Mimpi yang terus terulang membwa Leora pergi ke dimensi berbeda serta merubah kehidupannya.
Dia yang hanya seorang pemilik toko kecil di pusat kota justru di sebut sebagai ELETTRA (Cahaya) di dimensi lain dan meminta bantuannya untuk melenyapkan kegelapan.
Secara kebetulan, begitulah menurutnya. dirinya pergi ke dimensi berbeda bersama Aron yang menjadi sahabatnya melalui mimpi, namun siapa sangka persahabatnnya bersama Aron justru membawa dirinya pada situasi yang tidak biasa.
Sihir yang semula hanya dia tahu melalui buku secara ajaib bisa dia lakukan.
Dan ketika cinta bersemi di hatinya serta tugas melenyapkan kegelapan telah selesai, apa yang akan dia lakukan?
Akankah dia kembali ke dimensi aslinya atau akan tetap bersama pria yang dia cintai?
Ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. LD 23.
"Energi,,,?!?" ulang Leora mengerjap bingung.
"Lalu?" lanjut Leora bertanya.
"Saat aku menarikmu dan menyentuh tanganmu, energi itu hilang," ucap Aron.
"Bisakah kamu memberikan penjelasan yang bisa diterima otakku?" sambut Leora menggaruk kepalanya.
"Aku memang menyukai dan sering membaca tentang mitologi, kekuatan dewa dan sebagainya, tapi ketika kamu mengatakannya, aku tidak bisa mencernanya sama sekali,"
"Anggap saja hal ini sama seperti di buku yang kamu baca," jawab Aron.
"Ahhh,,,, tentu saja. Aku bahkan bisa melihat sosok seperti Griffin yang selama ini hanya bisa ku lihat melalui buku," Leora menyela.
"Aku belum selesai, Lea," sahut Aron.
"Baiklah,,, Baiklah,,, lanjutkan!" sambut Leora mengangkat kedua tangan sesaat, lalu bertopang dagu.
"Hal seperti ini tidak bisa dijelaskan, Lea. Tapi, aku akan membuatmu mengerti dengan merasakannya," ucap Aron.
Leora mengerutkan kening dalam diam tanpa mengalihkan pandangan dari pria yang ada di hadapannya, hingga ia melihat Aron mengangkat satu tangannya.
Pria itu menjentikkan jari, hal sederhana yang membuat Leora justru bisa merasakan angin lembut menerpa wajahnya. Detik berikutnya, pria itu menjentikkan jari sekali lagi, dan angin itu menghilang dalam sekejap.
"Apa yang kamu rasakan?" tanya Aron.
"Hembusan angin," jawab Leora.
"Apakah itu terasa panas?" Aron bertanya lagi.
Leora menggeleng, lalu menjawab, "Tidak, justru aku merasakan angin sejuk, namun anginnya terasa berbeda seperti angin yang biasanya kurasakan ketika kau berada di luar,"
"Hal itulah yang aku rasakan. Perbedaannya adalah, yang aku rasakan bukan angin sejuk, melainkan angin panas," terang Aron.
"Bagaimana itu bisa berbeda?" tanya Leora.
"Karena energimu dan energiku berbeda," jawab Aron.
Leora mengacak rambutnya sendiri, masih tidak mengerti dengan penjelasan yang pria itu berikan.
"Aku akan menunjukkannya nanti, tapi tidak di sini," ucap Aron.
"Baiklah,,, Baiklah,,, Aku ganti pertanyaanku,"
"Kita berteman lama, tapi mengapa kamu baru menyadari hal ini setelah sekian lama?" tanya Leora.
"Ketika kita pertama kali bertemu, aku bisa melihat sekilas masa lalumu dari beberapa hari sebelumnya. Tetapi, setelah itu, semuanya tertutup," Aron menjawab.
"Aku tidak bisa lagi melihat masa lalumu, aku juga tidak bisa menghapus ingatanmu. Itu karena kekuatanmu terbangkit ketika kita bersentuhan,"
Leora masih diam, seolah menunggu penjelasan selanjutnya yang akan pria itu ucapkan.
"Sama seperti di Apartemen ini, tempat ini penuh dengan energi milikku,"
"Apakah kamu ingat apa yang kamu alami ketika kamu pertama kali datang ke Apartemenku?" Aron bertanya.
