Pada jaman kuno ada makhluk yang sangat taat kepada sang penguasa langit. Orang yang di angkat ke langit dan tinggal di bersama Sang Dewa. Ketaatannya sangat dalam hingga merasuk kedalam jiwa, hingga sebuah Dom tercipta yang menjadi sumber kekuatan jiwa baginya. Dengan adanya kekuatan Dom di dalam dirinya, Makhluk itu pun merasa setara dengan makhluk langit lainnya dan mulai melawan kekuasaan langit. Sang Dewa pun marah dan mengusir makhluk itu dari surga ke sebuah Dunia bernama Gaia. Sebuah dunia yang tidak memiliki sihir, hanya ada kekuatan jiwa (Dom) yang di berikan oleh Sang Dewa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23 - Penjajah lainnya
Di reruntuhan kuno. Dion pun memutuskan untuk keluar dari sana.
"Apa ibu baik-baik saja.? Sudah 5 setengah tahun aku pergi tanpa memberikan kabar apapun padanya."
Dan tak berlangsung lama, Ia pun sampai di titik pertama ia masuk kedalam sumur. Dan melihat lubang itu dari bawah.
"Sinar matahari, aku datang padamu." kata Dion. Dan tubuhnya pun terbang ke lubang itu dengan sangat cepat.
Lalu, sinar matahari pun menyinari wajahnya. "Waah" wajahnya pun di tutupi dengan tangannya.
Ia pun mendarat di atas tanah. "Tempat ini masih sama seperti waktu itu, tidak ada perubahan sama sekali."
"Sebaiknya aku melihat desa Majaren sekarang." Swosh. Ia pun langsung terbang menuju desa Majaren.
Dan di atas udara ia melihat dari kejauhan, ada segerombolan orang yang sangat sibuk di tempat itu. Dion pun berhenti di udara dan mengamati mereka dengan mata tembus pandangnya. Ia bisa melihat sesuatu yang sangat jauh dengan jelas.
"Itu, bukankah itu sebuah desa lainnya.?" lalu ia memperhatikan sekitarnya juga. Dan ia melihat beberapa orang yang tergeletak disana.
"Apa yang sudah terjadi disana." kata Dion. Lalu, ia memutuskan untuk memeriksanya secara langsung.
WOOSSSH.
Dion terbang dengan kecepatan tinggi, dan tidak berlangsung lama, ia pun mendarat disana. Sebuah desa yang sangat terbengkalai. Bahkan ia sangat terkejut melihat keadaan penduduk disana.
"Apa yang sudah terjadi disini.?" kata Dion dengan tercengang.
"Hiks, hiks. Ampuni kami Tuan, ampuni kami." kata salah warga desa disana. bahkan tubuhnya terlihat seperti tinggal tulang dan kulit saja.
Deg. Dion pun sangat tercengang melihatnya. Bahkan ia melihat seorang ibu-ibu yang sudah tergeletak sambil menyusui bayinya. Namun keduanya sudah meninggal disana.
Hati Dion benar-benar sangat kacau melihat pemandangan seperti itu. Bahkan ia sampai menelan ludah berkali-kali.
"Ampun Tuan, ampun. Hiks." kata orang itu.
Seorang perempuan paruh Bayah, mungkin umurnya sekitar 65 tahun yang tergeletak sambil menangis disana. Dion pun langsung ingat dengan Nenek Yui.
"Nenek, apa yang sudah terjadi di sini ?" tanya Dion sambil membangunkan badanya
"Ampuni kami Tuan. Kami tidak bersalah, ampuni kami Hiks." sahut Nenek itu.
Dion pun benar-benar sangat terpukul melihatnya. Keadaan desa itu benar-benar sangat mengenaskan. Tanpa ia sadari, ia pun meneteskan airmatanya.
"Tidak apa-apa Nek. Aku tidak akan menyakitimu. Bisakah Anda memberitahu ku, ada apa dengan desa ini.?" tanya Dion dengan lembut.
"Mereka merampas semua milik kita, bahkan sumber air kehidupan di rampas oleh mereka. Kami tidak di berikan makan dan minum, bahkan kami tidak diperbolehkan untuk mencari makanan. Hiks, mereka sangat kejam, kejam sekali." kata Nenek itu sambil terbata-bata.
