Si Cupu Milik CEO Tampan
Alika duduk menatap wajahnya di depan cermin dengan perasaan kacau. Saat pintu di buka dari luar oleh Yuni, ibunya.
“Kamu sudah siapkan? Orang dari keluarga Admanegara sudah datang menjemput kamu. Ayo keluar.” Kata Yuni.
Alika mendorong kacamata berbingkai hitam tebal agar naik ke pangkal hidungnya.
“Ma, apakah aku harus menikah? Bisakah pernikahannya di batalkan saja?” Tatap Alika penuh harap jika Yuni akan mendengarkannya. Sorot mata Alika menyimpan harapan Yuni berubah pikiran.
“Tidak bisa Lika, pernikahan kamu dengan cucu Admanegara itu harus di langsungkan! Orang dari keluarga Admanegara sudah berada di luar menunggu kamu!” Kata Yuni.
“Tapi ma, aku tidak mau menikah.” Ucap Alika menatap sedih wajah Yuni.
“Jangan berulah Lika, mereka sudah menunggu kamu di luar!” Yuni menaikkan intonasi bicaranya merasa sedikit kesal mendengar rengekan anak bungsunya itu.
“Kalau begitu suruh kakak saja yang menikah, bukankah cucu Admanegara itu yang di jodohkan dengan kakak, jadi kakak saja yang menikah!” Seru Alika tak terima di jadikan kambing hitam menggantikan kakaknya menjadi pengantin pengganti.
“Alika mohon sama mama, Alika tidak mau menikah ma.” Mohon Alika berlutut di depan Yuni.
“Tidak Lika, kamu harus tetap menikah, sekarang gantian mama yang mohon sama kamu, kakakmu tidak mungkin menikah dengan cucu Admanegara, kakakmu pantas mendapatkan yang seratus kali lebih baik dari pria itu.” Ujar Yuni tak peduli, dan itu membuat Alika semakin merasa hancur.
Ucapan Yuni membuat hati Alika terluka, selama ini, Alika tahu jika Yuni memang sering-kali membeda-bedakan dia dan kakaknya. Tapi, kali ini Yuni begitu terang-terangan menghancurkan hatinya.
“Lalu, bagaimana dengan aku ma?! Apa bagi mama aku akan baik-baik saja menikah dengan pria cacat?” Alika bertanya dengan putus asah berharap jawaban Yuni kali ini bisa sedikit menenangkan hatinya.
“Jadi kamu tidak mau menikah dengan cucu Admanegara?” Tanya Yuni yang di jawab anggukan oleh Alika.
Dalam hati Alika sudah merasa sedikit lega, mungkin Yuni tidak akan lagi memaksanya untuk menikah.
“Baik, kalau begitu kamu bisa bersiap untuk menyambut kematian mama! Mama lebih baik mati!” Ujar Yuni mencari sesuatu yang tajam untuk mengiris urat nadinya.
Alika tidak percaya dengan apa yang di lakukan Yuni, sebegitu inginnya Yuni agar Alika menggantikan kakaknya sehingga Yuni menjadikan nyawanya sebagai ancaman agar Alika setuju.
Tanpa sadar air bening dari mata indah itu jatuh menetes bersama luka yang di deritanya akibat Yuni, ibu kandung yang pilih kasih.
“Mama tidak perlu melakukan itu, aku akan menikah dengan pria itu. Aku akan mengikuti keinginan mama untuk menggantikan kakak. Jadi, mama tidak perlu melukai diri mama.” Ucap Alika dengan dada yang sesak. Kali ini dia sudah benar-benar pasrah.
Dia juga tidak ingin terus menolak dan akhirnya membuat ibunya bunuh diri, lalu dia akan hidup dalam penyesalan seumur hidupnya. Penderitaannya menikah dengan pria yang tidak di kenalnya tidak ada apa-apanya di banding nyawa ibunya yang begitu berharga baginya.
Mengorbankan kebahagiaannya bukanlah apa-apa di banding nyawa ibunya. Toh, selama ini dia sering membuang kebahagiaannya demi mengutamakan kebahagiaan kakaknya.
Beberapa pria sudah menunggu Alika, saat dia keluar, seorang pria bertubuh tinggi dan memiliki wajah yang lumayan tampan membukakan pintu mobil untuk Alika, lalu mobil itu melaju meninggalkan rumah Yuni, sementara Yuni melambaikan tangan dengan bahagia mengantar kepergian Alika.
