Dendam petaka Letnan Hanggar beberapa tahun lalu masih melekat kuat di hatinya hingga begitu mendarah daging. Usahanya masuk ke dalam sebuah keluarga yang di yakini sebagai pembunuh keluarganya sudah membawa hasil. Membuat gadis lugu dalam satu-satunya putri seorang Panglima agar bisa jatuh cinta padanya bukanlah hal yang sulit. Setelah mereka bersama, siksaan demi siksaan terus di lakukan namun ia tidak menyadari akan perasaannya sendiri.
Rahasia pun terbongkar oleh kakak tertua hingga 'perpisahan' terjadi dan persahabatan mereka pecah. Tak hanya itu, disisi lain, Letnan Arpuraka pun terseret masuk dalam kehidupan mereka. kisah pelik dan melekat erat dalam kehidupannya. Dimana dirinya harus tabah kehilangan tambatan hati hingga kembali hidup dalam dunia baru.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya???
Penuh KONFLIK. Harap SKIP bagi yang tidak biasa dengan konflik tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Keadaan yang buruk.
"Kenapa kamu bicara begitu?? Sekarang keadaan Arlian sangat mengkhawatirkan. Kalau sampai terjadi sesuatu dengan Arlian, kamu pun akan kena imbasnya." Kata Bang Raka.
"Karena belum tentu juga Lian dan Abang tidak berniat apa-apa. Kita kan hidup di jaman modern." Jawab Laras.
Seketika Bang Raka melipat kedua tangan di depan dada. Ia menatap gadis kecil yang baru saja membuat perkara besar.
"Jadi apa yang salah dari pikiran Lian??? Kamu pun berpikir begitu. Sesensitif itu perasaan perempuan."
Laras cukup terhenyak namun tidak bisa membalas apapun lagi. Tiba-tiba dirinya memikirkan Arlian yang sedang terbaring di kamar Bang Hanggar namun sifat gengsi membuatnya enggan berpikir dan berbuat lebih.
"Ayo Abang antar minta maaf sama Lian. Katakan kalau kamu dan Hanggar tidak pernah berbuat apapun." Ajak Bang Raka.
"Kalau sudah pernah memangnya kenapa?? Abang tidak mau kenal lagi sama Laras??" Ucap kesal Laras.
"Laras..!!!!!!!!" Bentak Bang Raka tersulut emosi kemudian meninggalkan Laras sendirian.
...
Bang Hanggar terus menggenggam tangan Arlian, istrinya itu tak kunjung sadar hingga membuatnya gelisah bukan main.
"Bowo, tolong kamu cek lagi kondisi Lian. Sudah lama sekali Lian belum sadar, aku takut ada sesuatu yang membahayakan." Pinta Bang Hanggar. Tubuhnya sudah lemas tak bertenaga memikirkan Arlian bahkan dirinya belum sempat menyapa putranya karena keadaan Lian membuat perhatian nya teralihkan. Saat ini Bang Hanggar hanya bisa menitipkan putranya bersama Bi Ijah yang di bawa Axcel langsung untuk menjaga putranya.
Sebenarnya setiap lima belas menit sekali Bang Bowo memeriksa keadaan Arlian. Memang dirinya menemukan ada tanda bahaya namun sebagai seorang dokter tentu dirinya harus profesional dan tidak membuat pasiennya menjadi panik.
Tak lama Arlian tersadar. Agaknya istri Letnan Hanggar itu merasa kesakitan. Ia berusaha bangkit dan memegangi tubuhnya disana sini namun tenaganya seakan hilang dan dirinya tidak sanggup untuk bangkit.
"Gelap sekali?? Apakah listrik padam??" Tanya Arlian.
Seketika Bang Hanggar syok mendengarnya, langit belum juga gelap. Pandang mata Arlian pun tidak mengarah padanya. Bang Hanggar mengayunkan telapak tangan di depan mata Arlian namun Arlian tidak melihatnya.
"Dek..!!" Bang Hanggar memastikan keadaan Arlian dan lagi-lagi Arlian hanya mengarahkan wajahnya pada sumber suara.
"Gelap.. semua gelap. Lian tidak bisa melihat..!!!" Arlian panik dan turun dari ranjang.
Dengan sigap Bang Hanggar menahannya hingga Arlian tidak sampai jatuh. "Sabar dek, jangan panik..!!"
Arlian mulai tersadar, ia menolak bantuan dari Bang Hanggar. "Jangan sentuh Lian. Lian bisa sendiri..!!!!!" Arlian melepas paksa dekapan Bang Hanggar dan saat itu juga Arlian nyaris terguling di lantai.
Lagi-lagi Bang Hanggar menahannya tapi emosi Arlian sungguh tak terkendali hingga Bang Axcel turun tangan.
"Ini Abang, jangan berontak lagi..!!" Kata Bang Axcel lalu mengangkat Arlian dan kembali membaringkan lagi di atas tempat tidur.
"Lian tidak mau ada Bang Hanggar di sini. Usir dia keluar dari kamar, atau bawa Lian ke kamar perawat..!!" Pinta Arlian.
