NovelToon NovelToon
Silhoute Of Love

Silhoute Of Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Kutukan
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: d06

**Prolog**

Di bawah langit yang kelabu, sebuah kerajaan berdiri megah dengan istana yang menjulang di tengahnya. Kilian, pangeran kedua yang lahir dengan kutukan di wajahnya, adalah sosok yang menjadi bisik-bisik di balik tirai-tirai istana. Wajahnya yang tertutup oleh topeng tidak hanya menyembunyikan luka fisik, tetapi juga perasaan yang terkunci di dalam hatinya—sebuah hati yang rapuh, terbungkus oleh dinginnya dinding kebencian dan kesepian.

Di sisi lain, ada Rosalin, seorang wanita yang tidak berasal dari dunia ini. Takdir membawanya ke kehidupan istana, menggantikan sosok Rosalin yang asli. Ia menikah dengan Kilian, seorang pria yang wajahnya mengingatkannya pada masa lalunya yang penuh luka dan pengkhianatan. Namun, di balik ketakutannya, Rosalin menemukan dirinya perlahan-lahan tertarik pada pangeran yang memikul beban dunia di pundaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon d06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 23

Di Taman istana yang tenang di sore hari. Bunga-bunga bermekaran, dan aroma manisnya memenuhi udara. Lucien, pelayan pria yang baru, sedang duduk bersama Rosalin di sebuah bangku taman. Mereka berbincang santai, ditemani secangkir teh dan tawa ringan.

Rosalin mengajak Lucien untuk bergabung dengannya karena Maria sedang tidak ada, Rosalin menganggap Lucien seperti adiknya mengingat usia Lucien yang lebih muda darinya

...---...

Rosalin tertawa kecil, menutupi mulutnya dengan tangan. “Jadi, kau benar-benar tidak pernah mencoba makanan yang kau masak sendiri, Lucien? Itu… luar biasa.”

Lucien tersenyum, matanya bersinar dengan kehangatan. “Jangan salah sangka, Nona Rosalin. Saya mencicipinya untuk memastikan rasanya sempurna, tapi memakannya sampai habis? Itu berbeda. Saya terlalu sibuk memastikan orang lain puas dulu.”

Rosalin menggeleng, menatapnya penuh kagum. “Kau benar-benar tidak egois. Rasanya seperti… aku yang belajar banyak darimu.”

Lucien menatapnya dengan pandangan penuh penghormatan. “Anda terlalu rendah hati, Nona. Sebenarnya, saya justru merasa terinspirasi dari cara Anda memperlakukan semua orang dengan kasih sayang, bahkan mereka yang tidak pantas mendapatkannya.”

Pipinya memerah mendengar pujian itu, tapi ia cepat-cepat mengalihkan pandangan ke bunga mawar di sebelahnya. “Ah, jangan terlalu memuji. Aku hanya mencoba menjadi diriku sendiri.”

Lucien tertawa kecil. “Dan itu sudah lebih dari cukup.”

...---...

Di balik bayangan pepohonan, Kilian berdiri diam, memandang interaksi antara Rosalin dan Lucien dengan rahang terkatup. Rosalin jarang tertawa seperti itu—bebas dan tanpa beban. Bahkan ia sendiri jarang bisa membuatnya begitu nyaman.

Mata Kilian berpindah ke Lucien, yang wajahnya tampan dan tenangnya seolah mengingatkan pada orang yang sempurna untuk mendampingi Rosalin. “Dia tampak… cocok dengannya,” pikir Kilian, dadanya terasa berat.

Kilian memalingkan wajah, namun telinganya tetap menangkap suara mereka.

...---...

“Lucien, sejak kapan kau pandai berkata-kata?” Rosalin menggoda, meliriknya dengan senyum kecil.

Lucien mengangkat bahu ringan, memainkan daun di tangannya. “Saya hanya mengatakan apa yang saya lihat. Selain itu, saya tidak pandai berbicara. Tapi… entah kenapa, berbicara dengan Anda terasa mudah.”

Rosalin tertegun mendengar jawabannya, lalu tersenyum lembut. “Mungkin karena kau adalah orang yang jujur. Aku senang kau ada di sini, Lucien.”

Lucien menatapnya, senyumnya kembali merekah. “Saya juga senang bisa melayani Anda, Nona Rosalin.”

Rosalin mendesah pelan, menatap langit yang mulai memerah karena senja. “Lucien, kadang aku merasa aku ini bukan orang yang hebat. Semua orang memujiku, tapi aku tahu, aku tidak sempurna.”

Lucien langsung menggeleng tegas. “Tidak ada yang sempurna, Nona. Tapi Anda istimewa karena Anda selalu mencoba. Itu yang membuat Anda berbeda.”

Rosalin menatapnya, matanya sedikit berkaca-kaca. “Terima kasih, Lucien. Kau benar-benar tahu cara membuatku merasa dihargai.”

...---...

Kilian menatap kedua sosok itu dari kejauhan, dadanya terasa semakin sesak. Rosalin berbicara dengan Lucien seperti mereka sudah saling kenal bertahun-tahun. Ada kehangatan di antara mereka yang Kilian merasa sulit untuk didekati.

“Aku bahkan tidak bisa berbicara padanya tanpa menyakitinya,” pikir Kilian, tangannya mengepal. “Dia pantas mendapatkan seseorang seperti Lucien—seseorang yang bisa membuatnya tersenyum tanpa ragu.”