Mobil yang membawa Alika berhenti tepat di depan kantor catatan sipil.
“Silakan nona Alika.” Pria yang tadi kembali membukakan pintu untuk Alika.
Tidak ada pesta pernikahan, tidak ada mempelai pria, pernikahan Alika sudah sah terdaftar di dalam kantor catatan sipil. Bahkan dia tidak pernah melihat seperti apa wajah pria itu.
Pegawai catatan sipil akan menyerahkan surat nikah pada Alika, saat Alika akan membuka surat nikahnya untuk melihat foto yang ada di dalamnya, surat nikah itu dengan cepat langsung disambar oleh pria yang membukakan pintu mobil tadi.
“Maaf nyonya Alika, surat nikah ini saya saja yang pegang, tuan menugaskan hal itu pada saya.” Katanya.
“Silakan.” Sahut Alika tidak keberatan. Dia juga tidak punya keinginan untuk memiliki surat nikah itu.
........
Mobil sport berwarna hitam yang membawa Alika berhenti tepat di depan sebuah rumah bergaya klasik eropa bercat putih.
Rumah yang membuat Alika berdecak kagum melihatnya. Selama ini rumah seperti itu hanya bisa di lihatnya di televisi saat dia memutar siaran barat. Namun, sekarang rumah itu terpampang nyata di hadapannya.
Berarti memang benar yang di dengar oleh Alika, jika dulu keluarga Admanegara adalah keluarga miliarder. Dan, pria yang di menikah dengan Alika adalah satu-satunya penerus kekayaan Admanegara.
“Silakan nyonya muda.” Pria itu menuntun Alika masuk ke dalam rumah mega itu.
Meskipun masih merasa waswas. Alika tetap menurut mengikuti pria itu masuk ke dalam rumah
Pria itu menuntun Alika ke sebuah ruangan dengan penerangan yang redup. Semua jendela yang ada di ruangan itu di tutup rapat-rapat seperti sengaja agar tak ada cahaya yang masuk.
Di depan sana ada seseorang yang berdiri membelakangi Alika.
Alika menatap lurus untuk memastikan, apakah mungkin itu suaminya? Dia pria dengan tubuh yang tinggi.
“Tuan ini nyonya Alika.” Ucap pria yang membawa Alika. Lalu pria yang berdiri di depan sana mengisyaratkan dengan tangannya menyuruh pria yang membawa Alika itu untuk pergi.
Saat hanya tinggal berdua, pria itu berjalan ke arah Alika, langkah kakinya semakin dekat, dan semakin jelas juga Alika bisa melihat wajah pria itu.
Wajah yang tampan dengan tubuh yang berbalut jas berwarna gelap, pria itu terlihat begitu menawan membuat Alika tercengang untuk sesaat..
“Wah, ternyata kamu lebih jelek dari yang kubayangkan.” Ucapnya membuat Alika kembali tersadar.
Pria itu kini berdiri tepat di depannya.
“Kamu siapa?” Tanya Alika. Dia menebak, jika pria itu bukanlah suaminya karena pria itu terlihat sangat normal, tidak cacat sedikitpun.
Mendengar pertanyaan Alika membuat pria itu mengernyitkan alisnya.
“Kamu tidak tahu siapa aku?” Tanya pria itu menatap Alika dengan sorot mata yang tajam. Dan langsung di jawab Alika dengan gelengan kepala.
Bagaimana mungkin dia mengenal pria itu jika ini adalah pertama-kalinya melihatnya.
“Lalu apa kamu tahu kamu menikah dengan siapa?” Tanya pria itu lagi semakin mendekat ke arah Alika membuat Alika sedikit gemetar takut.
“Tentu saja aku tahu, suamiku adalah Daniel Admanegara.” Sahut Alika dengan pura-pura biasa saja.
Pria itu memandang Alika lekat-lekat seakan ingin memastikan sesuatu.
“Apa kamu tahu jika pria yang kamu nikahi itu adalah pria cacat?” Tanyanya.
“Aku tahu.” Jawab Alika dengan ekspresi datar yang tak bisa pria itu baca. Dan. Itu membuatnya jadi tertarik.
“Menarik, sangat menarik. Ternyata ada juga wanita yang mau dengannya.” Ujarnya dengan senyum yang terlihat meledek.
“Kamu siapa?” Tanya Alika akhirnya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments