Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.
Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.
Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Matahari mulai tenggelam di ujung dermaga sinar senja mewarnai bangun-bangunan sekitar toko Tuan Laurent, Odelia dan Penelope tiba dan turun dari kereta berjalan melalui lorong untuk memasuki dapur.
“Kami kembali, liat apa yang ku bawa” Penelope memasuki dapur toko sambil menunjukan keranjang apel yang di belinya.
“Selamat datang” Tuan Laurent menyapanya sambil membersihkan meja.
“Kemana yang lain?” tanya Penelope memasuki ruangan dan meletakan keranjang di meja di ikuti Odelia.
“Hari kita roti lebih cepat habis jadi yang lain pergi terlebih dahulu”
“Selamat datang, Cath. Apel? Hmmm.. apa yang akan kita buat dengan ini” Tuan Laurent menyelesaikan pekerjaannya mengambil apel dari keranjang.
“Sesuatu yang manis Tuan” saran Penelope.
“Bagaimana dengan pai apel?” Tuan Laurent dengan ideanya.
“Wah itu ide yang baik Tuan” Penelope dengan semangat.
“Sebelum itu, bagaimana dengan tugas di istana” Tuan Laurent sambil memilah apel-apel di keranjang. Odelia melirik Penelope mengingat kejadian yang menimpanya.
“Semua berjalan lancar, ini dia laporannya tuan” Penelope menyerahkan kertas di papan.
“Dan ini surat dari Tuan Harley” Odelia menyerahkan surat balasan Tuan Harley, melirik pada Penelope bertanya-tanya mengapa ia tidak menceritakan apa yang terjadi.
“Kerja bagus, sebagai perayaan mari kita buat kue pai apel” menerima kedua laporan Tuan Laurent.
Setelah menerima laporan, Tuan pergi untuk menyimpan laporan serta membaca surat. Odelia mencuci buah apel dan Penelope mengambil kayu bakar untuk tungku pembakaran.
Tuan Laurent membuat adonan, Penelope menyiapkan tungku pembakaran dan Odelia mengupas dan memotong apel. Setalah adonan siap Tuan Laurent meninggalkan mereka menuju bagian depan toko, Penelope menunggu pembakaran kayu sambil memotong lemon untuk minuman mereka nanti.
“Malam semuanya” Davian memasuki dapur bersama Ael.
“Malam, Apa kalian baru saja menyelesaikan tugas hari ini?” sapa Penelope sembari memeriksa api pembakaran.
“Hari ini tugas kami tidak banyak, apa yang kalian buat?” Davian berjalan menuju tungku pembakaran mengambil alih tugas Penelope.
“Kami akan membuat pai apel sebagai perayaan” Penelope kembali memotong lemon dan buah-buahan lainya.
“Lalu di mana Tuan Laurent?
“Tuan di depan sepertinya merapihkan meja” Penelope dan Davian berbincang sembari mengerjakan tugas masing-masing.
Ael melihat Odelia di ujung meja tengah mengupas apel tanpa menyadari kehadiran ia dan Davian di dapur. Ael menghampiri Odelia melihat matanya hanya fokus pada apel dan pisau di tanganya, Ael teringat cerita Jamie mengenai tangan Odelia yang terluka di hari Annalise dan Ester di toko.
Odelia tengah asik mengupas apel tiba-tiba bayangan hitam menutupi apel dan tanganya punggungnya merasakan tubuh seseorang dari belakangnya, kepalanya tepat mengenai pundak seseorang. Sepasang tangan putih memegang kedua tanganya, satu memegang tangan dan pisaunya yang lain memegang tangan dan apel yang telah di kupas.
Odelia melirik ke samping, wajah dengan kulit putih serta rambut abu-abu terang terlihat dengan mata ungu seperti berlian laut yang fokus pada papan di meja.
Tanganya terus bergerak memotong apel di papan tanpa melepaskan tangan Odelia, Odelia merasa ini hal yang tidak biasa ia kembali mengintip Ael kali ini Odelia melihat sesuatu yang baru ia sadari Ael memiliki bintik hitam di bawah mata kirinya.
TUK TUK TUK
“Selamat malam semuanya” suara Jamie mamasuki dapur dengan Adrian.
“Malam” Penelope menyapa keduanya.
Odelia melihat ke hadiran Adrian dan Jamie seketika pria di punggungnya berada di sampinya sambil memakan potongan apel dengan santai.
