Mencintainya adalah sebuah keputusan..
Sifat perhatian padaku menutupi pengalihannya...
Yang dia kira...dia yang paling disayang, menjadi prioritas utama, dan menjadi wanita paling beruntung didunia.
Ternyata semua hanya kebohongan. Bukan, bukan kebohongan tapi hanya sebuah tanggung jawab
.
.
.
Semua tak akan terjadi andai saja Arthur tetap pada pendiriannya, cukup hanya dengan satu wanita, istrinya.
langkah yang dia ambil membawanya dalam penyesalan seumur hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lupy_Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
Mansion, 13.00 PM
Sepulang dari Kampus, kevin melangkah mencari mommynya
"mom..."panggil kevin yang tidak menyadari keberadaan sang mommy dibelakangnya, ia celingak celinguk kesana kemari lalu berbalik badan
"Aaaa..." kevin terjingkat mengusap dadanya
"Aaaaw...mom, Aku minta maaf mom... Aku bisa menjelaskannya" belum sempat menjelaskan telinganya sudah menjadi sasaran mommynya
Sarah yang masih bungkam menurunkan tangannya dari telinga kevin.
"Mommy selalu saja menarik telingaku, bagaimana kalau telingaku terlepas dari tempatnya...kan tidak mungkin bisa diganti dengan cangkang kerang" dumelnya dengan bibir yang maju itu
"Mommy tidak mau tau...kamu harus mengembalikan tanamanku yang kamu curi itu" pinta sarah melipat tangan diatas perut
"Aku tidak mencuri mom... Aku sudah minta izin tapi mommy yang tidak dengar" bela kevin
"kamu jangan mencari² alasan kevin,"
"mom aku belum selesai bicara, dengarkanlah aku dulu... Apakah aku tidak penting dibandingkan tanaman kesayangan mommy itu? Aku sudah membawanya kembali... Itu ada dihalaman depan" ujarnya sambil menunjuk teras yang memang ada tanaman sarah disana.
menghiraukan anaknya Sarah pun mendekati tanaman itu...
"ya ampun tanamanku, pak..." panggil Sarah pada penjaga disana
"iya nyonya.."
"Bawa tanaman ini ke halaman belakang!" perintahnya kepada penjaga itu
"baik nyonya"
Kini sarah kembali menatap putra keduanya
"sebenarnya untuk apa tanaman itu kevin?" tanya pada sang putra dengan nada yang sudah melembut tidak ketus seperti tadi
"sebenarnya.... kekasihku bilang ayahnya suka mengoleksi tanaman hias dirumahnya jadi aku memutuskan merayu ayahnya dengan tanaman milik mommy agar aku bisa membawa kekasihku berkencan".. Jelasnya hati² pada Sarah
"dasar anak nakal... Kenapa tidak mengenalkan pacarmu pada mommy dan daddy hm?..." tanyanya sambil menarik pipi kevin gemas
Diluar dugaan, yang kevin kira mommynya akan menentangnya pacaran lantaran ia masih kuliah dan belum bekerja justru mommy memintanya memperkenalkan sang kekasih pada orang tuanya
"mommy tidak marah?..."
"kenapa mommy harus marah, kau memiliki kekasih itu artinya putra mommy normal kan?" canda Sarah pada putranya
"Ck... Tentu saja putramu ini normal mom, maksudku mommy tidak mempermasalahkannya?"
"tidak, jika untuk memiliki kekasih masih mom dan dad perbolehkan asalkan hubungan kalian tidak melewati batas yang akan membuatmu menyesal walaupun kita tinggal dinegara bebas kau harus bisa bijak menjaga dirimu sendiri kevin." Sarah memberi nasihat kepada putranya yang baru beranjak dewasa itu
"jika kamu sudah bisa bertanggung jawab untuk dirimu sendiri, kamu bebas melakukan apapun. Dan ini yang paling penting kamu harus bisa berdiri dengan kakimu sendiri, kamu paham sayang?" kevin benar² mendengar wejangan yang mommnya berikan
Kemudian sarah meraih kedua pipi putranya lalu menariknya... "aaaw mom berhenti menarik pipiku, aku sudah besar mom bukan anak kecil lagi" ujarnya berusaha menjauhkan wajahnya dari jangkauan mommynya
"kamu bilang dirimu sudah dewasa, tapi dimata mommy kau tetap bocah kecil usia 4 tahun"
...****************...
