Kamu pernah bilang, kenapa aku ngga mau sama kamu. Kamu aja yang ngga tau, aku mau banget sama kamu. Tapi kamu terlalu tinggi untuk aku raih.
Alexander Monoarfa jatuh cinta pada Rihana Fazira dan sempat kehilangan jejak gadis itu.
Rihana dibesarkan di panti asuhan oleh Bu Saras setelah mamanya meninggal. Karena itu dia takut menerima cinta dan perhatian Alexander yang anak konglomerat
Rihana sebenarnya adalah cucu dari keluarga Airlangga yang juga konglomerat.
Sesuatu yang buruk dulu terjadi pada orang tuanya yang ngga sengaja tidur bersama.
Terimakasih, ya sudah mampir♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BLURB
Kembali menginjakkan kaki di ibu kota membuat perasaan Rihana berdebar ngga nyaman.
Dulu sekali waktu dia berumur lima tahun, dia pernah ke sini bersama mamanya. Dan mama menunjukkan dua buah rumah mewah nan megah.
Kata mamanya yang satu rumah kakek neneknya, yang satu lagi rumah papanya.
Tapi karena hanya sekali saja mereka mengunjunginya, Rihana kecil sudah lupa. Apalagi ibu kota berkembang dengan sangat pesat.
Setelah pulang dari Jakarta, setahun kemudian mamanya sering sakit sakitan. Dan akhirnya mamanya pun berpulang tanpa dia mengerti kenapa dia dan mamanya berakhir di sebuah panti dengan ibu pengasuh yang sangat baik pada mereka
Tidak punya kakek, nenek, om, tante bahkan laki laki yang dipanggil papa dalam hidupnya.
Rumah mewah dan megah yang mereka datangi sudah lama kosong. Penghuninya hanya sesekali pulang, itu kata satpam yang menjaga rumah itu.
Sedangkan rumah yang satu lagi dia datangi, malah membuat mamanya menangis. Kemudian mengajaknya pergi
Saat itu Rihana mencondongkan wajahnya ikut melihat apa yang mamanya lihat di balik kaca jendela taksi.
Sepasang laki laki dan perempuan yang sedang menggendong seorang anak perempuan kecil yang sangat cantik, sedang keluar dari mobilnya dan akan menghampiri penjual arum manis yang sangat besar. Bahkan baru kali ini Rihana melihat arum manis sebesar itu.
Rihana juga ingin membelinya, tapi ngga jadi karena melihat air mata yang bergulir di pipi mamanya.
"Mama kenapa?" tanya Rihana heran dan ikut sedih juga. Entah mengapa, dia juga dapat merasakan kesedihan mamanya saat itu.
"Jalan pak," kata mamanya pada supir taksi sambil memeluknya dengan dada berguncang.
Rihana sempat melihat laki laki itu melihat ke arah taksi mereka yang pergi meninggalkannya.
Mamanya pergi tanpa penjelasan apa apa. Hanya saja mamanya berpesan agar hidup dengan baik setelah dirinya pergi.
Rihana pun diasuh dengan penuh kasih sayang oleh ibu panti. Kesedihannya berkurang karenaa tempat tinggalnya yang rame oleh anak anak panti yang seusianya waktu itu. Tapi satu persatu mereka pergi dijadikan anak asuh.
Bukan ngga ada yang mau mengangkat Rihana menjadi anak asuh, tapi ibu panti selalu menolak jika ada yang tertarik padanya. Karena amanat mamanya agar ibu panti yang selalu menjaganya.
Kini kondisi keuangan panti sedang sulit. Untungnya setelah lulus, Rihana keterima bekerja di sebuah perusahaan konstruksi besar yang ada di ibu kota. Ibu panti terpaksa melepasnya. Kepergian Rihana pun untuk membantu meringankan keuangan ibu panti.
Ibu pantinya sekarang sudah hampir lima puluh lima tahun. Biasanya beliau sanggup menghidupi panti tanpa bantuan donatur. Beliau memiliki usaha konveksi yang lumayan besar. Hanya saja musibah menimpa usaha konveksi mereka yang mengalami kebakaran hebat akibat konsleting listrik dari tempat usaha di sebelahnya.
Ganti rugi yang ngga seberapa membuat keadaan keuangan panti cukup terganggu. Ibu panti pun terpaksa menjual rumah dan memboyong Rihana dan lima anak panti yang masih SD ke tempat yang baru. Mereka meninggalkan kota yang sudah meninggalkan banyak jejak kenangan untuk Rihana. Kenangan mamanya dan juga Alexander, laki laki yang disukainya saat SMA.
Rihana tau mereka ngga bisa hanya mengandalkan hidup dari penjualan rumah dan bantuan ala kadarnya dari pemerintah setempat sebagai ganti rugi kebakaran usaha konveksi itu.