Jamie menghampiri Odelia dan Ael melihat adonan serta potongan apel di meja.
“Apa yang kalian buat?” Jamie memakan potongan apel.
“Pai apel” Odelia merapihkan papan potong serta membuang kulit apel.
“Apa tangan mu sudah membaik?” Jamie memegang kedua tangan Odelia.
“Jangan biarkan jari-jari cantik ini ikut terluka” Jamie mendekatkan tangan Odelia pada wajahnya.
“Aku sudah sembuh” Odelia tersenyum menjelaskan.
“Hentikan” Adrian menjentikkan jarinya pada kepala Jamie untuk melepaskan tangan Odelia.
“Hey!!! Otak ku bisa terluka” Jamie melepaskan tangan Odelia dan menunjuk pada Adrian di belakangnya.
“Ada apa ini?” Tuan Laurent muncul dengan membawa tiga loyang di tanganya dan meletakan di meja.
“Kalian telah menuntaskan tugas?” tanya Tuan Laurent sambil membuat kulit pai.
“Ya..” Jamie menghampiri Tuan Laurent membantunya mebuat kulit pai.
Adrian membuat isian pai potongan apel di campurkan dengan madu dan sedikit bubuk kayu manis. Setelah isian siap Adrian memberikan pada untuk menata isian apel dan menata kulit luar pai.
“Tungku pembakaran sudah siap?” Tuan Laurent bertanya sembari menata kulit pai terakhir.
“Sudah siap, Tuan” Penelope dengan semangat.
“Ambil ini dan masukan pada tungku” Tuan Laurent memberikan loyang pada Davian untuk pembakaran pada tungku.
“Air lemon telah siap, kita membutuhkan es di gudang” Penelope mengingatkan pada yang lain.
“Akan ku ambil” Jamie segera pergi untuk mengambil es.
Tuan Laurent dan Ael menyiapkan kursi untuk mereka duduki, Penelope membawa berbagai jenis buah potong menuju meja yang telah di siapkan serta Davian yang bertugas menjaga tungku pembakaran.
Odelia menyaksikan setiap pembagian tugas merasa bahagia karena selama ia tinggal di istana duyung ia tidak memiliki saudara maupun teman.
Adrian melihat Odelia tersenyum tipis dengan santai, mengambil sisa potongan isian apel di hadapan bibir Odelia.
Odelia melihat apel di hadapanya melirik Adrian kemudian memakanya secara langsung dari jari tangan Adrian.
Adrian terdiam saat Odelia menyelipkan helaian rambut bergelombangnya ke telinganya, bulu mata indah menghiasi biru muda matanya menatap apel di hadapanya perlahan bibir mendekati potongan apel di jarinya.
Saat potongan apel memasuki mulut Odelia tanpa ia sadari ujung lidahnya menyentuh ujung jari Adrian serta bibirnya menyentuh kulit jari Adrian, seketika Adrian terkejut wajah serta telinga memerah.
“Terimakasih” Odelia menikmati potongan apel sambil menutup bibrinya dengan jari cantiknya.
“Ya….” Adrian membuang wajahnya yang memerah dan pergi meninggalkan Odelia menuju gudang es.
“Adrian? Kenapa kau kemari?” Jamie membawa es di wadah kayu.
“Mengapa wajah mu memerah?” Jamie mendekati Adrian tengah mengatur napasnya.
“Bukan urusan mu” Adrian menjawab kesal sambil menutup matanya.
“Pria yang aneh” Jamie keluar gudang dengan terheran.
Setelah pai apel telah siap semua orang berkumpul di meja menikmatinya sambil tertawa berbicara satu sama lain. Odelia menikamati pai pertamanya rasanya sangat manis, dengan suasa hangat Odelia merasa bahagia dan iri dengan kehidupan Catherine.
"Apakah Catherine menjalani kehidupan bahagia ini setiap saat?
Bagaimana jika mereka tau bahwa Catherine saat ini bukanlah dirinya melainkan Odelia?"
"Mereka akan menerimanya atau kecewa dengan kepergian Catherine?
Apakah Odelia pantas menjalani hidup sebagai Catherine?"
Menikmati potongan terakhir painya Odelia menatap teman-teman Catherine berpikir bagaimana kenyataan akan menghancurkan perasaan mereka.
“Ini dia” Adrian meletakan potongan terakhir pai pada piring Odelia.
“Terimakasih” Odelia menatap pai di piringnya.
...----------------...