beberapa waktu yang lalu, dan juga dia akan mulai mengajar hari ini di kelas kalian.”
Seusai Roy membicarakan hal itu, suara bel berbunyi. Roy segera mematikan komputernya lalu mereka kembali ke kelas mereka masing-masing. Siswa-siswi yang berada di luar, semuanya mulai berbondong-bondong menuju kelas mereka.
“Darimana kalian berdua.” ujar Sonya.
“Dari ruang klub SK” jawab Tania.
“Kenapa kalian lama disana, hayo ngapain aja disana.” ujar Olive
“Kalau itu nggak penting untuk sekarang. Ada sesuatu yang ingin kami kasih tahu ke kalian.” Olive, Sonya dan sebagian murid yang didekatnya memperhatikan Ami dengan serius, “kalau hari ini, dikelas kita akan ada-”
Ucapan Ami langsung terputus saat seorang wanita masuk ke kelas mereka, membuat yang lainnya langsung berdiam diri di bangku mereka.
“- guru baru, itu maksud aku.” ujar Ami meneruskan ucapannya.
Ada beberapa siswa yang masih berada diluar termasuk Rin dan Karin yang belum kembali dari UKS maupun ruang Kepsek.
“Apa sudah semua yang ada di kelas ini.” ujar guru baru itu.
“Belum Bu, masih ada yang di luar.” ujar ketua kelas, “nah, itu mereka.” sambungnya ketika yang lainnya masuk ke kelas.
“Maaf Bu kami terlambat.” ujar siswa yang paling depan.
Rin dan Karin berada paling belakang diantara mereka, saat ingin ke bangkunya, Karin tiba-tiba berhenti saat dia menatap guru baru itu, dan karena hal itu Rin tak sengaja menumburnya.
“Woi, kenapa berhenti tiba-tiba sih.” tutur Rin kesal ke Karin.
“Itu ....” satu kata itu terucap dari Karin sembari mengarahkan tangannya, menepuk-nepuk ke arah Rin dengan wajah terkejut.
Kawan sekelasnya itu dibuat bingung dengan tingkah dari Karin dan juga sahabatnya jadi makin penasaran dengan hubungan mereka berdua.
“Apaan sih ....” ujar Rin menanggapi perkataan dan pergerakan tangannya Karin. Rin segera melihat kearah yang ditunjuk Karin, seorang wanita yang sangat dikenal sedang tersenyum menatapi mereka. “Apab... kenapa ada disini?” teriak Rin ketika dia melihat wanita itu, lalu dia menatap ke arah Fifi, namun Fifi menggeleng tak tahu.
“Apa sudah selesai, kalau sudah, segera ke bangku kalian.” ujar guru baru itu dengan sebuah senyuman.
Karin dan Rin segera menuju bangku mereka, siswa yang lainnya mulai bertanya ke mereka, “apa kalian mengenalnya." namun mereka hanya diam.
“Semuanya bisa tenang.” seisi kelas langsung sunyi. “Hari ini adalah hari pertama saya ngajar di kelas ini, jadi saya ingin mengenal kalian terlebih dahulu.” dia lalu mengabsen mereka semua dan bertanya sedikit pertanyaan.
“Kalau begitu saya akan mengenalkan diri saya, kalian boleh kok kalau ada yang ingin kalian tanyakan selagi perkenalan.” tuturnya. “Nama saya Intan Kumala Dewi, saya menggantikan pak Amir yang sudah pensiun dan juga saya menjadi wali kelas kalian, ibu Ambar menjadi wali kelas 3-4 menggantikan pak Amir.”
“Boleh kami panggil dengan kak Intan?” ujar seorang siswa dikelas itu.
“Kalau itu tidak boleh, sopan santun di sekolah harus tetap ditegakkan, memangnya kenapa ingin manggil kakak?” tutur Intan.
“Ya soalnya ibu terlihat sangat muda, umur ibu berapa sih.”
“Benaran aku terlihat masih muda, terima kasih, kalau soal usiaku itu. Ra-ha-sia." ujarnya, Rin langsung tersentak ketika melihat tingkah Mamanya.
“Ibu sudah menikah belum?” tanya salah satu anak cowoknya.
“Kalau menurut kalian bagaimana?” ujar Intan.
“Belum.” teriak mereka.
“Sudah.” ujar Ami, Tania, Karin, Rin dan Fifi, berbarengan dengan suara yang lainnya dengan nada tegas.
Semua langsung menatap kearah mereka berlima.
“Dia sudah menikah, bahkan sudah mempunyai dua orang anak.” ujar Rin dengan mencondongkan badannya kedepan dengan wajah yang sedang kesal.
“Iya benar apa yang Rin bilang, ibu Intan memang sudah menikah dan sudah mempunyai dua orang anak, dan keduanya juga sudah besar semua.” tutur Karin membenarkan perkataan Rin.
“Wah, kalian berdua jangan terlalu jujur dong, itu kan, privasi nya ibu.” tutur Intan dengan nada sedikit bercanda.
“Terserah deh.” ujar Rin lalu menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya.
Ami dan Tania menatap serius kearah Rin dan Karin dan juga mereka makin curiga dengan kedekatannya mereka berdua. Hari ini Intan tidak membahas materi pelajaran sama sekali, dia asik berbagi cerita dengan yang lainnya.
°
°