"Perkenalkan, dia yang akan menjadi suamimu dalam misi kali ini."
"Sebentar, aku tidak setuju!"
"Dan aku, tidak menerima penolakan!"
"Bersiaplah, Miss Catty. Aku tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun."
Catherine Abellia, bergabung dengan organisasi Intel, Black Omega Agency, untuk mencari tau tentang kasus kematian ayahnya yang janggal. Berusaha mati-matian menjadi lulusan terbaik di angkatannya agar bisa bergabung dengan pasukan inti. Mencari selangkah demi selangkah. Ia mencintai pekerjaannya dan anggota timnya yang sangat gila.
Namun, ketika dia sudah lebih dekat dengan kebenaran tentang kasus Ayahnya, Catty harus bekerjasama dengan anggota Dewan Tinggi! Oh, really? Dia harus bekerjasama dengan orang yang gila kesempurnaan yang bahkan sudah lama tidak terjun lapangan? Wait, mereka bahkan harus terlibat dalam pernikahan? Ia harus menikahi pria yang memiliki kekasih? Tuhan, ini sangat buruk!
Oke, fine! Atasannya sudah gila!
Ayo, ramaikan lapak ini dengan Vote dan komen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seraphic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Undangan Pesta
"Kau pulih dengan baik," tutur Catty santai.
Catty menatap Si cupu, tidak, maksudnya Samuel, yang tengah menggaruk-garuk kepalanya canggung.
Janessa menyikut temannya diam-diam, memberikannya tatapan peringatan. Catty menggulirkan bola matanya, baiklah-baiklah, ia akan duduk saja dengan tenang.
Janessa menatap Samuel yang duduk tegak di depan mereka. Hari ini, pria itu datang dengan kemeja pas badan berwarna navy dan menggulung lengannya sampai ke sikut.
"Apa kau pulih dengan baik?" tanya Janessa dengan perhatian.
Catty mengernyitkan dahi, memang apa bedanya pertanyaan Janessa dengan perkataan yang ia lontarkan?
Samuel mengangguk dengan mata berbinar. Hm ... di mata Catty, itu terlihat seperti anjing golden retriever?
"Ah, aku ingin mengucapkan terimakasih atas pertolongan kalian berdua untuk yang kesekian kalinya," ucap pria itu yang tiba-tiba berdiri dan membungkuk hormat.
Janessa buru-buru menarik tangan pria itu saat melihat atensi semua orang di kafe menatap mereka.
"Astaga, tak perlu sampai seperti itu," celetuk Janessa yang segera diangguki Catty yang masih terkejut dengan aksinya barusan.
"Lagipula, kau tidak perlu berterimakasih jika kau bisa melawan antek-antek itu sendirian kemarin."
Janessa menggeplak lengan Catty—lagi.
"Apa kau bodoh? Dia sedang menyamar, bagaimana dia bisa membalas begitu saja?" seloroh Janessa dengan kejam.
"Benar 'kan, Sam?" tanya gadis pirang itu lagi dengan lembut pada pria di depan mereka.
Kehabisan kata-kata! Sungguh, Catty hanya bisa ternganga menahan rasa kesal yang mencongkol di hatinya.
"Apa kalian mendapatkan hal lain dari penyelidikan di kampus, Sam?"
Catty bertanya dengan sedikit harapan bisa melanjutkan penyelidikan dari arah lainnya.
Hanya saja, gelengan Sam memupuskan harapannya, hingga ia hanya bisa menghela nafas pasrah.
"Untuk saat ini, kita hanya tau bahwa Deon yang berkaitan dengan narkoba ini. Kepolisian bahkan tidak bisa melacak darimana Deon mendapatkannya," keluh Sam.
Pria itu bertanya pada keduanya, "Apa kalian masih akan bertugas di kampus?"
Janessa mengangguk. "Bagaimana denganmu? Apa kau tidak ingin kembali ke kampus?"
Samuel memulas senyum ringan. Ia berkata dengan lirih, "Aku harap aku bisa. Hanya saja, petinggi langsung yang menyuruhku untuk mundur dari penyelidikan."
Kernyitan di dahi Catty terbentuk. "Petinggi itu lagi? Apa dia orang yang sama dengan petinggi yang ketua tim mu curigai?"
Melihat anggukan pasrah dari pria itu, Catty dan Janessa bertukar tatapan heran. Bukankah si petinggi ini sangat problematik?
"Apa dia komisaris? Mengapa kalian harus selalu mengikuti perintahnya?"
"Bukan, hanya saja, dia memiliki koneksi tertentu ke pemerintahan," jawab Sam ragu.
Catty berdecak dan berkata, "Bisakah kau berbicara dengan lebih jelas?"
Siapa pula yang paham jika seseorang mengatakan sesuatu setengah-setengah.
Sam menggaruk kepalanya lagi. Mengapa teman Janessa ini begitu galak, pikirnya.
"Yah, desas desusnya petinggi ini merupakan kerabat presiden saat ini," ujar pria itu.
Dengan tawa sinisnya, Janessa mengeluh, "Hanya karena itu?"
Gila. Hanya karena seseorang memiliki hubungan tertentu dengan penguasa, jadinya bisa bertindak semena-mena? Dan lagi, apakah presiden tau jika dirinya dipakai menjadi tameng untuk orang gila yang menghalangi misi-misi penting? Petinggi ini begitu menyebalkan, bukan?
