Ini kisah tentang kakak beradik yang saling mengisi satu sama lain.
Sang kakak, Angga Adiputra alias Jagur, rela mengubur mimpi demi mewujudkan cita-cita adik kandungnya, Nihaya. Ia bekerja keras tanpa mengenal apa itu hidup layak untuk diri sendiri. Namun justru ditengah jalan, ia menemukan patah hati lantaran adiknya hamil di luar nikah.
Angga sesak, marah, dan benci, entah kepada siapa.
Sampai akhirnya laki-laki yang kecewa dengan harapannya itu menemukan seseorang yang bisa mengubah arah pandangan.
Selama tiga puluh delapan hari, Nihaya tak pernah berhenti meminta pengampunan Angga. Dan setelah tiga puluh delapan hari, Angga mampu memaafkan keadaan, bahkan ia mampu memaafkan dirinya sendiri setelah bertemu dengan Nuri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Tadinya Angga mau mematahkan kesombongan Balong dengan memberitahunya kalau jimat milik lelaki itu telah Angga musnahkan. Namun mengingat pesan sosok jin qorin Nihaya yang menemuinya kembali sebelum ditutup mata batinnya, Angga jadi menahan yang tadinya hampir keceplosan karena geram dengan sikap Balong yang congkak sekali.
Waktu itu,
"Mas Angga." Yang dipanggil menoleh.
"Nihaya?! kamu.."
Nihaya mendekati kakaknya. Ia ingin berbicara lebih dekat mumpung bisa menemui Angga setelah kesibukannya kemarin-kemarin. Nihaya tidak pernah muncul di hadapan Angga semenjak Angga tahu kebenarannya lantaran sibuk melawan pelindung Balong.
"Mas Angga, terimakasih sudah mencari keadilan untukku. Melawan lelaki tua itu tidak cukup dengan urusan dunia. Mas Angga melawan Balong, aku melawan khodamnya." Manusia melawan yang manusia, setan melawan setan. Begitulah kira-kira maksud Nihaya.
"Ni, Mas kira kamu udah gak mau tampakin diri lagi karena kecewa sama Mas yang gak bisa pegang kata-kata mu." Keluh Angga karena seberapa banyak Angga memanggil-manggil, Nihaya tidak pernah muncul.
"Pesan ku yang gak memperbolehkan Mas Angga membalaskan dendam karena gak mau Mas kenapa-kenapa, lalu pada akhirnya Mas malah menerjangnya." Papar Nihaya.
"Iya Ni. Mas Angga gak bisa diam saja setelah apa yang menimpa kamu. Bila kamu melarang melakukan pembalasan, lantas dirimu sendiri ternyata.."
"Sudah kuduga Mas Angga pasti tidak tinggal diam, maka aku sibuk mencari cara menumbangkan penjahat itu setelah sebelumnya dilema karena kekuatan yang dimiliki entitas pelindungnya cukup kuat. Tetapi aku datang sekarang membawa berita penting. Dibalik leher Balong terdapat jimat berbentuk batu. Hanya manusia seperti Mas Angga yang bisa mengeluarkannya. Gunakan kesempatan ketika berkelahi dengannya Mas, aku tidak bisa membuangnya karena selalu dihalangi jin hitam itu. Sekalinya bisa menerobos, aku malah gak bisa keluarkannya."
"Baiklah kalau begitu, Mas bakal cari kesempatan bertarung dengan Balong meski taruhannya nyawa sekalipun. Kali ini Mas gak akan kabur melepaskan laki-laki laknat itu apapun situasinya."
"Iya Mas. Aku juga usahakan perjalanan Mas nanti tidak dicampuri portal dimensi lain. Oh iya, aku mau bilang kalau aku juga senang melihat Mas Angga dengan Mbak Nuri. Wanita itu baik."
Angga hanya tersenyum, "nantilah kalau urusan itu, yang penting Balong tertangkap dulu."
"Mas Angga suka sama dia, dan kayaknya dia juga tertarik sama Mas Angga."
"Mas gak berharap lebih. Selain kun, tidak ada perempuan yang suka sama Mas mu ini." Angga merendah diri.
