Di dunia kultivasi yang dilanda konflik antara Ras Manusia dan Ras Iblis, Dewa Bin Jue dari Sekte Pedang Langit menjadi harapan terakhir umat manusia. Setelah bersembunyi di Gua Abadi, Dewa Bin Jue meninggal dan menciptakan warisan Pedang Langit sebelum Dewa Iblis Yu Zheng menyerang.
Di Benua Huang Zhou, pemuda jenius Luo Xinfen kehilangan kemampuan kultivasi akibat pengkhianatan tunangannya, Wei Ling. Dalam pencariannya untuk memulihkan kekuatannya, Luo Xinfen menemukan gua misterius yang menyimpan rahasia kuno. Di sana, ia bertemu dengan suara Dewa Bin Jue yang memberinya Pedang Langit.
Dengan warisan legendaris ini, Luo Xinfen bersiap untuk menghadapi tantangan, mengungkap kebenaran di balik pengkhianatan, dan menyelamatkan dunia manusia dari ancaman Ras Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LevzaaOP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 11 I Persiapan Terakhir untuk Pertempuran
Ketika Keluarga Luo tiba di kediaman mereka, suasana malam terasa hening, tetapi ada ketegangan yang tak terelakkan di udara. Mereka baru saja menyaksikan kejeniusan Luo Xinfen di depan para keluarga besar lainnya. Namun, di balik kegembiraan itu, ada juga rasa waspada, terutama setelah mengetahui adanya bakat luar biasa dari beberapa keluarga baru.
Luo Xinfen memasuki kamarnya dan mengeluarkan artefak Pedang Langit, dan meletakkan di atas altar kayu di tengah ruangan. Seketika terlihat kilauan biru yang begitu terang.
Dalam hatinya, ia baru mengingat bahwa Dewa Bin Jue punya kekuatan dan ilmu pedang yang luar biasa, sesuatu yang bisa membantunya menghadapi keluarga besar lainnya. Namun, sejak tadi siang, dia tak mendengar suara atau bimbingan apapun dari sang dewa.
Luo Xinfen mendekat ke Pedang Langit, menepuk-nepuk pedang langit itu, seolah-olah sedang membangunkan seseorang. “Ehem….. Dewa Bin Jue? Aku ingin meminta sedikit ilmu pedangmu. Kau tahu, agar aku bisa Bersiap untuk babak ketiga.” Ucap Luo Xinfen
Tiba-tiba terdengar suara dalam tapi agak malas, “Hmmmm….. Apakah kau mendengar dengan benar? Sang pewaris ingin belajar dariku, tapi belum mau mengakuiku sebagai guru?, dasar murid yang tidak diuntung ketika butuh sesuatu baru memanggilku hmm…”
Luo Xinfen terkejut, dan tertawa. “Mengakui sebagai guru? Memangnya ada tradisi formal untuk itu? Maksudku….. kau kan dewa dan aku pewarismu. Ituu… sudah otomatis!”
Dewa Bin Jue terkekeh, nada suaranya terdengar menggoda, “Ah, anak muda. Kau ingin Pelajaran dan ilmu gratis? Tidak semudah itu. Sedikit rasa hormat dulu. Barulah kau bisa mendapatkan rahasiaku. Sebut saja aku ‘Guru Bin Jue’ sekali.”
Luo Xinfen bergumam…”Baiklah, Guru Bin Jue, aku memohon dengan sangat hormat untuk diberi teknik dan ilmu pedangmu…”
Dewa Bin Jue tertawa puas, suaranya menggema di sekeliling kamar. “Nah, begitu lebih baik. Dengar, Pelajaran pertama: Pegang pedangmu dengan penuh hormat dan bayangkan lawanmu adalah seekor burung kecil yang harus kau pukul tanpa mengusirnya.”
Luo Xinfen mengangkat alis. “Jadi aku memukul burung dengan lembut? Maksudnya…. Apa, ini ujian kekuatan atau kasih sayang?.”
“Kurang lebih keduanya,” jawab Dewa Bin Jue santai. “Sekarang pegang pedangmu, dan coba bayangkan aku yang ada di depanmu. Tapi jangan lupa….. aku ini ‘Guruuuu’.”
Luo Xinfen tertawa kecil, merasa terhibur dan tak sabar untuk memulai latihan akhirnya merasa semakin dekat dengan Artefak misterius dan sosok Dewa Bin Jue.
Dewa Bin Jue tersenyum, lalu mengatakan. “Baiklah aku akan mengajarkanmu Teknik Pedang, Pedang Badai Petir, teknik ini sangat bagus jika kamu kombinasikan dengan teknik Jiwa Petir Langit mu.”
“Ingat Luo Xinfen, Teknik Pedang Badai Petir dibagi beberapa tingkatan:”
Tingkat Dasar - Tebasan Angin Ringan: Teknik awal yang menggabungkan pedang dengan kecepatan angin, ideal untuk serangan jarak jauh pertama.
Tingkat Menegah – Guntur Bergemuruh : Teknik ini memunculkan efek Listrik kecil yang dapat melukai lawan, memberi efek kejut dan memperlambat Gerakan lawan.
Tingkat Lanjut – Pedang Badai Halilintar : Teknik tingkat lanjut yang membentuk badai petir di sekitar pedang, menciptakan perubahan di langit dan gelombang Listrik yang dapat menghancurkan lawan di sekitarnya.