Leora terdiam, mengingat kembai ketika dirinya masuk ke Apartemen Aron untuk pertama kali. Sesuatu seperti sengatan listrik tengangan rendah menyengat tubuhnya, hingga membuat ia tak sadarkan diri. Dan sejak saat itulah ia terus mengalami mimpi yang sama secara berulang.
"Itu adalah waktu di mana aku mulai bermimpi," desis Leora.
Aron mengangguk, melihat Leora menegakkan punggung seakan-akan wanita itu mulai bisa mencerna penjelasan yang ia berikan.
"Saat itu jugalah aku baru menyadari kekuatanmu," Aron berkata.
"Aku gagal menemukanmu karena kamu tidak bisa ku lacak,
"Selain itu, aku dalam keadaan tidak bisa menggunakan kekuatanku setelah membuka portal," Aron menambahkan.
"Sebentar." Leora mengangkat satu tangannya.
"Tolong luruskan bagian ini,"
"Kekuatan, kemampuan, dan energi. Apa yang membuatnya berbeda?" tanya Leora.
Aron tersenyum tipis, melihat adanya ketertarikan dalam diri wanita yang ada di hadapannya.
"Energi," Aron memulai.
"Energi ada di dalam dirimu, hal yang membuatmu bisa menggunakan sihir,"
"Sedangkan kekuatan adalah hal yang bisa kamu tingkatkan dan sudah ada sejak kamu lahir,"
"Lalu, kemampuan, adalah hal yang bisa kamu kendalikan, salah satunya kamu bisa melihat setiap energi seseorang yang menggunakan sihir, itu adalah kemampuanmu," Aron menerangkan.
"Maksudmu aku bisa melihat cahaya ungu yang kamu miliki?" tanya Leora.
"Benar." Aron mengangguk.
"Tidak semua orang bisa memiliki kemampuan itu," imbuhnya.
"Apakah itu sama seperti kamu bisa membuka portal?" tanya Leora.
"Ya," jawab Aron singkat.
"Lalu, kekuatan?" tanya Leora lagi.
"Kekuatanmu adalah perisai,"
"Jika kamu mampu meningkatkannya, kamu bukan hanya bisa melindungi dirimu sendiri, tapi juga bisa melindungi orang lain,"
"Selain itu_,,,,"
Kalimat Aron terhenti ketika melihat Leora mengangkat satu tangan, tanda meminta untuk berhenti.
"Jangan memberikan penjelasan panjang atau penjelasan awalmu akan menghilang dari otakku," ucap Leora.
"Jelaskan hal ini lebih banyak lain kali,"
"Lalu, energi?" Leora kembali bertanya tanpa beban.
Aron tersenyum sembari menggelengkan kepala, entah sejak kapan dirinya justru menyukai sisi Leora yang lebih menunjukkan apa yang wanita itu rasakan. Membayangkan wanita di depannya akan berubah sikap jika ia mengatakan hal yang sebenarnya adalah pilihan terakhir yang ia ambil.
"Energi,"
"Energi yang ada di dalam tubuh manusia pada umumnya dapat membuat seseorang bisa memiliki satu jenis sihir yang bisa di kuasai,"
"Ada delapan jenis sihir yang bisa di kuasai salah satunya dengan menggunakan energi manusia sebagai dasarnya,"
"Air, Tanah, Api, Angin, Es, Bayangan, Petir, dan Tanaman,"
"Setiap orang yang terlahir dengan kekuatan khusus, dapat menguasai lebih dari satu jenis sihir. Misalnya saja, seseorang yang terlahir sebagai raja dan penyihir suci,"
"Dia dapat memiliki lima atau lebih sihir yang bisa dia kuasai,"
"Dalam sejarah, hanya ada satu yang bisa menguasai semua jenis sihir, sekaligus orang yang bisa membangunkan Naga yang masih tertidur di kuil suci,"
"Naga?" ulang Leora.
"Maksudmu Naga yang aku lihat saat itu?"
"Bukan." Aron menggeleng.
"Ada satu Naga lagi, dan Naga itu terhubung dengan Naga yang kamu lihat,"
"Itu artinya, Naga yang aku lihat tidak bisa bebas bergerak selama Naga yang tertidur itu bangun?" tanya Leora memastikan.
"Sederhananya seperti itu," sambut Aron.
Leora termenung selama beberapa saat, mulai mengerti dengan semua penjelasan pria yang ada di depannya, lalu menghembuskan napas cepat.