Karena itulah, Rihana memaksa agar ibu panti mengijinkannya pergi setelah ada panggilan kerja dari perusahaan yang sudah multi nasional. Gaji yang ditawarkan untuk freshgraduate sepertinya pun sudah menyentuh angka dua digit. Dia bisa mengirimkan buat ibu panti untuk membantunya dalam hal keuangan. Terutama untuk pendidikan adik adiknya.
Akhirnya dengan terpaksa ibu panti pun melepasnya pergi. Tentu saja dengan penuh air mata. Begitu juga adik adik kecilnya.
Rihana menatap kembali kamar kos yang sudah dibereskannya Berada dalam sebuah gang, jadi harganya ngga terlalu mahal. Dia pun bisa mengandalkan ojol untuk pergi dan pulang dari kantor. Nantinya setelah beberapa bulan bekerja, Rihana akan membeli motor.
Kamar berukuran tiga kali tiga dengan empat kamar mandi berada di luar. Hanya ada sepuluh kamar. Rihana beruntung jadi pemilik yang terakhir dan berada di lantai dua. Kamar kostnya hanya menerima anak kos perempuan saja.
Rihana ngga mau memilih kos campur walau ada yang harganya lebih murah dan tidak masuk gang . Dia takut. Baginya keselamatannya lebih utama. Dan Rihana lebih bahagia jika berada dalam satu kumpulan dengan satu gendernya. Apalagi kata ibu kostnya, yang mendiami kostnya selain pekerja seperti dirinya juga mahasiswi. Tentu dia ngga akan sulit menyesuaikan diri.
Tadi pun Rihana sempat berbasi basi dengan salah satu anak kost. Kelihatannya mahasiswi. Karena jam kedatangannya adalah jam bagi pekerja kantoran, jadi keadaan kos cukup sepi. Mahasiswi tadi juga berpapasan dengannya ketika dia akan pergi kuliah, mungkin.
Tentang Alexander. Laki laki tampan yang ngga banyak bicara tapi selalu menatapnya dalam diam.
Hanya sesekali mereka mengobrol, itu pun sangat singkat karena jantung Rihana selalu berdebar debar jika berada di dekatnya. Tubuh tinggi tegapnya, harum parfumnya dan wajah tampannya. Sangat menghipnotisnya.
Selama tiga tahun sekelas ngga membuat hubungan mereka spesial. Tetap seperti itu saja. Rihana pun cukup insecure dengan perempuan yang naksir maupun disandingkan dengan laki laki pujaannya.
Rihana sebenarnya juga bukan ngga punya kelebihan apa apa. Kata teman temannya dia cukup cantik dan manis. Juga pintar. Rihana tau ada beberapa teman cowo dan kakak kelasnya yang menaruh perhatian padanya. Tapi Rihana selalu menghindar jika ada yang mulai menjurus ke arah sana.
Rihana masih tau diri. Rihana masih malu mengatakan pada mereka kalo dia ngga punya papa, walaupun nama papanya tercantum di dalam raport dan akte kelahirannya. Dewan Iskandardinata.
Tapi sosok itu ngga pernah menemuinya hingga kini. Dia pun ngga mengenalnya. Teman temannya juga tau kalo dia tinggal di panti asuhan dan mamanya menjadi salah satu pengurus di sana. Saat mereka menanyakan kemana papanya, Rihana ngga pernah bisa menjawab. Juga jika mereka bertanya tentang kakek neneknya. Rihana selalu bungkam. Sampai akhirnya mereka ngga pernah bertanya lagi.
Pernah Rihana bertanya oada mamanya, tapi mamanya hanya menangis. Dan Rihana ngga pernah menanyakannya lagi. Dia pun sudah cukup bahagia hidup bersama mama, ibu panti dan anak anak panti yang selalu datang dan pergi.
Jika papa dan kakek, nenek bahkan om dan tantenya tidak mempedulikan keadaannya dan mamanya, buat apa dia memikirkanya lebih jauh. Rihana sudah cukup pusing dengan pelajaran pelajaran di sekolahnya.
Hingga malam perpisahan saat kelulusan mereka di kelas tiga SMA tiba. Mereka merayakanya di hotel bintang lima yang ternyata milik keluarga Alexander Monoarfa.
Pesta perpisahan itu juga sekaligus pesta perpisahan Alexander dengannya dan teman temannya. Karena keluarga mereka akan pindah ke Inggris. Alexander pun akan kuliah di salah satu kampus paling bergengsi dengan biaya jutaan dolar di sana.
Saat itulah Rihana bagai dihenpaskan. Dia baru sadar jurang yang menganga diantara mereka. Rasanya sakit ngga berdarah.
Alexander pun pergi begitu saja. Tapi kata katanya waktu merek kelas satu masih segar dalam ingatan Rihana.
Kamu pernah bilang, kenapa aku ngga mau sama kamu?
Kamu aja yang ngga tau, aku mau banget sama kamu. Tapi kamu terlalu tinggi untuk aku raih