"Apa kalian tidak memiliki rencana bagaimana menghadapinya? Tidak mungkin 'kan kalian hanya akan selalu menuruti perintahnya yang tidak jelas itu?" tanya Janessa.
Catty mengangguk setuju dengan pertanyaan sahabatnya.
Samuel mengangguk. "Kami akan menyelidiki terlebih dulu koneksinya baru menyiapkan rencana."
"Menyelidiki bagaimana?"
Melihat ekspresi dua orang dihadapannya yang penasaran, Samuel menjadi tak enak hati untuk menyembunyikan pergerakan rahasia mereka.
Pria, sangat mudah luluh hanya dengan tatapan wanita.
Pria itu berdehem sekali, melancarkan aliran tenggorokannya. "Begini, dua hari lagi akan ada pesta sosial kelas atas yang diadakan oleh keluarga Smith, kami akan menyelidiki dengan siapa saja dia berinteraksi."
Dua gadis itu serempak mengerutkan kening. Pesta sosial? Memangnya apa yang akan terjadi di pesta besar seperti ini?
"Kalian pasti tidak paham, tapi, para petinggi ibukota ini memiliki jaring antara satu sama lain. Jika satu jaring saja disingkirkan, sangat mudah untuk melihat apa yang ada di dalamnya," jelas Samuel pada keduanya.
Janessa mengangguk paham, sedangkan Catty hanya terdiam.
"Jadi, petinggi kalian ini akan menghadiri pesta tersebut?" tanya Janessa.
Samuel mengangguk, membenarkannya.
Setelah menanyakan satu dan lain halnya. Mereka beralih membicarakan berbagai macam topik. Hingga, Samuel memutuskan untuk kembali terlebih dulu.
Janessa mengantarkan pria itu sampai ke parkiran kafe dan kembali setelah Samuel tak terlihat lagi di matanya.
"Lihat ini," ujar Janessa sambil menyodorkan ponselnya pada Catty.
Mata Catty mendongak sekilas pada sahabatnya, lalu, kembali melihat layar ponsel Janessa.
Disana terlihat sebuah undangan yang di desain dengan mewah. Itu adalah undangan masuk VIP pesta sosial yang baru saja dibicarakan Samuel barusan.
"Karimova mendapatkannya?" tanya Catty setelah selesai melihat undangan itu.
Janessa mengangguk singkat. "Ibuku baru saja mengirimkannya. Bagaimana dengan keluargamu? Apa mendapatkannya juga?"
Catty menggeleng dan berkata tidak tau.
Melihat hal itu, Janessa tiba-tiba terpikirkan sesuatu. "Bagaimana jika pergi denganku? Lagipula, identitasmu sekarang adalah Karimova juga," celetuknya dengan antusias.
Tawa Catty seketika membeludak keluar. Astaga, apa Janessa begitu bodohnya? Identitas itu hanya bisa membodohi kampus dan teman-teman mereka. Bagaimana dia bisa membawa identitas itu dihadapan orang-orang berpengaruh besar di negara mereka?
Lagipula, Samuel juga sudah mengatakan, petinggi itu merupakan kerabat presiden. Sangat mungkin, jika Felice Johnson juga ada disana. Dia tidak ingin merepotkan keluarga Karimova, andai saja Felice si putri presiden itu juga hadir disana.
Lagipula, Sean Abercio Rolland, suaminya, pasti juga akan menghadiri acara itu. Mungkin, pria itu akan datang dengan Felice, kekasihnya yang diketahui publik. Tak baik, jika Catty datang dengan identitas Karimova.
Janessa yang kesal dengan suara tawa temannya, melihat Catty dengan sinis.
Tiba-tiba, ponsel keduanya bergetar serempak. Mengalihkan atensi mereka, menatap ponsel masing-masing.
"Mereka juga mendapatkan undangannya," ujar Catty setelah melihat percakapan grup mereka.
Para gadis dalam grup itu tengah kegirangan dan mengajak Janessa dan Catty untuk berbelanja secepatnya.
Tapi, Janessa memasang wajah bingung.
"Kenapa mereka mendapatkannya?" bisik Janessa lirih.
Seketika, Catty juga merasakan keanehan dari ini. Benar, keluarga Karimova jelas terpandang di ibukota. Namun, empat temannya yang lain, mereka bukanlah kelas atas.
Jika dikatakan, hanya keluarga Ive yang bisa dikatakan masuk dalam undangan ini. Joana? Keluarganya kebanyakan diisi dengan dokter, jelas saja tidak bergaul dengan para ningrat ini. Sedangkan, Vera dan Melly, mereka bukanlah bagian utama dari nama besar keluarga yang mereka sandang.
"Bukankah ini sangat aneh?" Catty bertanya dengan nada ragu.
"Apa menurutmu, ada sesuatu dalam hal ini?"
Catty melihat undangan yang teman-temannya kirim dalam grup. "Aku tidak yakin, namun, kemungkinan besar memang ada."
'*'*'*'*'*'*'
'*'*'*'*'*'*'
Yeeee everybodyyyy!!!
Scream!
Bacalah, jangan lupa vote +komen
Love you,
Seraphic.
penataan bahasanya loh keren