NovelToon NovelToon
Aku Istri Gus Zidan

Aku Istri Gus Zidan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:238.1k
Nilai: 5
Nama Author: triani

keinginannya untuk tidak masuk pesantren malah membuatnya terjebak begitu dalam dengan pesantren.

Namanya Mazaya Farha Kaina, biasa dipanggil Aza, anak dari seorang ustad. orang tuanya berniat mengirimnya ke pesantren milik sang kakek.

karena tidak tertarik masuk pesantren, ia memutuskan untuk kabur, tapi malah mempertemukannya dengan Gus Zidan dan membuatnya terjebak ke dalam pesantren karena sebuah pernikahan yang tidak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Malam menegangkan

Mereka berjalan bertiga menuju ke kamar, ada Wahyu yang berjalan di belakang mereka. Aza sudah tidak tahan rasanya ingin berkomentar tapi Gus Zidan selalu memberi tatapan aneh setiap kali Aza ingin membuka suara hingga saat sampai di depan kamar, Wahyu pun berpamitan untuk ke kamarnya sendiri.

"Jika sudah tidak ada yang di butuhkan lagi, saya pamit ke kamar dulu ya gus." ucap Wahyu dengan nada penuh hormat.

"Iya, pergilah." jawab Gus Zidan singkat.

"Assalamualaikum," ucap salam dari Wahyu sebelum pergi.

"Waalaikum salam,"

Setelah Wahyu berpamitan dan kembali ke kamarnya, Gus Zidan pen segera membuka pintu kamar masuk begitu saja tanpa mempersilahkan Aza masuk atau menunggunya hingga masuk lebih dulu dan tidak ada pilihan bagi Aza selain mengikutinya masuk.

"Hei," panggilnya pada Gus Zidan, tapi Gus Zidan tampak tidak ingin menanggapi panggilan Aza.

"Hei," panggilnya sekali lagi tapi respon Gus Zidan masih sama saja membuat Aza berjalan cepat dan berdiri tepat di depan Gus Zidan.

"Kamu nggak denger yaa aku panggil dari tadi!?" protes Aza dan Gus Zidan hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Kapan?" tanyanya kemudian.

"Jangan pura-pura nggak denger deh." keluh Aza lagi dengan raut wajah kesal.

"Saya punya nama, jadi harap sopan kalau memanggil orang." jawab Gus Zidan dengan santainya.

Aza mencebirkan bibirnya kesal, "Gini nih kalau bicara sama orang tua, slow kali." sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

Gus Zidan mengerutkan keningnya, "Siapa yang kamu bilang tua?"

"Ya kamu lah,"

"Kalau saya tua, berarti kamu anak kecil." ucap Gus Zidan membalas Aza, "Anak kecil kok mainnya di hotel, sana di Playground main boneka atau prusutan." lanjutnya lagi.

"Apaan sih, nggak lucu ya." Aza semakin kesal sembari menjejakkan kakinya ke lantai dengan cepat.

"Siapa juga yang mau ngelucu." jawab Gus Zidan santai seolah tidak peduli dengan kekesalan Aza.

 Aza pun menyerah, tidak ada gunanya berdebat dengan Gus Zidan, "Baiklah, aku mau bicara serius." ucapnya sembari berkacak pinggang, "Dengarkan!" lanjutnya sembari menunjuk ke arah Gus Zidan tepat di wajahnya.

"Memang begitu adab bicara sama orang tua." protesnya sebari menurunkan tangan Aza.

Bukannya marah, Aza malah tersenyum, "Ahhh akhirnya mengakui kalau sudah tua." merasa menang.

Gus Zidan menghela nafas dan memilih berlalu tapi dengan cepat Aza kembali menghadangnya, "Oke oke, ini serius. Kenapa kamu nggak satu kamar sama om Wahyu sih?"

Gus Zidan kembali mengerutkan keningnya, "Om?"

Aza nyengir, "Ya siapalah itu. Aku kan perempuan, kamu laki-laki nggak baik tinggal dalam satu kamar."

"Sejak kapan suami istri nggak boleh tinggal dalam satu kamar?"

Ups

Aza seketika menutup mulutnya, sepertinya baru setengah jam lalu ia resmi menjadi istri Gus Zidan tapi sudah lupa.

Gus Zidan kembali melangkahkan kakinya dan sekali lagi Aza menghalangi jalannya, "Ada apa lagi?"

"Mau ke mana?" tanya Aza.

"Mau ke kamar mandi buang air, kenapa? Mau ikut?"

