Arrkkhhh sakit! Tuan tolong lepaskan aku, aku mohon. Delisa Jenifer
Diam! Kau sekarang adalah istriku, dan aku berhak melakukan apapun terhadap dirimu. Bahkan sampai melenyapkan mu pun aku sanggup. Albert Halston Xanders
Delisa gadis cantik yang tiba-tiba di culik dan dipaksa menikah dengan seorang pria yang tidak dia kenal sama sekali.
Menjalani pernikahan dengan Tuan Muda yang kejam, membuat hari-hari Delisa seperti di neraka.
Mampukah Delisa bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampukah Delisa mengubah sosok Tuan Muda yang kejam menjadi pria yang baik?
Yang penasaran dengan ceritanya, langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertangkap
Delisa yang berhasil turun dari tembok mansion Albert, seketika kedua netranya menatap lurus ke depan melihat jalanan yang tampak sepi dan juga gelap tanpa ada penerangan sedikit pun, membuat bulu kuduk Delisa meremang. Namun, tetap saja hal itu tak menyurutkan tekadnya yang sudah bulat untuk kabur dari tempat neraka tersebut.
Sungguh Delisa tidak ingin kembali lagi ke mansion Albert, tempat dimana dirinya yang di siksa bahkan di perlakukan kejam oleh Albert yang sudah memberinya kenangan pahit di hatinya. Terlebih Delisa yang tidak tahu kesalahan apa yang telah dia perbuat selama ini hingga berakhir Albert menaruh dendam dan kebencian yang mendarah daging di hatinya.
Delisa yang barusaja melangkahkan kakinya tak lama kemudian dia mendengar suara yang begitu familiar di indra pendengarnya, seketika Delisa menghentikan langkahnya.
"Delisa, kau mau kemana?" tanya Ferdi yang melihat Delisa berhasil keluar dari mansion.
"T-tuan Ferdi?" ucap Delisa terbata, dia terkejut melihat kedatangan Ferdi yang secara tiba-tiba.
"Tuan apa yang kau lakukan disini?" Delisa kembali melayangkan pertanyaan sontak membuat Ferdi tertawa renyah.
"Hahahaha ...."
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu kepadamu. Apa yang kau lakukan disini, di malam hari. Apa kau ingin kabur dari mansion Kak Albert?" tebak Ferdi sembari memicingkan matanya menatap wajah Delisa yang tampak ketakutan.
"Tuan Ferdi, kumohon biarkan aku pergi. Aku tidak bisa tinggal di mansion ini, tolong aku Tuan ...." ucapnya dengan air mata yang kini mulai menetes.
"Kau harus kembali, kalau tidak Kak Albert akan murka dan kakak mu akan mendapat amukannya. Lebih baik kau masuk kembali ke mansion," ucap Ferdi sambil meraih jemari tangan Delisa.
"Tuan Ferdi tolong lepaskan aku, aku berjanji akan pergi sejauh mungkin bersama kakak ku," pinta Delisa yang terus memohon pada Ferdi sembari meronta berusaha bisa lepas dari genggaman tangan besar Ferdi.
"Tidak bisa!" tegas Ferdi yang masih menggenggam erat tangan Delisa.
"Kau ... kenapa kau senang membuat Kak Albert marah?" tanya Ferdi kedua alisnya saling bertautan.
Ferdi benar-benar tidak habis pikir dengan Delisa yang terus-menerus membuat masalah yang berujung dia mendapat hukuman dari sepupunya. Dan baru kali ini Ferdi melihat ada wanita yang begitu berani dan selalu melawan akan perintah Albert.
"Sejauh apapun kau pergi dan bersembunyi di lubang semut pun, tetap saja Kak Albert akan menemukanmu. Jadi percuma saja kau pergi dari mansion ini, toh akhirnya kau akan kembali lagi kesini." sambung Ferdi.
"Tapi, setidaknya ijinkan aku untuk mencobanya. Aku mohon Tuan ...." pinta Delisa dengan air mata yang sudah mengalir deras di wajahnya.
Ferdi yang memang tipe laki-laki tidak bisa melihat wanita menangis sontak hatinya merasa sakit melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Meskipun Ferdi yang terkenal dingin dan tegas, tapi jika melihat hal itu seketika dia lemah. Dan benar saja saat Delisa mengeluarkan jurus jitunya berhasil membuat Ferdi menuruti keinginannya.
Ferdi menghela nafas berat kemudian menghembuskannya secara kasar. "Baiklah, aku izinkan kau pergi. Tapi, kau harus ingat bagaimanapun kau masih istri dari Kak Albert. Aku yakin dia akan tetap mencari mu walau ke ujung dunia pun tak akan menyurutkan niatnya."
"Terimakasih Tuan Ferdi," ucap Delisa sambil memeluk Ferdi.
Delisa sama sekali tidak mengindahkan segala apa yang di ucapkan Ferdi kepadanya. Baginya itu semua tidak penting, saat ini dia hanya ingin fokus untuk pergi sejauh mungkin dari Albert dan dia sudah tidak ingin bertemu lagi dengan pria kejam itu. Hatinya sudah sakit mengingat segala perbuatan kejam Albert pada dirinya.
"Pergilah sebelum Charlie dan pengawal lain menemukanmu," ucap Ferdi memalingkan tubuhnya dari Delisa.
Saat Ferdi melangkah, tiba-tiba Delisa memeluk tubuhnya kembali dari arah belakang. "Terimakasih Tuan Ferdi, bagiku kau adalah dewa penolongku."
Seketika hati Ferdi tersentuh akan ucapan Delisa, dan lagi-lagi entah perasaan apa yang muncul di benaknya setelah mendapatkan pelukan dari Delisa membuat jantung nya terpompa lebih cepat dari biasanya.
'Ada apa denganku, kenapa jantungku berdetak kencang seperti ini?' Ferdi
Tak lama terdengar suara ponsel dari saku celananya, ternyata yang tengah menghubunginya saat ini adalah Albert. Sebelum dia menjawab telpon dari Albert, dia menyuruh Delisa pergi sejauh mungkin.
"Pergilah Delisa, aku harap kau bisa bersembunyi sebaik mungkin. Dan semoga Kak Albert tidak bisa menemukanmu," ucap Ferdi.
"Terimakasih Tuan Ferdi," ucap Delisa yang kemudian berlari meninggalkan Ferdi.
🌷🌷🌷
Di pertengahan jalan mendadak ada sebuah mobil hitam metalik yang tengah menghadangnya. Tampak dua orang pria bertubuh kekar keluar dari mobil tersebut mendekat ke arah Delisa, pria itu tak lain adalah Charlie dan Toni. Sontak membuat Delisa terkejut melihat dua pria yang sudah ada di hadapannya.
"Lepaskan," teriak Delisa saat kedua orang berbadan kekar menariknya dan memaksanya masuk ke dalam mobil.
"Aku bilang lepaskan, atau aku akan terus berteriak sekencang mungkin," ucap Delisa menyorot tajam pada kedua orang yang tengah mencengkeram nya.
Delisa merasakan sakit di pergelangan tangannya, bahkan mungkin saat ini tangannya sudah biru karena cengkeraman kuat pria berbadan kekar tersebut. Dia terus meronta mencoba melepaskan tubuh nya namun tenaganya kalah kuat dari dua pria itu.
"Tolong ... tolong ....!" teriak Delisa hingga kerongkongannya terasa kering karena sedari tadi dia berteriak memohon pada dua pria tersebut, akan tetapi usahanya tak kunjung berhasil. Kedua pria itu benar-benar patuh pada perintah Albert.
"Hahahaha ....!"
"Percuma anda meminta tolong Nona, di sini tidak akan ada yang mendengar teriakanmu!" ketus Toni yang tak lain adalah penjaga mansion Albert.
Mendengar hal itu sontak membuat Delisa terdiam tidak meronta lagi. Kedua netranya melirik kesana kemari seolah ingin memastikan ucapan dari pria tersebut. Dan benar saja siapa yang akan menolongnya di tempat ini karena saat ini dia berada di sebuah hutan. Ternyata mansion Albert yang di tempati oleh dirinya berada di sebuah hutan dan Delisa baru sadar akan hal itu.
"Lebih baik Nona diam dan menurut pada kami atau Nona ingin terjadi sesuatu pada kakak anda," ucap Charlie tegas yang terus menyeret tubuh Delisa masuk ke dalam mobil.
"Charlie, kumohon lepaskan aku," pinta Delisa yang terus memohon berharap pria itu mau melepaskan dirinya.
"Maaf, tidak bisa Nona! Jika kami melepaskan anda, maka nyawa kami yang akan menjadi taruhannya," terang Toni pada Delisa mengingat Albert adalah sosok pria yang terkenal kejam dan dingin bahkan tak ada sedikit pun rasa belas kasihan di dalam hatinya. Seakan hati nuraninya telah mati berganti menjadi sebuah dendam dan amarah yang menyelimuti dirinya.
"Hiks ... hiks ...." Kini Delisa hanya bisa pasrah akan nasibnya dengan air mata yang mengalir deras membasahi wajahnya. Dia tahu hal apa yang akan terjadi pada dirinya setelah sampai di rumah Albert.
Kini pikiran Delisa sudah traveling kemana-mana, dia membayangkan perbuatan kejam Albert selama ini yang sangat mengerikan saat pria itu menyiksa dirinya. 'Tuhan, kumohon tolong sadarkan manusia iblis itu, sekali ini saja.' Delisa
Air mata Delisa kembali berjatuhan bersamaan dengan itu tak terasa mobil yang dia naiki telah sampai di lobby mansion Albert. Delisa tersentak kaget kala mendengar suara bariton yang memekikkan indra pendengarnya.
"Ayo Nona cepat turun!" titah salah satu pria tersebut sambil menyeret tubuh Delisa agar segera turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam mansion.
Prok ... prok ... prok ...
.
.
.
🌷Bersambung🌷
Selalu kesel setiap baca ceritanya, karena kekejaman yang dilakukan Tuan muda Albert kepada Delisa.
Namun meski begitu, aku juga suka karakter Delisa nggak yang pasrah aja diperlakukan kejam, dan balik membalas/CoolGuy/
Berharap kelak Albert dapet balasannya karena menyia-nyiakan Delisa.
Nggak berharap mereka bersatu karena saking keselnya😭😭😭
Tapi kalau pun bersatu, perjuangan Albert bener-bener harus menemui banyak kesulitan seperti dia yang selalu menyulitkan Delisa🤭✌️❤️
Semangat terus untuk Kakak. Semangat nulisnya💪💪💪🥰🥰❤️❤️
Berharap bahwa Delisa dan Albert nggak bersatu.
Pun kalau bersatu, Albert harus berjuang sampai titik darah penghabisan untuk mendapatkan Delisa kembali🤭🤭
Tapi sebelum itu, balik lagi Albert harus bener-bener menyesal dan sampai nagis darah👍😁😂