Untuk kesekian kalinya Bang Hanggar syok berat. Arlian menolaknya dan hal itu membuat tekanan tersendiri bagi Bang Hanggar.
"Lian, ini Bang Bowo. Bang Bowo periksa kondisimu ya..!!" Dengan hati-hati Bang Bowo memeriksa keadaan Arlian.
Bang Hanggar sampai terhuyung melihat keadaan Arlian. Bang Rumbu menahan tubuh seniornya yang kini mungkin nyaris pingsan.
:
"Apa maksudmu ada masalah dengan matanya??? Apa Lian tidak akan bisa melihat lagi??"
"Disini tidak ada rumah sakit besar untuk memeriksa keadaan mata Arlian. Hanya saja kesimpulanku.. ada bagian darah yang membeku dari benturan di kepala Arlian. Kita tidak bisa pakai sembarang obat, Arlian sedang hamil muda dan kita juga harus berjuang untuk bayimu." Jawab Bang Bowo.
Bang Hanggar terduduk lemas. Pandangan matanya berkunang-kunang.
"Aku akan membawanya ke kota..!!" Kata Bang Axcel.
"Aku masih memikirkan caranya."
"Aku kesini bukan untuk meminta ijinmu, aku mau membawa adikku, aku ingin Lian sembuh." Jawab Bang Axcel.
"Bicara apa kamu??? Apa sekarang aku terlihat ingin membuat istriku mati??? Apa masih kurang kamu memisahkan aku dan Lian tiga tahun lamanya???? Lian memang adik kandungmu, adik perempuanmu tapi Lian adalah istriku. Punya hak apa kamu membawanya tanpa ijinku..!!!" Bentak Bang Hanggar. Nafasnya memburu, ia sampai memercing meremas lukanya.
"Sudaaah.. kalian jangan bertengkar..!! Kita disini untuk memikirkan bagaimana caranya menyembuhkan Arlian." Kata Bang Bowo.
Bang Axcel menepak gelas kosong di sampingnya hingga pecah, tapi memang dirinya tidak bisa berbuat apapun karena Arlian memang istri sah Bang Hanggar.
Dari kejauhan, Laras berlari menghampiri Bang Hanggar. Ia pun sudah mendengar bahwa Arlian tidak bisa melihat.
"Baaang.. benarkah Lian tidak bisa melihat?"
Tau Laras menemui Bang Hanggar, tentu ada rasa cemas dalam hati Bang Raka. Ia pun mengikuti Laras di belakangnya.
"Apa pedulimu???? Kenapa kamu masuk dalam kehidupanku????" Mata Bang Hanggar menatap kedua bola mata Laras dengan tajam.
"Ma_af Bang..!! Laraas tidak sengaja......."
Amarah Bang Hanggar menjadi-jadi. Ia menarik badik yang tidak pernah lepas dari 'pinggangnya'. Ia pun mengangkat badiknya tinggi lalu mengayunkannya.
Paham Laras sedang dalam bahaya, Bang Raka pun segera melindunginya. Disana Bang Axcel dan Bang Bowo pun sigap menghadang amarah Bang Hanggar.
ssrrrrtttt.....
Badik tajam tersebut melukai sekitar bahu Bang Raka. Jerit ketakutan Laras sungguh memekakkan telinga.
Bang Axcel memutar pergelangan tangan sahabatnya dengan kuat hingga badik tersebut jatuh ke atas tanah. Tidak sulit melumpuhkan seorang Hanggar dengan mentalnya uang kini melemah.
"Cepat bawa Hanggar ke ruang kesehatan. Bahaya sekali kalau dia sedang marah..!!" Perintah Bang Bowo.
"Baaang.. Abang nggak apa-apa??" Tanya Laras cemas.
"Nggak apa-apa. Kamu tenang saja. Lain kali jangan beraninya kamu temui Hanggar sendirian. Keadaan Lian membuat Hanggar jadi stress dan emosional, salah-salah kejadian seperti tadi malah bisa mencelakai kamu sendiri." Jawab Bang Raka sembari melihat lukanya yang memang tidak seberapa untuk ukuran laki-laki.
"Maaf Bang. Laras sudah buat perkara sebesar ini." Ucap Laras penuh sesal.
"Abang pesan sama kamu, hati-hati membuang kata. Apalagi pada sesama perempuan. Luka badan masih bisa di obati, tapi luka hati tidak semudah itu bisa di maklumi. Sekarang kita tidak tau bagaimana mental Arlian. Kamu tidak paham siapa lawanmu. Mudah-mudahan Lian tidak percaya kata-katamu, tapi jika karena masalah ini semakin memperburuk keadaannya.. kamu.. kita akan dapat masalah besar." Kata Bang Raka dan sungguh hal itu membuat Laras ketakutan.
.
.
.
.
mbak nara yg penting d tunggu karya terbarunya
buku baru kpn mbak.. 🙏 penasaran sm mbak Fanya dn Bang Juan.