Dominic seorang pemimpin pasukan bayaran yang dijuluki 'Pasukan Penjagal' terpaksa harus mencari keberadaan seorang puteri kerajaan yang hilang. Awalnya Dominic dan pasukannya menyerah karena tidak berhasil menemukan puteri tersebut. Tapi di tengah petualangannya tanpa sengaja ia menemukan sesuatu diluar dugaannya.
Apakah yang terjadi?
Mampukan Dominic menemukan puteri yang hilang dan apa yang akan terjadi selanjutnya di perjalanan Dominic?
Yuk simak kisahnya....
Warning! Cuma buat yang Dewasa aja yah...yang masih bocil mending Skip ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Mengenal Luvi si rambut merah
“Luppy?” ucapnya dengan alis menaut.
Gadis itu tidur dengan mantel yang menutupi tubuhnya.
“T-tuan Dom?”
Dominic terus saja memandangi gadis itu dengan heran.
“Aduuh, Tuan kenapa menusukku?!” ucap Luvi sambil mengusap pinggangnya yang terkena tusukan pedang Dominic, kemudian gadis itu bangkit dari berbaringnya.
“Kenapa kau tidur disini?!” tanya Dominic keheranan.
“Apa ada tempat lagi di dalam sana tuan?. Semua penuh dengan pria berbadan besar, aku kehabisan tempat untuk tidur” ujar Luvi.
“Ya, memang sepertinya kita membawa orang terlalu banyak. Kau boleh tidur di tempatku” ujar Dominic sambil menyarungkan kembali pedangnya.
“Ditempat anda? lalu anda tidur dimana?” Luvi bangkit berdiri sambil mengenakan mantel coklatnya.
“Aku tidak bisa tidur” ucap Dominic kemudian melangkah perlahan kembali ke pinggiran bibir kapal. Ia kembali menatap lautan lepas di depannya yang terhalang kegelapan.
Luvi mengekor Dominic untuk berdiri memandangi laut lepas yang saat itu berwarna hitam, tapi ia sedikit cangung berdekatan dengan Dominic yang kemarin sangat ketus dan galak padanya.
Luvi menguap membuat Dominic menoleh kearahnya.
“Hey, kau tidak tidur?, aku sudah katakan tidurlah ditempatku” ulang pria itu.
“Maaf Tuan, tapi jika aku sudah terbangun dari tidur sulit untuku memulai tidur kembali”
“Yah, terserah padamu saja”
Mereka diam sesaat.
“Tuan, menurutmu berapa hari perkiraan kita akan sampai ke benua Golden dan sampai ke kastil Obin?” tanya Luvi memecah keheningan.
“Horg bilang perjalanan bisa memakan waktu lima sampai tujuh hari tergantung kondisi laut” ucap Dominic tanpa menoleh kearah Luvi.
“Aku rasa bisa lebih cepat dari itu. Apa anda tahu, ada angin yang berhembus ke arah timur setiap pertengahan bulan, dan ketika itu akan ada badai kecil yang mengiringi, jika kita bersiap menghadapi badai itu dan terbawa arusnya dengan selamat, maka kita akan sampai kurang dari lima hari” penjelasan Luvi tanpa sadar membuat Dominic memandangnya dengan tercengang.
“K-kau, darimana kau tahu semua itu? Aku telah mempelajari itu beberapa tahun yang lalu, tapi aku tidak pernah percaya dan tidak perduli dengan hal itu”
“Berarti buku yang kita pelajari mungkin saja sama tuan Dom” tukas Luvi.
“Apa yang kau tahu tentang laut Iblis di sebelah benua Selatan?” tanya Dominic, entah ingin tahu atau hanya menguji Luvi.
“Itu hanya sebutan untuk wilayah laut di sebelah selatan dengan ombak besar dan badai dahsyat yang sering terjadi, karenanya tidak ada orang yang berani melintasinya, disebrangnya ada kerajan yang katanya berdarah campuran”
“Hal itu juga pernah kudengar. Apa kau menghafalnya?” tanya Dominic lagi.
“Tidak tuan, aku mencernanya, bukan menghafalnya”
Dominic mulai merasa ada sesuatu yang istimewa dari Luvi selain rambut merah dan kecantikannya.
“Dari mana kau belajar semua itu?”
“Aku suka membaca banyak buku dan bertanya pada banyak orang” jawab Luvi jujur.
