"Apa yang kamu tahu?" tanya Aditya pada pria yang kepalanya berlumuran darah.
"Aku hanya lihat ada tiga orang pria datang lalu dia menyuntikkan sesuatu pada wanita itu. Setelah wanita itu tidak berdaya, mereka menggantungnya seolah dia bunuh diri."
Usai mengatakan itu, pria tersebut menghilang tanpa bekas.
Sebagai seorang polisi, terkadang Aditya menemui kesulitan ketika mengungkap sebuah kasus. Dan tak jarang dia sering meminta informasi dari makhluk tak kasat mata yang ada di sekitar lokasi kejadian.
Aditya memanfaatkan indra keenamnya untuk mengungkap kasus kejahatan yang terjadi di sekitarnya. Tak sendiri, dia ditemani jin cantik bernama Suzy yang rela membantunya melakukan apapun, kecuali mencarikan jodoh untuknya.
"Haiissshh.. Tante Suzy.. yang benar dong kalau kasih info. Nyasar lagi nih kita!" kesal Adita.
"Kalau mau nanya alamat tuh ke Mbah Gugel! Bukan ke aku!"
Aditya hanya menepuk keningnya saja.
"Percuma ngajak jin dongo," gumam Aditya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Ke Bandung
Pukul setengah delapan malam, Aditya sudah tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta. Sambil menggeret koper dan menggendong tas ranselnya, pria itu berjalan menuju kereta yang akan membawanya ke kota kelahirannya. Pria itu memasuki gerbong eksekutif lalu mencari kursi tempatnya duduk. Aditya menaruh koper dan ransel di rak bagian atas lalu mendaratkan bokongnya di kursi dekat jendela. Kursi sebelah dan dua kursi di depannya kosong. Hanya dia sendiri saja yang menempatinya. Posisi kursi di gerbong eksekutif memang saling berhadapan.
Aditya Dzuhairi Urahaman atau yang dikenal dengan panggilan Adit sekarang sudah berusia 24 tahun. Pria itu sudah lulus dari Akademi Kepolisian dua tahun yang lalu dan ditugaskan di Polresta Yogyakarta. Namun pria itu sekarang dipindahkan ke Bandung. Anak sulung pasangan Stella dan Tamar itu memang mengikuti jejak sang ayah, menjadi abdi negara. Bahkan Aditya juga berada di unit Jatanras, sama seperti Tamar. Kemampuannya di divisi Jatanras sudah tidak perlu diragukan lagi.
"Kamu ngapain sih pindah ke Bandung? Kan Tante jadi ngga bisa ngecengin cowok Yogya yang manis-manis."
Tiba-tiba saja Suzy sudah duduk di kursi kosong samping Aditya. Suzy adalah jin wanita yang sering menemani Aditya sejak masih kecil. Aditya memang memiliki kelebihan di banding orang normal lainnya. Dia bisa melihat makhluk tak kasat mata yang berkeliaran di sekitarnya. Kemampuannya adalah warisan turun temurun dari keluarga sang Mama. Dulu Mamanya juga bisa melihat dan berinteraksi dengan makhluk astral sebelum menikah dengan Papanya.
"Tante emangnya masih belum puas? Selama empat tahun Tante ngintilin aku di Akpol. Emangnya aku ngga tahu Tante suka pergi ke kamar mandi, ngintipin taruna yang lagi pada mandi."
Suzy hanya tertawa saja. Selama empat tahun berada di akademi kepolisian, dia memang kerap mengintip anak taruna jika sedang mandi. Tapi tidak pernah mengintip Aditya. Bisa bahaya kalau Stella tahu. Ada satu anak taruna yang sangat disukainya. Dia terus mengikuti taruna itu sampai lulus kuliah.
Aditya menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi seraya memejamkan matanya. Beberapa penumpang mulai menaiki gerbong eksekutif ini. Pria itu sengaja membeli empat tiket sekaligus. Itu agar Suzy memiliki tempat duduk sendiri dan tidak ada yang menganggapnya gila ketika Suzy mengajaknya bicara seperti sekarang.
"Aku paling malas kalau pulang ke rumahmu."
"Kenapa?" tanya Aditya, masih dengan mata terpejam.
"Kan ada Papamu. Aku selalu mental jauh kalau dia nyentuh kamu."
Hanya senyum saja yang diberikan Aditya. Sampai sekarang sang ayah memang masih menjadi satpam untuk dirinya. Dulu Tamar menjadi satpam untuk istrinya, Stella. Setiap pria itu menyentuh Stella, maka makhluk astral yang ada di dekat wanita itu langsung menghilang. Ketika Aditya lahir, kemampuan Tamar masih sama. Saat Aditya menangis karena diganggu makhluk halus, Tamar akan menggendongnya dan semua makhluk itu menghilang.
Perlahan kereta yang mereka tumpangi mulai bergerak. Tidak semua kursi di gerbong eksekutif ini terisi. Ada juga beberapa kursi yang kosong. Perjalanan panjang menuju kota kembang akan dimulai. Aditya mencari posisi yang pas untuk tidur. Tapi ketenangannya terganggu karena Suzy masih terus mengajaknya bicara.
"Kamu nanti kerja di mana?"
"Kantor Polrestabes."
"Sama Papamu dong."
"Hem."
"Nanti kita bisa duet nangkap penjahat lagi dong."
"Tan.. aku ngantuk, mau tidur. Jangan ngajak ngomong lagi, nanti aku disangka orang gila gara-gara ngomong sendiri."
"Ish.."
Hanya desisan saja yang keluar dari mulut Suzy. Jin wanita itu melihat ke sekitar gerbong. Semua penumpang nampak anteng dan tidak ada yang menarik perhatiannya. Suzy segera berdiri dari duduknya. Sebelum meninggalkan kursinya, dia berpamitan dulu pada Aditya.
"Tante mau keliling dulu. Siapa tahu nemu yang kinclong."
Tidak ada jawaban dari Aditya. Dia masih tetap memejamkan matanya. Baru sekitar sepuluh menit Aditya tertidur, pria itu kembali terbangun ketika mendengar tangis seorang anak. Dengan enggan dia membuka matanya. Nampak seorang anak berusia dua tahun tengah menangis dalam gendongan Mamanya. Matanya terus mengarah pada kursi di depannya. Aditya mengikuti arah pandang anak itu. Di sana ada seorang pria dengan tubuh bersimbah darah dan wajahnya sangat menyeramkan. Dia tengah melihat anak itu sambil menyeringai.
Aditya bangun dari duduknya lalu berjalan mendekati sang ibu yang masih berusaha menenangkan anaknya. Anak lelaki itu masih terus menangis sambil tangannya menunjuk ke kursi di mana makhluk menyeramkan itu berada. Dia membenamkan wajahnya ke dada sang Mama.
"Biar anaknya saya yang gendong, Bu," ujar Aditya.
Awalnya wanita itu terkejut dan menolak. Namun karena tak enak melihat tatapan penumpang lain yang merasa terganggu dengan suara tangis anaknya, akhirnya Ibu itu menyerahkan sang anak pada Aditya. Begitu anak lelaki itu berpindah ke gendongan Aditya, sosok makhluk menyeramkan itu langsung menghilang. Aditya tidak hanya memiliki kemampuan melihat dan berinteraksi dengan makhluk astral. Namun dia juga bisa mengusir makhluk tersebut hanya dengan menyentuh orang yang diganggu.
Tangis anak itu langsung berhenti setelah mahkluk menyeramkan itu tidak terlihat lagi. Sang Ibu tentu saja langsung berterima kasih. Aditya mengembalikan anak itu pada Ibunya lalu dia berjalan menuju kursinya dan mendudukkan diri lagi di sana. Pria itu memejamkan matanya kembali.
Kereta terus berjalan menembus gelapnya malam. Hampir semua penghuni gerbong eksekutif sudah tertidur. Perjalanan malam memang lebih enak dilalui dengan tidur. Aditya melipat kedua tangannya di depan dada. Tanpa sengaja dia sedikit membuka matanya. Nampak di kursi yang ada di depannya duduk seorang wanita cantik. Dia melemparkan senyumnya pada Aditya ketika mereka beradu pandang. Namun tidak ada reaksi dari Aditya, dia kembali memejamkan matanya.