Mendapatkan jawaban dari Gus Abi dengan cepat Aza menyingkir dan membiarkan Gus Abi lewat.

Aza pun segera duduk di tepi tempat tidur, tidak tahu lagi apa yang harus ia kerjakan, saat ini bahkan ia tidak tahu dimana barang-barang pribadinya karena saat kabur ia tidak membawa apapun selain baju yang ia kenakan dan sampai tadi ia belum sempat memintanya dari paman Amir.

Gus Zidan sudah keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan kaos pendek dan bawahan sarung, wajahnya tampak segar sepertinya ia baru saja cuci muka, Gus Zidan memilih duduk di sofa.

Aza tidak berani lagi menatap Gus Zidan, suasana di kamar hotel itu berubah menjadi hening dan canggung. Aza dan Gus Zidan duduk di tempat masing-masing, sama-sama merasa tidak nyaman dengan situasi yang baru saja terjadi. Jam dinding menunjukkan waktu yang sudah sangat larut, namun rasa gelisah di hati Aza membuatnya sulit untuk merasa tenang.

Kemudian Gus Zidan menatap Aza yang duduk di tepi tempat tidur, masih dalam keadaan bingung dan cemas. Ini bukan malam pertama pernikahan seperti yang pernah dibayangkan oleh kebanyakan orang.

"Kamu mau duduk saja?" kata Gus Zidan, memecah keheningan. Suaranya terdengar tenang, meskipun dalam hatinya dia sendiri juga tidak tahu bagaimana harus bersikap.

Aza langsung menatap Gus Zidan dengan tegas, suaranya keluar tergesa, "Kita menikah tanpa sengaja, jadi tidak ada yang namanya malam pertama."

Wajahnya yang semula tegang kini memerah, entah karena malu atau takut. Dia berdiri canggung di dekat tempat tidur, sambil meremas ujung gaunnya. Matanya beralih ke pintu, seolah-olah berharap ada jalan keluar dari situasi yang baginya terasa seperti jebakan.

Gus Zidan menoleh, menyeringai tipis. "Tenang saja," jawabnya, nadanya setenang malam di luar jendela. "Aku juga tidak tertarik dengan anak kecil." Ia tersenyum simpul, seolah menikmati kecemasan yang terpancar jelas di wajah Aza, tapi senyumnya tak menunjukkan niat jahat.

"Aku masih punya pacar jadi jangan macam-macam." ucapnya kemudian seolah tengah berjaga.

"Memang siapa yang peduli." ucap Gus Zidan santai, ia juga tidak memiliki perasaan apapun jadi tidak akan berpengaruh baginya, "Kamu bisa istirahat di tempat tidur, aku akan tidur di sofa," tambah Gus Zidan, mencoba memberikan jarak untuk membuat Aza merasa lebih nyaman. Dia tidak ingin menambah beban perasaan gadis itu, terutama setelah apa yang mereka alami malam ini.

Aza berbalik perlahan, menatap Gus Zidan,

"memang itu yang harusnya terjadi," gumamnya pelan. Dia tahu Gus Zidan mencoba bersikap baik, tapi ini masih terlalu sulit baginya untuk diterima.

Gus Zidan yang sudah menghempaskan tubuhnya di sofa dan menyandarkan kepalanya ke belakang. Dia sendiri merasa terbebani oleh situasi ini. Menikah dalam kondisi seperti ini bukanlah hal yang ia bayangkan, apalagi dengan seorang gadis yang tidak ia kenal. Namun, di balik semua itu, tanggung jawab sebagai seorang suami kini ada di pundaknya.

"Kalau kamu butuh sesuatu, katakan saja," ujar Gus Zidan pelan, mencoba memberikan sedikit kenyamanan di tengah ketidakpastian yang mereka hadapi.

Aza pun merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Meskipun lelah, pikirannya yang penuh gejolak membuat matanya sulit terpejam. Ia menatap langit-langit kamar, sementara perasaan tidak menentu terus menghantui.

Malam itu terasa panjang bagi mereka berdua. Hening, penuh kegelisahan, dan sebuah awal yang jauh dari kata sempurna.

Sejenak, ruangan hotel yang luas itu terasa lebih sempit bagi Aza. Jantungnya masih berdegup kencang, pikirannya berputar tanpa arah. Apa yang sebenarnya baru saja terjadi dalam hidupnya? Bagaimana bisa ia yang beberapa jam lalu hanya ingin kabur dari pesantren, kini malah terjebak di dalam pernikahan dengan orang asing?