“Lalu, darimana asalmu?” tanya Dominic lagi.
“Aku, um… aku dari desa”
Mereka dia sesaat,
“Hey, kenapa kulihat kau selalu membawa buah Bit? Apa kau sangat menyukai buah itu atau memang kau harus selalu memakannya?” selidik Dominic.
“Eng, aku memang menyukainya Tuan. Kalau kau mau coba aku akan ambilkan untukmu”
“Tidak-tidak. Aku tidak pernah suka buah itu” tolak pria itu.
Dominic tanpa sadar memandangi wajah Luvi dengan intens, seolah ada sesuatu yang indah di wajah gadis itu, kenapa kemarin ia tak pernah memperhatikannya.
“Kau lumayan cantik kalau dilihat dari dekat” wajah Dominic terus memandangi wajah Luvi, hingga gadis itu sempat terperanjat, seketika kaku tak bergeming, lensa matanya yang biru membesar, degup jantungnya tiba-tiba tak beraturan, kini ia salah tingkah, wajahnya memerah menahan malu.
“Eeh … “ Luvi tidak mengira akan mendapat pujian dari pria seperti Dominic. ‘Apa dia hanya memuji untuk membuatku senang?.
“T-tuan jangan bercanda, tidak ada yang mengatakan aku cantik selain ayahku ketika aku kecil, juga seorang tukang daging langganan Bibiku, dia pernah mengatakan aku anak yang manis” Luvi berusaha menenangkan situasi hati dan tubuhnya.
Ucapan Luvi membuat Dominic tertawa hingga terlihat taringnya yang putih.
Yah, kau memang sedikit manis, juga menggemaskan, itulah yang terlintas sesaat dalam benak Dominic.
“Hey, sepertinya kau memang pantas jadi adikku, apa kau siap menjadi adikku nanti?” ujar Dominic yang seakan mulai menyukai pribadi Luvi.
“Adik ya?, ya aku rasa aku siap, kak” balas Luvi dengan senyumannya yang membuat Dominic menatapnya terus.
‘Sial, kenapa aku menjadi bergairah melihat bibir mungil gadis ini’ batin Dominic seolah ingin menepis hasrat tersebut.
Sadar akan pandangannya yang terlalu lama memperhatikan wajah dan bibir indah Luvi, Dominic menunduk kemudian kembali melihat lautan di depannya.
“Sebaiknya kau tidur di tempatku, besok pagi kau harus bagun untuk melayani kami, sebelum kau menjadi adikku di kastil nanti, kau masih pelayan kan?” ujar Dominic yang mengalihkan pandangannya dari wajah manis Luvi dan bibir indahnya.
“Baik Tuan, aku permisi”
Akhirnya Luvi beranjak dari hadapan pria itu.
Saat pertengahan malam, Dominic teringat kata-kata Luvi tentang badai yang akan mereka hadapi.
Dominic melangkah menyusuri kabin kapal untuk masuk kedalam ruangan kamarnya. Dia mencari sesuatu dalam tas bawaannya. Disana masih ada Luvi yang tengah terlelap tidur di ranjang yang seharusnya tempat pria itu tidur, Luvi tertutup setengah dengan mantel coklat yang ia gunakan sebagai selimutnya, namun setengah mantel itu jatuh berada di lantai kabin, sehingga tubuhnya yang meringkuk terlihat oleh Dominic.
Dominic berhasil mengambil sebuah petunjuk arah angin (kompas) dari kantung tasnya.
Ia sudah akan beranjak dari sana, tetapi sejenak ia memandang pada gadis yang tengah tidur di kasur kecil ruang kabin.
‘Apa dia tidak punya selimut untuk menutupi tubuhnya’ gumam Dominic yang sekilas memandang kearah Luvi.
Entah kebaikan apa yang melintas dalam diri pria itu, ia berniat membetulkan posisi mantel coklat Luvi agar menyelimuti tubuh gadis itu dengan sempurna. Tapi ketika tangannya tengah memegang mantel coklatnya, ia memandang sejenak tubuh Luvi yang indah, putih dan sedikit membuat hasrat Dominic menguap.
‘Akh! kenapa denganku. Kenapa aku semakin berhasrat pada gadis polos ini, sial!’ umpatnya pada diri sendiri.
Akhirnya ia menyelimuti Luvi kemudian buru-buru keluar kabin dan kembali ke geladak kapal.
Semangat berkarya.
Berkah&sukses selalu.