Perusahaan, Moreno's Group
Hari ini Arthur memiliki jadwal yang padat sehingga harus kekantor pagi-pagi sekali, bahkan ia tidak sempat pamit pada kekasihnya yang masih tidur..
di jam 11.00 ia bisa beristirahat sebentar sebelum melanjutkan pekerjaannya lagi jam 12.15, hari ini banyak sekali pertemuan yang harus dihadiri. Dengan otaknya yang encer dan dibantu asistennya pekerjaan yang dikerjaan tidak terlalu menjadi kesulitan.
Arthur menyandarkan tubuhnya dikursi kebesarannya memejamkan mata sejenak
Tok..tok..tok
"Masuk.." jawabnya datar masih dengan posisinya
Ceklek..
merasakan langkah seseorang berhenti didepan meja kerjanya Arthur tetap pada posisinya
"katakan.." titahnya dengan suara bariton, belum menyadari kehadiran seseorang
Sampai suara masuk kependengarannya
"Apa aku mengganggumu?" tanya seseorang itu dengan menenteng bekal di tangannya
Lantas mata Arthur terbuka, kemudian merentangkan tangannya.."mendekatlah..!"
Livia yang paham langsung meletakan bekalnya dimeja dan menghampiri kekasihnya, Arthur menuntun Livia agar duduk dipangkuannya. Arthur pun memeluk lalu meletakkan kepalanya dicuruk leher Livia menghirup aroma menenangkan itu banyak², livia yang duduk menyamping dipangkuan Arthur pun merasa kegelian.
"kenapa tidak telfon kalau mau kemari?" tanyanya masih nyaman dengan posisinya memeluk Livia yang duduk menyamping
"Aku sudah menelponmu, tapi ponselmu tidak aktif.. bibi bilang kamu belum sempat makan tadi pagi jadi aku memutuskan membawakanmu makanan langsung ke kantor" jawabnya
Mendengar itu Arthur menjauhkan wajahnya lalu meraih ponsel yang berada dimeja, "Ck...habis baterai" meletakan kembali ponsel berlogo apel digigit itu dimeja, memang dari semalam Arthur tidak mengisi daya ponselnya hanya sempat 10 menit sebelum berangkat kekantor.
"Lalu dengan siapa kamu datang kesini?"
"Aku diantar supir"
"Hanya berdua, tanpa bodyguard?" Tanya Arthur yang mulai mengetatkan rahangnya
"Ar... Aku baik baik saja" Livia yang paham maksud pertanyaan itu mencoba menenangkannya.
"Aku menempatkan bodyguard untuk melindungimu, tapi kau malah datang hanya dengan supir. Bagaimana jika terjadi sesuatu pammppp..."
belum sempat Arthur melanjutkan omelannya namun Livia membungkam mulutnya dengan ciuman... Melihat Livia memejamkan mata Arthur pun ikut memejamkan mata juga..
meskipun ciumannya masih agak kaku, namun lumatan itu mampu membuat Arthur menikmatinya. setelah 5 menit Livia melepaskan pungutannya, Arthur yang melihat itu mengusap saliva dibibir livia dengan ibu jarinya
"mhhh...hhhh" nafas livia masih terengah
"Kau pintar merayuku.." goda Arthur menyatukan kedua kening mereka
"maaf...lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi" Livia lebih memilih minta maaf dari pada harus berdebat dengan Arthur, takut ujung²nya mereka akan bertengkar
krruuk....krruuuk
Suara perut itu berasal dari Livia, "tampaknya kau sudah sangat lapar sekali dari pada aku yang belum makan sedari pagi" kekeh Arthur melihat wajah livia yang memerah malu
Kemudian Arthur menggendong Livia ala bride style menuju sofa untuk makan bersama.
