Kesalah pahaman dua sahabat lama membuat putri salah satu di antara mereka harus menanggung derita. Ratia, putri dari keluarga Atmojo yang trus di kejar dan harus di habisi oleh keluarga Baskoro.
Ratia kecil terpaksa di sembunyikan di sebuah negara, di mana hanya kakeknya saja yang tau. Bertahun-tahun di cari, keberadaan Ratia tercium. Namun dengan cepat kakeknya menikahkan Ratia pada keluarga yang kaya dan berkuasa. Ternyata hal itu membuat Ratia semakin menderita, Aksara memiliki banyak wanita di hidupnya. Perlakuan tidak menyenangkan trus Ratia dapatkan dari suaminya itu. Dengan kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Ratia dia berhasil meluluhkan hati sang suami, namun Ratia terlanjur membenci suaminya Aksara. Rasa benci Ratia pada sang suami dan keluarganya membuat dia ingin mengakhiri hidup. Namun dengan segala cara Aksara mencegah hal itu, dan membuat Ratia luluh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rickaarsakha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pernikahan
Pagi itu di sebuah tempat, dimana akan di langsungkannya sebuah acara sakral. Dalam semalam, orang-orang mampu menyulap setiap sudut menjadi sangat indah. Hari pernikahan yang di takuti Ratia tiba, meski persiapan hanya satu malam nampaknya semua bekerja sangat maksimal.
Tadi malam dia tidak bisa melakukan rencananya, hanya bisa berbaring tanpa bisa tertidur. Bahkan Ratia pun, tidak yakin bisa melewati hari ini dengan baik. Harapan bisa melarikan diri masih begitu besar. Namun, melihat sekitar tempat penuh dengan laki-laki berotot besar dia langsung mematahkan sendiri harapannya itu. Seolah dia sangat tahu diri.
Mana Kak Rama ya, apa dia belum sampai?
Mata gadis itu terus mencari keberadaan kakaknya yang belum terlihat setelah pertengkaran sewaktu dia tiba di rumah. Bahkan dia hanya mengenali beberapa orang saja di sana.Tidak sedikit pun terlintas dan bertanya ke mana calon suaminya, padahal umumnya calon pengantin akan berusaha mencuri pandang.
Tepukan lembut seorang ayah, mampu membuat putrinya terhentak. Membuyarkan segala lamunannya, menyadarkan gadis itu pada situasi apa yang akan dia hadapi saat ini.
"Ayah." Ayahnya terlihat memberi sedikit senyum. "Ayah, kak Rama di mana?" mimik wajah sang Ayah berubah, ada sedikit ketidak sukaan terlihat.
"Ada, Kakak mu sudah di sini. Kakek Harjo ingin bertemu sebentar, ayo kita keluar." dengan cepat dia berjalan, bahkan dia lupa untuk menelpon kakeknya setelah kepulangannya beberapa hari.
"Kakek, nenek." gadis itu menghambur, nampak rindu yang sangat besar di sana.
"Ratia, kakek sangat senang bisa melihat mu menikah hari ini." mendengar apa yang kakeknya katakan, Ratia hanya tersenyum getir.
Apa kakek juga akan tetap senang kalau tahu alasannya. Apa harus aku katakan sekarang, biar kakek dan nenek bisa menangis bersama ku. Ratia
Beberapa saat mereka berbincang dengan hangat, raut wajah bahagia begitu terlihat di wajah keluarga dari ibunya Ratia itu. Kedatangan salah satu petugas WO membuat mereka harus membubarkan diri.
"Sayang, kami keluar duluan ya, Putri ibu sangat cantik." ucap Ibunya dan berlalu pergi, menyusul anggota keluarga yang lain.
"Ayo, sayang." ajak sang Ayah setelah waktunya tiba, sembari memberikan lengannya agar sang putri mengaitkan tangan. Nafas yang sangat berat itu terdengar jelas di telinga ayah, membuatnya menoleh dan menatap wajah putrinya itu "Semua akan baik-baik." lagi-lagi hanya kata-kata itu yang mampu dia ucapkan.
Ratia berjalan dengan sangat anggun, gaun putih menjuntai yang dia kenakan membuat tubuhnya semakin indah. Wedding veil yang ada di wajahnya, tidak sedikitpun menupi kecantikan Ratia. Semua mata memandang dan berbisik dalam hati masing-masing. Begitu pun dengan Jagad Suseno, kebahagian begitu besar di wajahnya. Dia bahkan terus tersenyum.
Seorang pria yang nampak sudah menunggu di depan, menoleh kebelakang.
Cantik sekali.Aksara
Tanpa dia sadari senyumnya terangkat, wajahnya tidak bisa berbohong bahwa ada kebahagian di sana.
