Ketika dunia manusia tiba-tiba terhubung dengan dimensi lain, Bumi terperangkap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Portal-portal misterius menghubungkan dua realitas yang sangat berbeda—satu dipenuhi dengan teknologi canggih, sementara lainnya dihuni oleh makhluk-makhluk magis dan sihir kuno. Dalam sekejap, kota-kota besar runtuh, peradaban manusia hancur, dan dunia yang dulu familiar kini menjadi medan pertempuran antara teknologi yang gagal dan kekuatan magis yang tak terkendali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rein Lionheart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9. Dimensi yang Terpecah
Satu per satu, Bayangan Waktu berhasil mereka hancurkan. Ketika pertempuran berakhir, keduanya berdiri terengah-engah di tengah medan yang dipenuhi kabut hitam sisa-sisa makhluk itu.
"Bagaimana kau bisa begitu tenang menghadapi ini?" tanya Kael, mengusap keringat di dahinya.
Ceryn tersenyum tipis. "Aku sudah lama hidup di dunia seperti ini. Ini bukan pertama kalinya aku melawan keanehan seperti itu. Tapi kau… aku harus mengakui, kau cukup cepat belajar."
Kael tersenyum lemah. "Kalau tidak, aku sudah mati sejak lama."
Mereka akhirnya tiba di kota terapung, tetapi itu hanya permulaan dari ujian berikutnya. Jalan-jalan kota itu seperti teka-teki yang terus bergerak. Bangunan melayang naik dan turun tanpa peringatan, dan jembatan-jembatan yang menghubungkan area-area tertentu sering kali lenyap begitu saja.
"Kita harus berhati-hati," kata Ceryn, mempelajari pola pergerakan bangunan itu. "Satu langkah salah, dan kita bisa terjebak selamanya di sini."
Kael mengangguk, tapi pikirannya kembali ke Ravok. "Jika Ravok begitu kuat, kenapa dia tidak datang sendiri? Kenapa dia membiarkan kita mendekat?"
Ceryn terdiam sejenak sebelum menjawab. "Karena dia ingin kau merasa putus asa. Dia ingin kau melihat betapa sia-sianya perjuanganmu sebelum dia menghancurkanmu. Penjaga seperti dia tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik; mereka juga memainkan pikiran kita."
Kael mengepalkan tangannya. "Kalau begitu, aku tidak akan memberinya kepuasan itu."
Dengan kerja sama mereka, Kael dan Ceryn berhasil menavigasi kota yang terus berubah itu. Mereka menemukan petunjuk di sepanjang jalan—pahatan dan simbol kuno yang tampaknya menggambarkan Ravok sebagai makhluk dengan wujud manusia, tetapi dengan empat tangan dan jam besar di dadanya.
Akhirnya, mereka mencapai pusat kota, sebuah dataran luas yang dikelilingi oleh menara-menara melayang. Di tengah dataran itu berdiri Ravok, tubuhnya menjulang dengan aura yang memancarkan keagungan dan intimidasi. Wujudnya seperti yang digambarkan di simbol-simbol sebelumnya, tetapi jauh lebih besar dan mengancam.
"Jadi, kau adalah sang Pembawa Terang," suara Ravok bergema, dalam dan berlapis-lapis, seolah berbicara dari berbagai dimensi sekaligus. "Dan kau membawa seorang manusia kecil bersamamu. Menyedihkan."
Ceryn mengangkat senjatanya. "Aku mungkin manusia, tapi aku bukan lawan yang bisa diremehkan."
Ravok tertawa, suaranya mengguncang tanah di bawah mereka. "Keberanian tanpa dasar adalah hiburan yang langka. Tapi aku tidak punya waktu untuk permainan ini. Katakan, Pembawa Terang, apa yang membuatmu berpikir bahwa kau bisa memperbaiki Jaring Dimensi? Kau hanyalah pecahan kecil dari siklus yang tidak pernah bisa kau pahami."