...
30 menit selesai makan, Arthur mengantar Livia ke mansion. Supir yang mengantarnya tadi sudah disuruh pulang oleh perintah Arthur.
Mereka sudah sampai dan Masih didalam mobil, "Sepertinya aku akan pulang terlambat atau tidak pulang malam ini. Jangan rindukan aku, biar aku saja yang merindukanmu" gombal Arthur mengecup tangan Livia digenggamannya
Livia terkekeh mendengar gombalan itu, pasalnya Arthur yang ia kenal dingin, menyeramkan dan tegas tak pernah menggombal dengan kalimat yang seperti tadi. Ini pertama kali ia mendengar Arthur menggombalnya...
Arthur yang melihat tawa kekasihnya menarik kedua sudut bibirnya merasakan kehangatan menjalar dibenaknya..ia sungguh bahagia menyaksikan tawa Livia saat bersamanya..
hal se sederhana ini saja bisa membuat Livia tersenyum dan tertawa. Arthur berjanji dalam hatinya akan mempertahankan senyum itu selama Livia terus bersamanya.
"kamu cantik dengan senyum itu, jangan hilangkan senyumanmu" ucapnya seraya menatap dalam kekasihnya
"itu tergantung dengan apa yang mampu kamu lakukan untuk tetap membuatku terus tersenyum bersamamu. kamu tak akan mengecewakanku kan?, kalau itu terjadi.. senyumku untukmu tidak akan pernah kuperlihatkan lagi" ucap lembut Livia namun tersirat keseriusan dalam kalimatnya
"Tidak akan, kamu bisa pegang ucapanku. Jika itu terjadi...hukum aku seberat-beratnya, hm?" Arthur meyakinkan Livia dengan janjinya
"Aku tidak akan tega menghukummu, menghukum orang yang aku cintai" Livia tidak berharap Arthur akan membalas kata cintanya.. Mencintai Arthur adalah keputusannya, bodoh memang.. Tapi inilah Livia
"Sebaiknya kamu pergilah ke kantor, jika kita terus berbicara kamu tidak akan bekerja nanti. Kamu harus bekerja menghasilkan banyak uang, karna aku ingin berfoya-foya dengan uangmu" ujarnya bercanda tak bermaksud mengusir
Arthur tahu betul Livia seperti apa, calon istrinya tidak akan membuang² uang untuk hal yang dirasa kurang penting, bisa dihitung 6 bulan terakhir hanya 2 kali saja Livia berbelanja..itupun belanja Skincare..selebihnya kebutuhan yang lain difasilitasi daddynya
"kamu mengusirku, hm?"
"bukan begitu maksudku, kamu harus menyelesaikan tugasmu Ar... jangan menunda pekerjaanmu. Sebentar lagi kita akan menikah, aku tidak mau kamu malah berkencan dengan berkas²mu dimalam pertama kita" satu sudut bibir Arthur terangkat
"kamu benar, baiklah aku akan kembali ke kantor" Arthur keluar mobil berlalu membukakan pintu untuk kekasihnya
Sebelum masuk mobil Arthur mencuri kecupan dibibir manis itu. Para penjaga yang ada disana menundukkan pandangan mereka
Cup..
"aku pergi dulu, jaga dirimu baik²", Arthur menoleh pada bodyguard disampingnya "Lakukan tugasmu!"perintahnya.. "baik tuan" ucapnya bodyguard itu patuh
.
.
.
...****************...
.
.
.
.
Hai..jumpa lagi.. 🥰
Gimana kalian suka ga sama cerita atau alurnya?
Coba tinggalkan jejak kalian gais😉
terimakasih sudah mau mendukung cerita novel ini..
Dukung novel ini dengan like, share , komentar, atau vote dan beri gift😇🤗
Kita jumpa lagi di chapter selanjutnya yaaaa