Sakit hati sang kekasih terlibat Cinlok (Cinta Lokasi) hingga berakhir di atas ranjang bersama lawan mainnya, Ameera bertekad menuntut balas dengan cara yang tak biasa.
Tidak mau kalah saing lantaran selingkuhan kekasihnya masih muda, Ameera mencari pria yang jauh lebih muda dan bersedia dibayar untuk menjadi kekasihnya, Cakra Darmawangsa.
Cakra yang memang sedang butuh uang dan terjebak dalam kerasnya kehidupan ibu kota tanpa pikir panjang menerima tawaran Ameera. Sama sekali dia tidak menduga jika kontrak yang dia tanda tangani adalah awal dari segala masalah dalam hidup yang sesungguhnya.
*****
"Satu juta seminggu, layanan sleep call plus panggilan sayang tambah 500 ribu ... gimana?" Cakra Darmawangsa
"Satu Milyar, jadilah kekasihku dalam waktu tiga bulan." - Ameera Hatma
(Follow ig : desh_puspita)
------
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara dll)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13 - Mimpi Buruk
"Jaga bicaramu!!"
Belum selesai Julio bicara, telapak tangan Ameera mendarat tepat di wajahnya. Sakit, panas dan malu jelas saja Julio rasakan saat ini. Bagaimana tidak, tak jauh dari mereka dua penjaga rumah itu memantau nona mudanya.
"Kamu sampai hati menamparku hanya demi dia?"
"Oh tentu, aku sangat mencintainya dan ucapanmu membuatku marah."
"Men_"
"Jika kamu berpikir Cakra adalah beban, lalu kamu apa? Coba ingat Julio, namamu dikenal sejak kita menjalin hubungan dua tahun lalu ... satu lagi, sewaktu bayaranmu belum seberapa, bahkan potong rambut saja menggunakan uangku, lupa?"
Ameera bersedekap dada, wanita itu tersenyum sinis dengan mata tajam yang tengah merendahkan Julio serendah-rendahnya. Jika ditanya apa alasan Ameera sampai berani bersikap santai bahkan menyakiti Julio, jelas jawabannya adalah Cakra.
Dia tidak terima, sekalipun hal itu bisa dibilang fakta, tapi hati Ameera benar-benar tidak rela Cakra dianggap rendah. Bukan hanya Julio saja sebenarnya, sebelum ini Ricko yang merupakan bodyguard sekaligus supir pribadinya juga sudah kena getahnya.
Bahkan, Ameera memintanya pulang ke Bandung akibat terlalu banyak bicara tentang Cakra sejak awal pertemuan. Padahal, ucapan Ricko masih masuk kategori normal, jelas ketika menghadapi Julio marahnya lebih gila.
"Hahah tapi mana mungkin ingat, aku lupa bahwa kamu sejenis kacang lupa kulit." Setelah sempat membuat Julio terdiam, dia kembali melontarkan pernyataan sarkas yang begitu menusuk relung jiwanya hingga dada pria itu seolah akan meledak.
"Ah iya, semoga mampu bertahan di posisimu ya, jika Cakra mau ... hanya dengan menjadi figuran tanpa dialog saja bisa menggeser popularitasmu, Julio. Jadi sebelum merendahkan pacarku ada baiknya dipikir dulu."
Ameera menyerang Julio secara bertubi. Tidak hanya sebatas mendaratkan tamparan, tapi dia juga melempar serangan beruntut yang membuat Julio mendadak bungkam.
Tanpa kata dan memang sudah enggan bicara, Ameera berlalu meninggalkan Julio yang masih terus memanggilnya. Belum sempat Julio berlari mengejar Ameera, dengan cepat penjaga menutup pintu gerbang hingga membuat pria itu kembali berontak demi mendapat perhatian Ameera.
Sayang, hati Ameera telanjur mati untuk Julio. Terserah mau apa, yang jelas Ameera tidak akan tersentuh sekalipun Julio menggila seperti sebelumnya.
"Meera tunggu, Sayang!! Maafkan aku, Ra!!"
"Baik, jika memang ini maumu aku pastikan kamu akan menyesal, Ameera!!
Setelah sempat memohon dengan sejuta kalimat manis, kini Julio melayangkan ancaman dengan suara tegasnya. Sempat berhenti beberapa langkah, Ameera tersenyum tipis kemudian mengedikkan bahu seolah tak peduli sedikit pun.
Terlalu banyak yang harus dia selesaikan, dan Ameera hanya ingin merasakan ketenangan. Salah-satu caranya ialah melepas Julio dan membalaskan semua dendam agar tidak terlalu sakit, dia sudah berada di titik itu dan keberhasilannya untuk berdamai dengan luka adalah Cakra.
Ya, Cakra Darmawangsa. Mengingat namanya saja membuat Ameera tersenyum simpul, dia sampai bersandar di pintu kala pertama kali masuk kamarnya. Seolah lupa tentang Julio, wanita itu sontak meraih ponsel dan menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur demi menunggu sebuah kabar dari Cakra.
Satu menit, dua menit dan kini beberapa menit terlewati Cakra belum juga menghubunginya. Pasca kejadian kemarin, Ameera memiliki kekhawatiran berlebih hingga dia tidak bisa sesabar itu untuk menanti.