Kael melangkah maju, tidak terpengaruh oleh ancaman Ravok. "Mungkin aku tidak memahaminya sepenuhnya. Tapi aku tahu satu hal: aku tidak akan membiarkan kegelapan seperti ini menghancurkan dunia lain."
Ravok mengangkat salah satu tangannya, dan jam di dadanya mulai berdetak keras. "Kalau begitu, mari kita lihat apakah keberanianmu bisa melawan waktu itu sendiri."
Dengan satu gerakan, Ravok menghentikan waktu di sekitar mereka. Dunia menjadi beku, dan Kael merasa seolah-olah tubuhnya tidak bisa bergerak. Tapi kristalnya bersinar terang, melawan kekuatan Ravok.
"Menarik," kata Ravok, memperhatikan cahaya itu. "Kau memiliki kekuatan yang unik. Tapi itu tidak cukup."
Kael menggertakkan giginya, memusatkan energinya pada kristalnya. Perlahan, ia mulai bisa bergerak kembali, melawan arus waktu yang dibekukan oleh Ravok.
"Kau tidak bisa mengontrolku," katanya dengan suara penuh tekad.
Pertarungan melawan Ravok baru saja dimulai, dan Kael tahu bahwa ini akan menjadi ujian terberatnya sejauh ini.
Kael merasakan tekanan luar biasa dari Ravok. Setiap gerakan terasa seperti mendorong melalui lautan beku. Detik-detik terasa seperti jam, tetapi kristalnya terus bersinar, memancarkan energi yang melawan pengaruh Ravok.
Di sisi lain, Ceryn bergerak lebih cepat daripada Kael. Ia memanfaatkan momen ketika Ravok fokus pada Kael untuk mengelilingi Penjaga Waktu itu. Dengan gerakan yang penuh kehati-hatian, ia menyiapkan senjatanya dan membidik titik lemah pada jam raksasa di dada Ravok.
"Kael! Aku butuh waktu!" teriak Ceryn sambil tetap menjaga jarak dari Ravok.
Kael mengangguk meski keringat bercucuran di wajahnya. Ia menggenggam pedangnya lebih erat dan berlari ke arah Ravok, memusatkan perhatian makhluk itu padanya.
"Jadi, kau pikir bisa menantang waktu itu sendiri?" Ravok tertawa, melambaikan salah satu tangannya. Gelombang energi tak terlihat meledak ke arah Kael, memutarkan aliran waktu di sekelilingnya. Kael mendapati dirinya ditarik mundur ke masa lalu selama beberapa detik—seolah-olah ia sedang mengulangi langkahnya.
"Apa… ini?" gumam Kael, tubuhnya kembali ke posisi yang sama seperti beberapa saat sebelumnya.
"Di dalam domainku, aku adalah waktu itu sendiri," kata Ravok sambil mengangkat tangannya lagi. "Kau tidak punya kekuatan untuk melawanku."
Namun, Kael tidak menyerah. Dengan setiap langkah, ia mempelajari pola serangan Ravok. Ia merasakan aliran waktu, bagaimana energi Ravok memutar dan mempermainkan realitas. Kristal biru di dadanya semakin bersinar terang, menyelaraskan dirinya dengan aliran waktu di sekitarnya.
Sementara itu, Ceryn menemukan momen yang tepat. Ia menyadari bahwa setiap kali Ravok menyerang, jam di dadanya berhenti berdetak selama sepersekian detik. Itu adalah kelemahannya.
"Dengar, Kael!" teriak Ceryn. "Setiap kali dia menyerang, jamnya berhenti! Itu saatnya menyerang!"
Kael mendengar instruksinya dan mengangguk. Ia memperhatikan Ravok lebih dekat, mengabaikan tekanan waktu yang mencekiknya. Ketika Ravok meluncurkan serangan lain, Kael melompat ke samping, menghindari gelombang energi, dan mendekati makhluk itu dari bawah.