Merasa tidak tahan, Kilian berbalik dan pergi meninggalkan taman, membiarkan rasa tidak pantas menggerogoti dirinya lebih dalam.

...***...

Entah kenapa Kilian seperti menjauhinya sejak tadi, bahkan untuk sekedar berbincang sebentar saja tidak ada waktu, kilian seperti menghindarinya tapi entah apa sebabnya.

Malam yang sunyi di kamar Kilian. Angin malam berdesir melalui jendela yang terbuka, dan cahaya rembulan menerangi ruangan. Kilian dan Rosalin berdiri saling berhadapan, dengan keheningan yang penuh arti di antara mereka.

 

Kilian berdiri dengan tangan tergantung di sisi tubuhnya, mata tajamnya menatap Rosalin yang mendekatinya perlahan. Ia tidak bergerak, seolah takut bahwa jika ia menyentuhnya, semuanya akan hilang seperti ilusi.

“Kenapa kau selalu menahan diri, Kilian?” Rosalin bertanya, suaranya lembut namun tegas. Ia berhenti hanya beberapa langkah dari Kilian, cukup dekat untuk mendengar detak jantung pria itu yang mulai tidak beraturan.

“Karena aku tidak pantas,” Kilian akhirnya menjawab. Suaranya rendah, hampir seperti bisikan. “Rosalin… *you deserve someone better. Not me.*" (Kau pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik. Bukan aku.)

Rosalin menatapnya tajam, matanya penuh dengan emosi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. “Stop saying that,” (Hentikan mengatakan itu,) katanya, suara sedikit bergetar. “You always think you’re not enough, but to me… you are everything." (Kau selalu berpikir kau tidak cukup baik, tapi bagiku… kau adalah segalanya.)

Kilian mengangkat wajahnya, menatap Rosalin dengan mata yang dipenuhi kekagetan. “Everything?” (Segalanya?) ulangnya, seolah tak percaya.

Rosalin tersenyum kecil, melangkah lebih dekat hingga jarak mereka hampir tak bersisa. Ia mengulurkan tangannya, menyentuh wajah Kilian yang penuh dengan guratan luka. “Yes, Kilian. You are my everything. Without you, I wouldn’t be this strong. You’ve always protected me, even when you thought I didn’t see it." (Ya, Kilian. Kau adalah segalanya bagiku. Tanpa dirimu, aku tidak akan sekuat ini. Kau selalu melindungiku, bahkan saat kau pikir aku tidak menyadarinya.)

Kilian menutup matanya, menghirup dalam-dalam sentuhan lembut Rosalin. “You make it sound so easy,” (Kau membuatnya terdengar begitu mudah,) gumamnya, suaranya hampir hilang. “But for me, loving you feels like holding the stars—beautiful, yet so fragile." (Tapi bagiku, mencintaimu terasa seperti menggenggam bintang-bintang—indah, tapi begitu rapuh.)

“Then hold me, Kilian,” (Kalau begitu, genggam aku, Kilian,) bisik Rosalin. “I’m here. I won’t break." (Aku di sini. Aku tidak akan hancur.)

Kilian membuka matanya perlahan, dan tanpa berpikir panjang lagi, ia menarik Rosalin ke dalam pelukannya. Tubuhnya yang besar dan hangat melingkupi Rosalin, memberikan rasa aman yang tak tergambarkan. “You are my light,” (Kau adalah cahayaku,) Kilian berkata pelan di telinga Rosalin. “The only light that keeps my darkness at bay." (Satu-satunya cahaya yang menjaga kegelapanku tetap menjauh.)

Rosalin tersenyum kecil, meski air mata sudah mengalir di pipinya. “And you are my home, Kilian. Wherever you go, that’s where I belong." (Dan kau adalah rumahku, Kilian. Ke mana pun kau pergi, di sanalah aku berada.)

Kilian memiringkan kepalanya sedikit, menatap dalam-dalam ke mata Rosalin. Dalam momen itu, tidak ada keraguan, hanya keinginan untuk melupakan semua rasa takut yang pernah menghantui mereka. Perlahan, Kilian menunduk, dan bibirnya menyentuh dahi Rosalin, sebuah ciuman lembut yang penuh dengan rasa cinta dan janji.

Mereka mengakhiri ciumannya, pipi Rosalin terlihat bersemu kemerahan, dan Kilian pria itu tetap memandangi Rosalin dengan pandangan gemas.

"apa sekarang kau mulai mencintaiku Kilian?"

'ayo katakan, katakan kau mencintaiku Kilian. Jangan membuatku malu'

...***...

Terimakasih karena telah menjadi pembaca setia cerita silhoute of love ❤️

Jangan lupa untuk like komen dan vote ❤️

1
CaH KangKung,
🥀
CaH KangKung,
lanjut
CaH KangKung,
nyimak dan...menarik
CaH KangKung,
👣👣
aywae
semangat thor
menurut saya ceritanya cukup seru untuk genre romantis dan misteri

semoga ceritanya sering update
Tomoko Kuroki
Hati gw kayak dikasih energi setelah baca cerita ini. Terima kasih!
dea febriani: sama sama, makasih juga udah mau mampir🙏
total 1 replies
Yoh Asakura
Jangan biarkan reader terlalu lama menanti, cepat update ya thor!
dea febriani: udah di baca belum eps terbaru nya?
total 1 replies
vee
Aku senang sekali ketika membaca cerita ini, semua masalah di kehidupan sehari-hari terasa jauh seketika.
dea febriani: seneng dengernya, tetap semangat👍💪
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!