"Baiklah, sudah cukup untuk sekarang," ucap Leora.
Wanita itu beranjak dari duduknya, membereskan meja makan sekaligus mencuci semua peralatan makan yang telah mereka gunakan.
"Aku ingin pulang lebih cepat. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu terakhirku bersama Bibi. Sampai jumpa besok, Aron" ucap Leora.
Pria itu hanya diam, menatap wanita yang terlihat baik-baik saja. Namun, ia tahu pasti wanita itu tidak dalam keadaan demikian. Tepat ketika tangan wanita itu menyentuh gagang pintu dan akan menariknya, Aron sudah bergerak lebih dulu memeluk wanita itu dari belakang.
"Apa yang sedang kau lakukan, Aron?" tanya Leora tanpa pergerakan.
"Maafkan aku," Aron berkata lirih.
Wanita itu tersenyum, lalu berbalik dengan kepala sedikit tengadah untuk menatap wajah pria di depannya.
"Kau tahu?" Leora berkata.
"Kamu terlihat lebih tampan ketika tidak mengenakan kacamatamu,"
"Aku baik-baik saja, Aron. Jadi mari kita lakukan ini bersama," imbuhnya.
Leora melepaskan pelukan pria yang menjadi sahabatnya, melepaskan kacamata pria itu dan meletakkan di tangannya.
"Sampai jumpa besok," ucap Leora lagi.
Wanita itu berbalik begitu saja, meninggalkan Aron yang masih berdiri sembari menatap kacamata di tangannya dengan wajah memerah.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
## Malam Harinya....
'TOk,,, TOk,,, TOK,,,'
"Bibi,,,"
Leora berseru di depan pintu kamar yang terkunci, beberapa saat setelahnya pintu kamar terbuka diikuti wajah wanita paruh baya dengan wajah menahan kantuk.
"Ada apa? Kamu membutuhkan sesuatu, Leora?" tanya Bibi parau.
"Bisakah malam ini aku tidur bersama, Bibi?" tanya Leora sembari mengerjapkan mata.
"Pft,,, Apa-apaan wajah itu?" sambut Bibi terkekeh pelan.
"Dasar bayi besar! Masuk!" imbuhnya seraya menggeser tubuhnya yang memungkinkan bagi Leora untuk masuk kamar.
"Bibi yang terbaik," sambut Leora girang.
Wanita itu melangkah masuk, mencuri satu kecupan di pipi sang Bibi dan segera naik ke atas tempat tidur.
"Bibi, kemari!" ucap Leora sembari menepuk tempat tidur yang masih kosong.
"Sekarang tidur!" perintah Bibi.
Leora tersenyum lebar, membaringkan tubuhnya diikuti Bibi di samping dan segera memeluk tubuh wanita yang berusia lebih muda darinya.
Wanita paruh baya itu memandangi wajah wanita muda yang kini berada dalam pelukannya, mengingat kembali ketika dirinya ditolong wanita itu dari beberapa berandal dan berakhir tinggal bersama dengan Leora yang memperlakukan dirinya layaknya keluarga.
"Bibi,,," panggil Leora.
"Ada apa? Tidak bisa tidur?" sambut Bibi.
"Jika aku pergi ke tempat jauh, maukah Bibi menjaga rumah ini?" tanya Leora seraya mengangkat wajah.
"Apa yang kamu bicarakan?" sambut Bibi tidak senang.
"Aku ingin Bibi menjaga rumah ini dengan baik. Aku mendapatkan rumah ini setelah menabung dalam waktu lama, dan hanya Bibi yang aku miliki," ucap Leora lagi.
"Berhenti bicara dan tidurlah, kamu hanya kelelahan setelah bekerja satu hari penuh," sambut Bibi.
Leora tersenyum, mengingat semua yang ia miliki telah ia berikan sepenuhnya untuk wanita paruh baya yang tengah memeluk tubuhnya. Membalik nama semua tabungan, rumah serta tanah miliknya untuk satu orang yang ia kasihi meski bukan keluarganya sendiri.
"Aku menyayangimu, Bibi,"
Leora berbisik lembut, mengecup pipi Bibi yang telah tertidur hingga tanpa sadar air matanya mengalir.
. . . .
. . . .
To be continued...
produktif sekali thorrr/Drool//Drool/
why/Curse//Curse//Curse//Curse/
terasa horor /Joyful//Joyful//Facepalm/