Dengan kekuatan penuh, ia mengayunkan pedangnya ke arah jam di dada Ravok, tetapi Penjaga itu bereaksi cepat. Salah satu tangan raksasanya menangkap pedang Kael sebelum bisa menyentuh target.
"Kau pikir aku begitu lemah?" Ravok berkata sambil mendorong Kael mundur dengan kekuatan luar biasa.
Kael terlempar beberapa meter, tubuhnya terhuyung-huyung. Tapi ia tidak menyerah. Kristalnya mulai berdenyut, seolah-olah merespons ancaman itu dengan kekuatan baru.
Kael merasakan sesuatu yang berbeda. Energi dari kristalnya mulai menyebar ke seluruh tubuhnya, memperkuat setiap gerakannya. Waktu di sekitarnya melambat, tetapi bukan karena Ravok. Kali ini, Kael yang mengendalikannya.
"Apa ini…?" Kael bergumam, melihat tangan dan pedangnya bercahaya biru terang.
Ravok menatapnya dengan rasa ingin tahu yang baru. "Jadi, itu kekuatanmu. Kau bisa melawan arus waktu. Menarik… tapi tetap tidak cukup!"
Ravok melancarkan serangan besar, memutar seluruh ruang di sekitar mereka menjadi kekacauan temporal. Bangunan-bangunan terapung mulai runtuh, dan tanah di bawah kaki mereka retak, membentuk celah-celah yang menganga.
Kael menggunakan kekuatan barunya untuk melompat melewati retakan dan bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Kali ini, ia tidak hanya menghindari serangan Ravok, tetapi juga menyerang balik.
Ia melompat ke udara, mengayunkan pedangnya dengan energi biru yang mengiris ruang dan waktu itu sendiri. Ravok mencoba bertahan, tetapi kekuatan Kael terlalu cepat untuk diantisipasi.
Pedang Kael menghantam jam di dada Ravok, menciptakan retakan besar di permukaannya.
Ceryn melihat peluang ini dan langsung bertindak. Ia mengarahkan senjatanya ke retakan di jam itu dan menembakkan peluru energi yang terfokus.
Ledakan besar terjadi, dan Ravok berteriak dalam kemarahan dan kesakitan. Cahaya dari jam itu mulai redup, dan aliran waktu di sekitar mereka menjadi lebih stabil.
Namun, Ravok tidak menyerah. Dengan sisa kekuatannya, ia melancarkan serangan terakhir, menciptakan ledakan energi besar yang mengguncang seluruh dimensi.
Kael melindungi Ceryn dengan menggunakan kekuatan dari kristalnya untuk menciptakan perisai energi. Ketika debu mereda, mereka melihat Ravok terjatuh, tubuhnya mulai hancur menjadi pecahan cahaya.
"Ini… belum berakhir," kata Ravok dengan suara lemah. "Siklus ini… akan terus berulang… kau tidak bisa menghentikannya…"
Dengan kata-kata terakhirnya, tubuh Ravok lenyap, dan jam raksasa di dadanya runtuh menjadi debu.
Setelah pertarungan itu, portal baru terbuka di tengah dataran. Ceryn membantu Kael yang kelelahan, dan mereka melangkah kembali ke dunia asal mereka.
Namun, sesuatu terasa berbeda. Kristal Kael bersinar lebih terang daripada sebelumnya, dan ia merasa kekuatannya semakin besar.
"Kau berhasil," kata Ceryn sambil tersenyum kecil. "Tapi ini baru permulaan. Masih ada dua Penjaga lagi yang harus kita hadapi."
Kael mengangguk, meski tubuhnya terasa berat. "Aku tahu. Tapi aku tidak akan berhenti sampai semuanya selesai."
Di kejauhan, di dalam Celah, sosok bayangan besar mengawasi mereka, memancarkan aura yang jauh lebih mengerikan daripada Ravok.