Aku adalah Dara, aku pernah menjalin hubungan dengan Bastian semasa sekolah, tapi karena tidak direstui, akhirnya hubungan kami kandas.
Akhirnya aku menikah dengan seseorang laki-laki lain, Lima tahun kemudian aku bertemu dengan Bastian kembali, yang ternyata sudah menikah juga.
Pernikahanku yang mengalami KDRT dan tidak bahagia, membuatku dan Bastian menjalin hubungan terlarang setelah Lima Tahun.
Salahkah, aku Mendua ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Tiga
Fanny merasa tubuhnya lemah, dia memilih duduk di tepi ranjang sebelum merosot ke lantai. Tanpa bisa di cegah air mata jatuh membasahi pipinya. Dia tahu dan sadar jika tak ada cinta di hati pria itu untuk dirinya, tapi dia tetap juga merasa terkejut mendengar kata pisah terucap dari bibir suaminya.
Selama pernikahan mereka, belum pernah Fanny merasakan kebahagiaan seperti yang orang katakan saat menjadi pengantin baru.
"Bagaimana kalau kita ajukan pembatalan pernikahan? Bukankah kita juga belum pernah berhubungan badan!" seru Bastian lagi.
Mendengar ucapan Bastian, dada Fanny makin terasa sesak. Ini memang kenyataannya, tapi untuk meyakinkan dirinya begitu sulit. Wanita itu seperti menolak jika pernikahan mereka hanya sebatas buku saja.
Jantungnya terasa di tusuk belati mendengar pernyataan pria itu. Dia ingin membantah, tapi tak mungkin karena itu adalah kenyataannya.
"Jika kita membatalkan pernikahan ini, kamu bisa bebas mencari kebahagiaanmu, begitu juga denganku. Kita tak harus saling menyakiti lagi," ucap Bastian lagi.
"Aku tak bisa. Apakah tak ada kesempatan bagiku untuk membuatmu mencintaiku? Apa kurangnya aku dari wanita yang kamu cintai itu? Aku sudah berusaha menjadi istri yang baik, tanpa menuntut apa pun darimu. Kenapa kamu tak bisa mencintaiku?" tanya Fanny dengan suara parau karena menahan tangis.
"Cinta itu tak bisa dipaksakan, Fanny. Cinta itu datang dari hati. Sampai kapan pun tak akan ada tempat untukmu di hati ini karena dia telah terisi oleh orang lain," ucap Bastian.
Fanny menarik napas dalam. Dadanya terasa sesak mendengar ucapan Bastian. Walaupun itu kenyataan yang harus dia terima, tapi tetap saja sakit mendengarnya langsung dari bibir sang suami.
"Aku mencintaimu sebesar langit, tapi sayangnya kamu tidak pernah melihatnya. Setiap detik, hatiku mencintaimu lebih dalam, namun aku tetap sepenuhnya sendirian. Aku berharap kamu tahu betapa aku mencintaimu, namun kamu sama sekali tidak peka," ucap Fanny dengan suara bergetar.
Fanny tak malu lagi merendahkan dirinya dihadapan Bastian asal pria itu tak meninggalkan dirinya. Yang terpenting dia tetap menjadi istri pria itu.
"Jadi apa maumu? Aku sudah berkata jujur, jika aku tak mencintaimu," ujar Bastian.
"Beri aku waktu tiga bulan lagi. Jika aku memang merasa tak ada harapan untuk rumah tangga kita, aku mau mengakhiri semuanya," ucap Fanny.
"Kenapa tak sekarang aja kita akhiri? Kenapa kamu suka menyakiti diri sendiri? Bukan aku yang ingin menyakitimu, tapi kamu sendiri yang melukai dirimu sendiri. Lebih baik kita pisah. Kamu bisa mencari pria lain yang mencintaimu!" seru Bastian.
"Aku memang bisa mencari pria lain, tapi aku tak akan bisa mencintainya sebesar aku mencintaimu!" balas Fanny.
"Terserah apa maumu. Asal jangan nanti kamu menyalahkan aku atas luka yang kamu buat sendiri. Aku sudah berulang kali katakan padamu, jika aku tak pernah mencintaimu!" tegas Bastian.
Hati siapa yang tak akan terluka mendengar suami mengatakan jika dia tak pernah mencintainya. Bagitu juga yang Fanny rasakan. Dia merasa di tusuk dengan belati.
Membunuh wanita itu sangatlah mudah Tuan, cukup kau katakan jika kau mencintai wanita lain, maka runtuh lah dunianya. Tak perlu raga yang kau sakiti, karena wanita tidak selemah itu, cukup kau lukai dengan ucapanmu, maka kau akan lihat dia menangis pilu.
Jangan percaya terlalu banyak, jangan terlalu mencintai banyak, jangan berharap terlalu banyak, sebab terlalu banyak akan melukai begitu banyak pula. Jangan salahkan mereka yang mengecewakanmu, pada kenyataannya kamulah yang menempatkan diri untuk dikecewakan. Jangan terlalu berharap. Ketika hati terlalu berharap kepada manusia maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangi mu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya.
Bastian yang awalnya ingin beristirahat mengurungkan niatnya. Dia lalu masuk ke kamar mandi. Setelah berpakaian rapi, barulah dia keluar. Begitulah yang selalu dia lakukan. Seperti bukan pasangan suami istri. Pria itu tak pernah memakai bajunya dihadapan sang istri.
"Mau kemana kamu, Tian? Baru saja pulang sudah pergi lagi," ucap Fanny.
"Mau kemana aku, bukan urusanmu, Fanny. Mulai hari ini aku tak akan mengurus dan ingin tau apa pun yang kau lakukan, begitu juga sebaliknya. Kamu juga tak perlu tau apa yang aku lakukan. Anggap saja di antara kita tak ada hubungan!" seru Bastian.
"Kamu tak bisa berkata begitu, Tian. Suka tak suka aku ini adalah istrimu. Aku sah di hadapan negara dan agama!" seru Fanny penuh penekanan.
"Kalau begitu kita putuskan saja hubungan ini. Dari awal sudah tak sehat. Buat apa kamu bertahan jika akan membuat lukamu makin dalam," balas Bastian dengan suara yang sesantai mungkin.
Jika Bastian mengatakan itu dengan santai, berbeda dengan Fanny. Dia merasa sangat sakit hati.
"Aku tak akan mau berpisah denganmu, Tian. Jika aku tak bisa mendapatkan cintamu, wanita lain juga tak boleh mendapatkan dirimu. Bagaimana pun aku lebih unggul karena akulah istri sah mu," gumam Fanny dalam hatinya.
"Pergilah, kemana kamu mau pergi. Tapi ingat, tempatmu pulang tetap denganku. Aku tak akan menyerah. Pernikahan kita baru seumur jagung, masih banyak yang harus kita lalui. Anggap saja saat ini masih masa penyesuaian!" seru Fanny.
Bastian tertawa sumbang mendengar ucapan istrinya. Ternyata wanita itu jauh keras kepala dari yang dia pikirkan. Dia lalu melangkah meninggalkan kamar. Fanny hanya bisa menatap punggung pria itu hingga hilang dari pandangan.
"Aku akan cari tau kehidupan rumah tangga Dara. Apakah dia masih dengan suaminya. Selagi dia belum berpisah, itu bukan ancaman bagiku," ucap Fanny dengan lirih.
Dia lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Fanny ingin pergi ke rumah Dara untuk mencari tahu kehidupan rumah tangganya.
sukses selalu mama reni😍😍😍😍😍
aduh maaf Mak Lom smpt ke cono sibuk..mm🙏🙏🙏ntr saya kejar bap deh mak