"Apa aku telepon saj_"
~ Cakra Is Calling ~
Belum selesai Ameera bicara, beruntung saja belum dia hubungi. Setepat itu waktu mempertemukan, Cakra menghubunginya via panggilan video. "Tahan, Ameera, jangan diangkat dulu."
Walau dia juga begitu menanti, jelas saja gengsinya masih tinggi. Beberapa waktu Ameera menunggu barulah dia menggeser ikon hijau tersebut. Sengaja dia pindah ke meja rias demi bisa terlihat tidak sedang begitu menunggu.
"Hai, Sayang ... kok lama? Lagi sibuk ya?"
"Tidak juga, baru kelar bersihin make-up."
Baru kelar katanya? Cakra tersenyum simpul melihatnya. Jelas-jelas baru mulai, bibirnya saja masih terlihat merona. Sungguh pandai sekali berbohong sampai terlampau kentara begini.
"Kamu baru sampe?" tanya Ameera belum juga sadar jika Cakra tengah menertawakan dirinya.
"Iya, ini mau mandi, setelah itu tidur ... kata pacarku tidak boleh begadang tadi." Cakra mengedipkan mata sebelum kemudian tergelak hingga Ameera seketika memerah.
"Makan dulu, terus obatnya jangan lupa," tambah Ameera lagi, dia masih bisa bicara walau sebenarnya sempat salah tingkah.
"Masih kenyang, kamu lupa aku makannya satu setengah porsi tadi?"
Ameera terbahak, demi apapun dia tidak bisa menahan tawa kali ini. Seumur hidup, Cakra adalah pria asing pertama yang rela menghabiskan makanannya seperti sang papa. Bukan karena Ameera sengaja, tapi memang porsi makanan di warteg yang Cakra pilih tadi sore terlalu banyak hingga dia hanya bisa menghabiskan setengahnya.
Cukup lama Cakra pandangi, Ameera yang tertawa bahkan sampai menitikkan air mata terlalu menggemaskan di mata Cakra. Hingga, pria itu sampai menunda acara mandinya demi bisa bicara lebih lama.
"Cak, kapan kamu mandinya?"
"Nanti saja, masih kangen."
Seenteng itu Cakra bicara, sementara Ameera susah payah menahan diri agar tidak terlalu kentara. Agaknya, bakat Cakra sebagai kekasih bayaran memang sudah mengalir dalam dirinya.
"Sudah malam, aku juga mau mandi, Cakra."
"Oh iya? Kalau begitu mandi sama-sama saja gimana?"
Mata Ameera seketika membulat sempurna. "Heh?!"
"Maksudnya kamu mandi, aku juga mandi ... hpnya jangan dimatiin."
Jawaban Cakra semakin membuat Ameera menerka-nerka. Matanya mengerjap pelan dan mulai bingung hendak bicara apa. "Cak, di perjanjian tidak ada yang begituan ya? Kamu mau ngapain mandi sambil vc hah?!"
Seketika Cakra tertawa sumbang, pikiran Ameera terlalu jauh. Padahal, berpikir untuk meminta Ameera mengirimkan foto macam-macam juga tidak, mana mungkin dia berani sampai bertindak sejauh itu. "Hpnya ditinggal, kitanya mandi ... nanti lanjut lagi. Kamu pasti mikir macam-macam ya? Aku masih polos,Tante, jangan messum ih."
"CAKRA!!"
.
.
Terlalu bahagia memang tidak begitu baik. Setelah tadi malam menghabiskan malam bersama Ameera via telepon, pagi ini Cakra dibuat bingung dengan kehadiran beberapa pria dengan seragam yang kerap dia hindari di jalanan.
Sama sekali tidak pernah Cakra impikan, di usia semuda ini dia akan diringkus aparat kepolisian atas dugaan penyalahgunaan narkoba. Cakra yang tidak merasa bersalah jelas saja berontak, dia berusaha membela diri karena memang bukan salahnya.
Sayangnya, tidak peduli sekuat apapun Cakra berontak, pria itu berakhir bungkam ketika barang bukti ditemukan di bawah tempat tidurnya. "Demi Tuhan, benda itu bukan milikku!!"
Semua terjadi begitu cepat, Cakra berharap jika dia belum terbangun dari mimpi, tapi sayang semua terlampau nyata untuk dikatakan mimpi belaka. Tetangga kostnya menyaksikan Cakra diringkus, mereka tampak bingung dan bertanya satu sama lain.
"Nggak nyangka, lo sejauh ini, Cak?" Kekecewaan begitu nyata di mata Alan kala Cakra melewati pria itu.
"Nggak, Lan!! Gue nggak salah!!" Cakra masih membela diri di hadapan teman-temannya, sayang tidak ada waktu banyak untuk bicara panjang lebar pada mereka.
.
.
- To Be Continued -
mulai baca kisahnya ibra & Kanaya sampai anak cucunya suka banget,
alur & konfliknya gc berlebihan
mengalir lancar serasa liat versi filmnya😍
semangat terus buat kk desy💪
ditunggu terus karya karya hebatnya yg lain 🥰🥰🥰
bukannya ponselnya masih belum kembali? /Doubt/