“dan teknik ini hanya boleh dipakai dalam kondisi darurat. Kuasai Gerakan ini, dan kau bisa menghancurkan pertahanan lawan sekuat apapun.” Ucap Dewa Bin Jue.
Dewa Bin Jue membaca mantra dan melemparkannya di jidat Luo Xinfen, seketika mantra tersebut memberikan ingatan ke kesadaran Luo Xinfen dan melihat gerakan Ilmu Pedang Badai Petir Langit. Luo Xinfen memperhatikan setiap Gerakan yang diperagakan tersebut dengan penuh fokus. Dalam beberapa jam, ia telah menyerap dasar-dasar teknik tersebut.
Setelah berjam-jam latihan, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari luar kediaman Keluarga Luo. Luo Xinfen, yang sedang berlatih, langsung mengehentikan latihannya dan mendengar beberapa teriakan dari pengawal keluarga.
“Siapa yang berani menyerang Keluarga Luo di malam hari?” Seru salah seorang pengawal.
Ternyata, sekelompok mata-mata menyusup ke arena kediaman keluarga Luo. Mereka tampak berusahan mengumpulkan informasi tentang persiapan Luo Xinfen untuk pertarungan besok. Pertarungan singkat pun tak terelakkan.
Luo Xinfen segera melangkah keluar dengan menggunakan teknik Jiwa Petir Langit, tatapannya tajam dan penuh kewaspadaan. Para pengawal keluarga Luo sudah bertarung sengit melawan penyusup-penyusup itu, namun Luo Xinfen tak tinggal diam.
Dengan Gerakan Kombinasi antara Teknik Jiwa Petir Langit, dan Cakar Naga Bayangan. Seolah-olah pengawal tersebut berdarah dan meninggalkan goresan dibadannya.
“Sing, sing, sing” Gerakan laju dari teknik jiwa petir langit
“Srek, Srek, srek” Merobek baju pengawal tersebut dan meninggalkan goresan yang dalam
“Berani sekali kalian menyerang kediaman keluarga Luo” Ucap Luo Xinfen, “Siapa Kalian?”
Ketika mata-mata itu ditanya, mata-mata tersebut ingin melakukan bunuh diri, akan tetapi langsung dihentikan oleh pengawal keluarga Luo. “Pengawal bawa dia ke ruangan penjara, dan segera interogasi siapa dalang di balik ini.” Ucap Luo Xinfen.
Setelah suasana reda, Luo Baixun datang menghampiri Xinfen, seyum bangga menghiasi wajahnya. “Luar biasa Xinfen. Teknik mu tampaknya semakin mengesankan. Besok, tunjukkan kemampuan terbaikmu.” “Baik Ayah” Ucap Luo Xinfen
Setelah mengusir mata-mata tersebut, Luo Xinfen merasakan semangat semakin membara. Meskipun latihannya dengan Dewa Bin Jue sudah cukup memberinya pemahaman dasar tentang Teknik Pedang Badai Petir, ia menyadari bahwa kekuatan tubuh dan jiwa yang lebih tinggi akan meningkatkan efektivitas teknik ini. Maka, ia memutuskan untuk melanjutkan kultivasinya.
Ia duduk bersila di kamarnya yang sunyi, mengatur pernapasan dan menutup matanya untuk fokus. Aura spiritual dari sekitarnya mulai mengalir masuk ke dalam tubuhnya, diiringi dengan resonansi energi pedang, petir dan api, tiga teknik yang kini berdenyut selaras dalam inti jiwanya. Setiap tarikan napas, setiap putaran energi, mengalirkan kekuatan yang lebih besar daripada yang pernah ia rasakan sebelumnya.
Ketika energi semakin memusat, ia merasakan hambatan yang menandakan akhir dari Tingkat Dasar Tahap ke-8. Untuk melampaui ini, Luo Xinfen tahu ia harus memusatkan kekuatannya sepenuhnya, mengabaikan segala gangguan.
Di dalam dirinya, energi petir dan pedang seolah-olah menyambar dan menebasnya dengan dahsyat, membakar hambatan terakhir di jalur kultivasinya, sementara api dalam tubuhnya memperkuat energinya, mendorongnya hingga mencapai Tingkat Dasar Tahap ke-9. Sebuah pancaran cahaya samar-samar mengelilingi tubuhnya, menandakan terobosan besar ini.
Ketika Luo Xinfen membuka matanya, kekuatan yang baru terasa mengalir lancar di tubuhnya, dan ia tahu kini ia siap menghadapi para jenius dari keluarga besar lainnya.
Keesokan harinya, kompetisi pertarungan antar jenius dimulai. Para keluarga dan sekte-sekte besar berkumpul di Arena Tempur untuk menyaksikan puncak dari ujian ini. Setiap jenius telah menyiapkan teknik dan strategi terbaik mereka, dan suasana arena dipenuhi dengan ketegangan yang terasa.
Ketua Tempur Langit mengumumkan, “Pertarungan hari ini adalah ujian terakhir untuk membuktikan keunggulan. Mereka yang bertahan hingga akhir akan mendapatkan kehormatan tertinggi bagi keluarga mereka, dan akan diberikan kesempatan untuk masuk dalam sekte-sekte terbesar di benua Huangzhou”
Pertarungan pertama mempertemukan Wei Ling dari Keluarga Wei melawan Huang Wei dari Keluarga Huang.