Dion pun mengeluarkan beberapa makanan dan minuman dari udara.
"Ambil ini nek, Nenek bisa memakan ini sepuasnya, dan minumlah secara perlahan." kata Dion sambil meminumkan air kepada Nenek itu.
Dengan cepat, Nenek itu pun langsung merebut botol yang di pegang Dion dan langsung meminumnya. Dion hanya terdiam saja melihatnya.
"Bajingan mana yang bertindak sekejam ini. Siapa mereka.?"
"Terimakasih anak muda terimakasih." kata Nenek itu.
Lalu, beberapa orang pun menghampirinya dengan cepat, ada yang berjalan sempoyongan, dan ada juga yang merangkak.
"Tuan, Tuan, berikan sedikit makanan untuk kami."
"Tuan, mohon ampuni kami, berikan sedikit makanan Anda."
Dion pun langsung mengeluarkan semua makanan dan minuman yang ia miliki dari udara.
"Tenanglah, aku akan memberikan semua yang aku miliki. Jangan berebut, masih ada banyak makanan disini." kata Dion sambil memberikan satu persatu makanan dan minuman kepada mereka.
"Terimakasih Tuan, terimakasih. Hiks.hiks."
Dion pun berdiri dan berjalan kearah ibu-ibu yang sudah tergeletak sambil menyusui bayinya. Lalu, ia membuka kain yang menutup bayi itu, ia pun melihat keduanya sudah meninggal. "Ha "
Dion benar-benar sangat terpukul melihatnya.
"Chik, ini tidak bisa di biarkan." Dion pun berdiri dan memberikan hormat kepada mayat itu.
"Sampai matipun, dia berusaha menyelamatkan bayinya, tapi takdir berkata lain. Semoga kau bahagia bersama anakmu di alam sana. Ibu, aku jadi mengingatmu."
Lalu, Dion pun melihat warga desa yang masih hidup disana. Dia pun membelah udara dan membuat sebuah dimensi. Tiba-tiba, air pun keluar dari sana dengan perlahan.
"Kalian bisa membersihkan diri dengan air ini, dan kalian juga bisa gunakan untuk bertahan hidup." kata Dion.
"Ini adalah air dari sungai yang berada di reruntuhan kuno. Aku jadi mengerti fungsi dari membuat sebuah dimensi, ini seperti kekuatan teleportasi."
Semua orang yang ada disana pun langsung terkejut melihat air yang mengalir dari udara.
"Dia, dia adalah Dewa." kata salah satu orang disana.
Mereka semua pun langsung bersujud di depan Dion, sambil berkata "Wahai Sang Dewa, terimakasih. Wahai Sang Dewa terimakasih."
"Tidak Tuan-tuan. Aku bukan Dewa, aku hanya Manusia biasa yang kebetulan memiliki kekuatan Dom lebih tinggi." kata Dion sambil mengangkat salah orang disana.
"Ah, Anda. Terimakasih Tuan." kata salah satu orang disana dengan tercengang.
Tiba-tiba ada 3 orang datang kesana.
"Ada apa ini. Ramai sekali kalian. Apa kalian ingin di bunuh.?" teriak salah satu prajurit kerajaan Riu sambil membawa pedang.
Lalu, mereka pun sangat terkejut melihat air yang keluar dari udara. "Apa itu.?" dan ia melihat Dion dengan tatapan yang sangat tajam. Dan tiba-tiba tubuh Dion menghilang.
Lalu tiba-tiba berada di depannya.
"Aargh" "Uukh" Kedua orang yang berada di sampingnya pun terbunuh dalam sekejap mata.
"Heeee.?" prajurit itu pun benar-benar sangat terkejut melihat temannya tiba-tiba terbunuh begitu saja.
Lalu. BRUOOK. Dion pun membanting kepala prajurit itu kebawah tanah. "Uhaarrrgh." Kepalanya pun langsung pecah, dan tidak berlangsung lama, orang itu pun meninggal di tempat.
"Tidak perlu berkata-kata. Aku sudah sangat mengenali seragam militer ini. Mana bisa aku melupakan orang yang sudah membuat Clan Siga sangat menderita, dan sekarang kalian menjajah orang-orang tak bersalah. Kekaisaran Riu, Setelah ini akan ku hancurkan kalian semua." kata Dion dengan penuh Emosi.