"Kata siapa Wati suka sama Mas Angga?" Nihaya terkekeh.
"Wati siapa?"
"Yang suka Mas panggil Kun. Dia itu namanya Wati." Terang Nihaya.
"Oh jadi namanya Wati. Dia sendiri yang bilang kalau bete melihat Mas ditemani Mbak Nuri bermalam di hutan. Wanita kalau bete artinya cemburu kan? dan cemburu itu tandanya suka. Mas hanya menyimpulkan seperti itu."
Lalu Nihaya menghilang dari pandangan ketika ibu memanggil Angga. Baru saja Angga mau menanyakan perihal lorong, sudah keduluan Nihaya pergi. Giliran sudah tiada Angga baru ingat apa-apa saja yang mau dia tanya dan sampaikan pada Nihaya. Angga juga mau bahas Aji yang semalam menangisi Nihaya saat tidur di kamar adiknya tersebut.
...****...
Ketika eksekusi tinggal menunggu beberapa menit lagi, Balong di hampiri sosok hitam berbadan besar. Wajah Balong masih santai cenderung tidak sabar dengan pertunjukan yang dinanti-nantikannya. Ekspresi Balong memicu kemarahan entitas tersebut.
"Santai banget kau mau dihabisi juga!" katanya, dengan bola mata merah menyorot.
"Kenapa harus tegang hahahaha, bukankah ini kesempatan bagus menunjukkan Balong tidak akan pernah di sakiti. Doooor! peluru nancap, pura-pura sakit dan terkapar. Mereka lengah, pergi dah."
"Ya pergi, pergi ke neraka!"
"Iiih, kok kamu gitu ngomongnya?" Balong masih saja bercanda karena belum mengerti keadaan.
"Tidak kah kau pergi saja dari sini karena bisa berpindah tempat bukan? lakukanlah, kurang kerjaan sekali harus menunggu sampai di hukum."
"Tidak seru kalau begitu. Sudah diamlah! kau lihat saja pertunjukkannya nanti. Ini perkara mudah, hanya saja aku sedang ingin sedikit bermain-main."
"Kalau begitu aku mau tanya pada kau, apakah tertangkapnya kau disini karena memang sengaja pura-pura mengalah atau karena mereka mampu menangkap?" Pertanyaan jin itu membuat Balong terdiam. Waktu itu ia sama sekali tidak ada niatan mengalah. Angga memang benar-benar mampu melumpuhkannya. Lagipula mantra yang disebar untuk membingungkan di lorong bawah tanah kenapa bisa tidak bekerja dengan baik. Balong jadi kepikiran kesana.
"Kenapa aku bisa terkalahkan ya kemarin? apa kamu tidak bekerja dengan baik?!" Balong kini kebingungan.
"Nah kan, baru kau kepikiran kesitu. Selama di sini kau ngapain saja hah? otak kau pakai jalan-jalan kemana?! sudah sadar malah menuduh ku pula."
"Sudahlah, lagian aku tak akan mempan di tembus peluru." Jawab datar Balong meskipun perasaannya gusar.
"Jimat yang tertanam di tubuh kau itu sudah tidak ada. Tertembak, maka matilah kau! coba saja gunakan ilmu berpindah tempat sekarang, mana bisa kau gunakan lagi."
Balong menegang. Dia memejamkan mata bersiap untuk melakukannya. Lelaki itu semakin panik karena dia tidak bisa lagi menggunakan ilmunya yang sedikit. Balong bersekutu dengan setan rendahan, ditambah sifatnya yang congkak sekali membuatnya bisa binasa kapan saja meskipun kalah dengan seorang Angga Adiputra. Setan yang bersekutu dengannya kalah dengan Nihaya dan juga bantuan dari jin penghuni hutan yang tidak setuju Balong menempati tempatnya.
"Cok! tolong bantu aku keluar dari sini. Tolonnng.. tolonglah aku ini."
"Aaaa... tidak... aaaa.. aku gak mau mati."
Balong membuat kerusuhan. Kemarin kemana saja, hingga baru sekarang berteriak-teriak tak ingin mati?
.
.
.
Bersambung.