Aza memiringkan tubuhnya, menatap Gus Zidan yang kini tampak santai, seolah dunia di sekitarnya tidak ada. Namun, hatinya masih belum bisa tenang. Bagaimana mungkin dia bisa mempercayai pria ini, bahkan jika pria itu sudah berjanji untuk tidak menyentuhnya?

Dia memutuskan untuk tetap berjaga, meskipun rasa lelah mulai menyerang tubuhnya yang tegang sejak sore tadi. Setiap kali Gus Zidan mengubah posisi tidurnya di sofa, Aza menegakkan punggungnya, bersiap siaga. Rasa waswas terus menghantui pikirannya. Jika dia tertidur, siapa yang tahu apa yang akan terjadi?

Namun, waktu terus berlalu. Detik jam di dinding terasa lambat dan berirama seiring dengan detak jantung Aza yang mulai tenang. Gus Zidan tampaknya benar-benar tak peduli. Dia hanya berbaring di sofa, memejamkan mata, tak ada gerakan lain selain nafasnya yang teratur. Mungkin dia benar-benar tidak tertarik, pikir Aza, sedikit meragukan ketakutan awalnya.

Aza, tetap berjaga-jaga, namun matanya mulai terasa berat. Waktu telah membawa rasa kantuk yang tak bisa ia lawan. Setiap kali ia melirik ke arah Gus Zidan, pria itu masih terdiam, bahkan mungkin sudah tertidur pulas.

"Dia tidak akan berbuat apa-apa," gumamnya dalam hati, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Meski begitu, ia tetap menolak untuk benar-benar terlelap. Malam itu, dengan jantung yang perlahan-lahan kembali ke ritme normal, Aza melewatkan malam panjangnya dalam kecemasan, ketidakpastian, dan kelelahan yang bercampur menjadi satu.

Bersambung

Happy reading

1
maulana ya_manna
aku penasaran thor...
emak nya Farah siapa ya...🤔...
aku lupa🤦🏻‍♀️
maulana ya_manna
ini novel season 3... yang ku baca...
yang sebelm nya ku baca ber ulang²....
Tri Ani: terimakasih kak
total 1 replies
yuning
lanjut
fee2
tuh bener kan kyai irsyad yang dulu pengen jodohin gus zidan sama anaknya....
Sri Murtini
semoga dari rumah kyai Irsyad nggk.ada drama lg,soalnya pd pertemuan pertama dgn Gus Zidan ada pandangan ke kaguman
Sri Murtini
Alhamdulillah smg bisa istiqomah menuju Samawa
Rizal Angker
next
yuning
jujur itu lebih baik
yuning
Alhamdulillah
maulana ya_manna
terluka tp gak berdarah....😞😞😞
Tri Ani: setuju
total 1 replies
maulana ya_manna
terluka tp gak berdarah....😞😞😞
ir
nahh gitu kan lebih tenang Za
Tri Ani: kn jadi ademmm
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
akhirnya aza mau jujur juga ke Samuel...
Tri Ani: coba dari kemarin, 😁
total 1 replies
fee2
Samuel dapat hidayah... kukira samuel dulu non loh ternyata bukan....
Tri Ani: Islam tapi di KTP, tapi baru tahu kalau Islam ternyata
total 1 replies
maulana ya_manna
lanjut lagi thor....
hidayah lewat mz agus🤣🤣🤣🤣🤣🤣....
eh.... slah🤭.... mz Gus....😂😂😂
Tri Ani: siap kak
total 1 replies
Rizal Angker
next
Sri Murtini
banyak dukungan utkmu Ning Chusna jgn ragu, ayo siapkan barisan pendamping buat ning Chusna mulai.....1.2.3 .....
100 dst siapa ikut😂😂😂😂
Tri Ani: wahhh suporter janda nih
total 1 replies
Sri Murtini
Aamiin ya Rabbal alamin
maulana ya_manna
ikutan nyesek thor.... 😢😢😢😢🤧..
hanya krn anak pun jadi mslh tambah serem....
ke egoisan yang berbalut poligami dan berselimut dalil...🤦🏻‍♀️... ending nya Cusna terluka parah.....
maulana ya_manna
ikutan nyesek thor.... 😢😢😢😢🤧..
hanya krn anak pun jadi mslh tambah serem....
ke egoisan yang berbalut poligami dan berselimut dalil...🤦🏻‍♀️... ending nya Cusna terluka parah.....
Tri Ani: heeh, bener banget. ikut nyesek
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!