Dengan cepat wanita itu berpindah ke kursi samping Aditya. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Aditya. Menelusuri wajah tampan pria itu dengan matanya. Walau sedang terpejam, namun Aditya tahu kalau di sebelahnya ada mahluk astral yang tengah mengagumi wajah tampannya. Terlalu malas dan letih, Aditya membiarkan saja.
Melihat sikap Aditya, makhluk tersebut semakin penasaran. Dia yakin sekali kalau Aditya bisa melihat dan merasakan kehadirannya. Dia meniup pelan telinga Aditya. Pria itu masih tetap mengabaikannya. Tentu saja dia tidak menyerah dan terus meniup telinga Aditya. Kesal dengan yang dilakukan hantu wanita itu, Aditya membuka matanya lalu memukul kursi di sebelahnya dengan keras.
"Haiissshh.. kenapa kamu terus menggangguku!!"
Makhluk astral tersebut terkejut dan langsung menghilang. Ucapan kencang Aditya menarik perhatian penumpang lain di sekitarnya. Semua melihat pada Aditya dengan tatapan aneh, karena tidak ada siapa pun di sekitar pria itu. Aditya hanya melemparkan senyuman tipis lalu kembali memejamkan matanya.
***
Pukul tiga shubuh, kereta yang ditumpangi Aditya memasuki stasiun Bandung. Pria itu masih belum bangun dari tidurnya. Satu per satu semua penumpang yang ada di gerbong ini mulai turun. Sebuah tepukan mendarat di lengan Aditya. Ketika membuka mata, nampak Ibu yang anaknya menangis yang sudah membangunkannya.
"Kita sudah sampai di Bandung."
"Oh.. terima kasih."
Aditya merentangkan kedua tangannya. Pria itu berdiri lalu mengambil koper dan tas ranselnya. Dia segera mengantri di belakang penumpang lain yang hendak turun. Suasana stasiun Bandung cukup sepi karena waktu masih dini hari. Sambil menggeret kopernya, Aditya berjalan menuju pintu keluar. Beberapa supir taksi menawarkan jasa untuk mengantarnya pulang. Seorang supir taksi mendekat dan bermaksud mengambil koper Aditya.
"Biar saya bawakan, A."
Aditya membiarkan supir taksi tersebut membawakan kopernya. Pria itu memasukkan koper dan tas ransel Aditya ke dalam bagasi. Usai menutup bagasi, dia bergegas membukakan pintu untuk Aditya. Baru saja pria itu hendak masuk ke dalam, tiba-tiba muncul seorang anak kecil dengan tubuh bersimbah darah. Dia melihat pada Aditya sambil berbicara pelan.
"Tolong aku.. aku kesakitan. Tolong aku."
Aditya kembali menutup pintu mobil. Dia lalu mengetuk kaca di bagian pengemudi. Supir tersebut langsung menurunkan kaca jendela.
"Tolong antarkan koper dan ransel saya ke alamat ini."
Aditya memberikan kartu nama Tamar dan selembar seratus ribuan pada supir tersebut. Pria itu membaca nama dan alamat yang tertera.
"Akang ngga ikut naik?"
"Saya masih ada urusan. Antarkan saja barang saya ke sana. Bilang saya pulang agak terlambat."
"Nama Akang siapa?"
"Adit."
Belum sempat sang supir bertanya lagi, Aditya segera meninggalkan mobil tersebut. Dia berjalan mengikuti anak yang menemuinya tadi. Dia tengah memandu Aditya ke suatu tempat.
***
Hai.. Hai.. Aku datang lagi dengan cerita dan genre baru. Jangan lupa jadikan favorit dan rate bintang 5 ya. Ditunggu juga komennya. Semoga kalian suka🤗
Penampakan Aditya
menyusahkan tapi ujungnya baiklah 😂😂
waaah sean emang kmu punya orderan ala aja😆😆😆😆😆