Semua orang yang melihatnya pun hanya terdiam dengan tercengang melihat Dion membunuh 3 prajurit dalam sekejap mata saja.
Dion pun berdiri dan menghadap ke kerumunan warga.
"Mohon petunjuknya, dimana tempat mereka saat ini.?" tanya Dion.
Dan tidak ada seorang yang berani menjawabnya. Lalu, seseorang pun menunjuk jarinya kearah belakang Dion.
Dion pun langsung paham dengan maksudnya, dan memberikan hormat dengan menggenggam kedua tangannya.
"Terimakasih Tuan." kata Dion
Tidak berlangsung lama, ia pun terbang ke arah yang di tunjuk oleh orang itu.
...
Di tempat pertambangan.
Terlihat sebuah camp militer yang yang cukup besar disana. Dan beberapa kereta kuda membawa bahan baku dari hasil tambang.
Dion pun berhenti di depan gerbang Camp mereka. Lalu ia berjalan secara perlahan kedalam Camp itu.
"Siapa disana.?" teriak penjaga gerbang Camp.
Lalu, Slassh. Kepalanya pun langsung terpenggal dengan sendirinya. Dan prajurit lainnya yang melihat itu pun langsung panik dan ingin membunyikan lonceng.
Tiba-tiba "Aaargh" Dion pun menusuk jantungnya dari belakang
"Tidak perlu membunyikan loncengnya. Aku akan membunuh kalian semua disini dengan senyap." kata Dion.
Lalu, ia pun memperhatikan tempat itu dengan seksama, dan menghitung jumlah prajurit yang sedang bekerja disana.
"Jumlah yang cukup banyak. Sekitar 2rb orang, dan seorang perwira."
Dengan senyap, Dion pun membunuh mereka semua tanpa berbunyi sedikit pun. Bahkan semua orang hanya melihat rekan-rekannya terjatuh dan meninggal dengan sendirinya.
"Apa yang sudah terjadi.?" lalu ia melihat Siluet Dion dan tiba-tiba berada di depan.
"Ha ? Penyu..... Bruk. Tubuhnya pun langsung tergeletak.
...
Didalam camp komando. Disana terdapat seorang komandan dan Panglima Besar Kekaisaran Riu. Gildan, sedang membaca laporan di mejanya.
lalu, suara bising dari suara orang-orang yang biasanya ia dengarkan, tiba-tiba menghilang begitu saja, dan ia mendengar suara orang-orang yang terjatuh satu persatu.
Bruk Bruk Bruk Bruk.
"Apa yang sedang terjadi di luar.?" tanya Gildan.
"Aku akan memeriksanya Panglima." kata komandan itu sambil keluar tenda.
Dan begitu terkejutnya ia, melihat semua prajurit disana sudah terbunuh semuanya. Bahkan matanya tidak bisa berkedip. Lalu, "Arrgh" ia pun langsung terkena tusukan di dadanya. "Bajingan." Bruk.
"Hanya tersisa satu orang saja."
Didalam tenda itu, Gildan merasa sangat gelisah, karena tidak ada satu suara pun yang terdengar. lalu, ia pun bergegas keluar dari sana.
"Tidak perlu buru-buru." kata Dion yang sudah duduk didalam sana.
"Ha ? Siapa.?" sahut Gildan sambil menoleh kebelakang, dan ia melihat Dion sudah duduk di kursinya sambil membaca beberapa dokumen.
"Hm, bahan baku untuk membuat sebuah senjata ya. Apa kalian sedang berperang sekarang.?" kata Dion dengan tatapan tajam.
"Dia bukan orang sembarang, bagaimana bisa aku tidak merasakan kehadirannya." kata Gildan dalam hati
"Tidak perlu memasang wajah seperti itu. Apa kau pemimpin di tempat ini ?" tanya Dion sambil berdiri.
"Beraninya kau berkata seperti itu." sahut Gildan.
Tiba-tiba Dion berada di belakang Gildan. "Ha ?" Gildan pun sangat terkejut
"Aku hanya bertanya sesuatu padamu. Kau tidak perlu takut ada orang yang mendengarkan kita."
Gildan pun hanya terpatung disana sampai keringatanya keluar dari kepalanya
...