Saat gadis itu sudah semakin dekat, tangannya terulur. Ayah pun melepas tangan putrinya yang belum menyambut, uluran tangan itu.
Kau bahkan masih murung. Aksara.
Menyadari dia telah di tunggu, gegas dia meraih tangan calon suaminya.
Mereka berdua sudah siap, saling berhadapan dan berpegangan dengan kedua tangan. Saat janji suci itu terucap, hatinya berdenyut hebat. Rasa pedih di hati begitu menguasai.
Selepas pengucapan Janji Suci, Aksara mengangkat kain yang menutupi wajah gadis itu. Mengec*p bibir Ratia beberapa saat.
Cium*n pertama ku, hiks. Ratia
Tidak ada kecupan penuh cinta di sana. Getar tangan Ratia yang begitu hebat dapat di rasakan oleh suaminya, ya suaminya yang baru beberapa detik.
Setelah acara sakral selesai, kedua pengantin baru itu menuruni altar dengan bergandengan tangan. Aksara menyapa beberapa tamu yang hadir, mau tidak mau Ratia mengikuti langkah suaminya.
"Sayang, ini mama."
Sayang, apa dia tidak memberitahu ibunya jika kami sama-sama terpaksa menikah. Eh tapi ini ibunya ya, berarti mertua ku.Ratia
"Mama senang bisa melihat kalian hari ini. Oh ya Ratia, terimaksih sudah mencintai dan menerima anak mama. Ternyata benar, menantu ku sangat cantik." Pelukan hangat di berikan wanita itu kepada menantunya.
Apa sebenarnya yang sudah laki-laki ini sampaikan pada mamanya. mencintai, aku ingin muntah. Ratia
Aksara mulai mengenalkan istrinya pada beberapa anggota keluarganya yang hadir.
"dan ini om Smitt, suami mama."
Apa om suami mama, apa ayah dan ibunya bercerai? Orang tua mu saja sudah berantakan, pasti rumah tangga anaknya juga sama. Izzz. Ratia
Beberapa tamu pun mengucapkan selamat untuk kedua pengantin hari ini. Karna cukup banyak Ratia tidak bisa menghapal nama dan apa hubungannya dengan sang suami. Tapi dia merasa ada salah satu dari keluarga Suseno itu yang nampak sangat jelas tidak menyukainya.
Setelah di rasa cukup untuk menyalami dan menyapa tamu, Aksara menarik tangan istrinya itu untuk duduk di sebuah kursi.
"Hmz Tuan." belum sempat Ratia mengutarakan apa yang ingin dia katakan, Aksara melihatnya dengan tatapan tidak suka. Ratia langsung menunduk.
Kenapa, apa aku tidak boleh bicara. Manusia aneh, baru saja menikah tatapanya saja seolah akan membunuh ku. Ratia
"Bukannya sudah aku katakan kemarin, aku ini suami mu bukan Tuan mu. Apa kau ingin ku perlakukan seperti pelayan?"
"I-iyaa" bahkan dia belum berani mengangkat wajah, entah mengapa nampaknya gadis itu sangat takut akan tatapan Suaminya.
Lalu aku akan memanggilnya apa? Sayang. Ratia
"Mas," ternyata bukan kata sayang yang keluar.
"hmmm" Aksara nampak sudah sibuk dengan Hpnya.
Pasti sedang berkirim pesan dengan kekasihnya. Seharusnya aku juga punya pacar, kenapa aku harus putus dari mu Hans. Ratia
Karna Ratia tidak melanjutkan kata-katanya, malah memilih diam. Nampaknya Aksara terusik, apa yang ingin di katakan istrinya itu.
"Ada apa? Apa ada yang ingin di tanyakan?"
"Perempuan yang membawa tas merah dan baju abu-abu, duduk di samping Kakek itu siapa Mas?" memilih menunjuk dengan bibir, agar yang bersangkutan tidak menyadari.
"Kenapa?"
"Apa?" Gadis itu cukup terkejut, pertanyaan di balas dengan pertanyaan lagi.
"Ya sudah kalau tidak mau jawab!" memilih menggesarkan tempat duduk dan memalingkan wajah.
Cih, suami tidak jelas. Pemabuk. Ratia
"Itu Tante ku, adik Papa. Jangan pernah bertemu dengannya kalau aku tidak bersama mu." menjawab setelah menyimpan Hp ke dalam saku celana dan menarik kursi sang istri dengan kaki. Mungkin takut tamu akan curiga jika pengantin duduk berjauhan.
"Kenapa?"
"Dia sama seperti Birawa Baskoro, yang akan membun*h mu jika punya kesempatan!" Aksara mengatakannya dengan berbisik, membuat Ratia semakin yakin jika hidupnya belum tentu selamat selepas menikah sekalipun.
double up