🎉Bebas Promo
Diharapkan bijak dalam memilih bacaan sesuai umur ya🤗🤗🤗
Seks bagi seorang Satria bukanlah hal yang tabu, tapi menikah? Tak pernah sedikitpun terlintas di benaknya akan menjalin komitmen dengan seorang wanita dalam sebuah ikatan pernikahan.
Dia yang selalu memandang rendah derajat perempuan harus dihadapkan dengan kenyataan pahit bahwa dirinya telah dijodohkan dengan cucu dari sabahat kakeknya.
Akankah pernikahan harmonis yang diimpikan semua pasangan akan terwujud di kehidupan pernikahannya kelak?
Ini bukanlah cerita CEO kejam, dingin, dan mencintai dalam diam, karena ini adalah sebuah cerita cinta yang manis dengan Ektra Bumbu Komedi.
Heppy Reading... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sang Gitaris
Kimy memilih diam sambil mengalihkan pandangannya ke arah jalan raya, sebab setiap kali dia berbicara Satria akan terus membuatnya kesal.
Mobil yang ditumpanginya kini berhenti di sebuah parkiran kafe. Tunggu, ini kan kafe yang sudah mengontraknya dan teman-temannya mengamen. Bahkan hari ini adalah debut pertama mereka di kafe tersebut.
Wajah kesal Kimy berubah sumringah saat mendengar suara merdu Elsa sahabatnya yang memang menjabat sebagai vokalis, membuat Satria bingung dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah. Apa dia begitu senang akan diajak makan di kafe itu? Pikir Satria.
Kimy langsung berjalan menuju kafe tanpa memperdulikan pria menyebalkan yang membawanya kesana.
Senyum lebar langsung terbit saat melihat keempat sahabatnya berada di atas stage, juga Pras, sang pujaan hati yang berada di posisi bass.
Sang vokalis yang melihat kedatangan Kimy melambaikan tangannya, tapi sebelum Kimy membalasnya, Satria kembali menarik pergelangan tangan Kimy, hingga semua para pemain band tiba-tiba menghentikan aktivitasnya, sunyi sesaat, para pengunjung dibuat menolehkan wajah mereka ke arah para pemain band yang saat itu menyanyikan lagu yang berjudul Perfect milik Ed Sheeran. Para sahabat Kimy begitu terkejut melihat seorang pria yang ya memang berwajah tampan menarik tangan sahabat mereka yang biasanya menjaga jarak terhadap laki-laki.
"Lu kenal mereka?" tanya Satria telah bisa menyimpulkan kondisi yang terjadi saat itu.
Kimy mengangguk dengan tatapan matanya terus tertuju pada sang Bassis. Ada pancaran kekecewaan di wajah pria yang ia sukai itu, tapi karena apa? Ah, pasti karena dia ketahuan berbohong. Ya, pasti karena itu, dia tak mau terlalu jauh berhayal.
Santria kembali menarik tangan berkostum serba pink itu, memaksanya duduk di sudut tempat khusus pasangan.
"Kok Kakak tau kafe ini? Kakak sering nongkrong disini?" Kimy menyelidik.
"Kepo bener nih bocah, elu jurusan jurnalistik ya waktu kuliah?"
"Aku kuliah jurusan Bisnis Management." Dengan lesu Kimy menjawab.
"Ada cowok lu ya diantara mereka ya Cil?" tanya Satria saat melihat lawan bicaranya terus mencuri pandang dengan tatapan malu-malu ke atas panggung.
"Kakak lulusan Jurnalistik ya?" Kimy membalas ucapan Santria.
Satria malas berdebat, dia menggiring tubuh yang katanya calon istrinya ke salah satu sudut kafe.
Tak ada yang mereka bahas selama hampir satu jam di kafe itu, keduanya memilih sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.
Satria terlihat tersenyum kecil saat melihat pesan yang ia terima dari salah satu sahabatnya yang sableng. Sebuah senyum kecil tapi membuat wajahnya jadi berkali-kali lebih tampan di mata Kimy.
Ternyata kalo diem dia ganteng banget ya? Eh—, amit-amit, amit-amit. Inget Kim dia itu cowok bejat! Kimy menyadarkan dirinya sendiri akan kekhilafannya.
"Cie, roman-romannya ada yang lagi naksir nih sama gue!" ucap Satria yang menyadari bahwa dirinya menjadi objek pandang mata Kimy.
"Siapa? Dih ge-er benget deh." Kimy mengernyit.
"Ya elo lah yang naksir gue, siapa lagi? Gue perhatiin elu merhatiin gue mulu dari tadi."
"Cieee, roman-romannya ada yang mulai naksir nih sama aku."
Kali ini Satria yang mengernyit. "Maksud loh?"
"Itu tadi Kakak ngaku kalau Kakak terus merhatiin aku," balas Kimy.
Satria terkena jebakan Kimy. "Elu mandi kembang di tengah jalan tiap malem Jum'at, kagak bakal bisa bikin gue naksir sama elu Bocil. Kecuali—" Satria menggantung ucapannya.
"Apa? Kecuali apaan?" Kimy penasaran.
"Kecuali elu ke Koreyah sono buat operasi plastik."
Kimy tidak menyadari jika pria di hadapannya sedang memperhatikan bagian dadanya.
"Buat apaan oplas? Orang aku udah cantik banget gini, liat sama Kakak muka aku! Muka aku licin banget kan, jerawat aja kagak pede kalau nempel di muka aku, takut merosot dia. Lah Kakak nyuruh aku oplas buat apa?" Kimy bicara panjang lebar.
Sambil tertawa kecil Satria mencondongkan tubuhnya ke arah wanita serba pink itu. "T*ket lu yang perlu dapet sumpelan. Kurang menonjol," bisik Satria.
Kimy langsung mengalihkan pandangannya ke bagian dadanya yang memang tak besar. Kemudian menatap wajah Satria dengan kesal. "Isst, amit-amit deh. Mesum banget sih kamu, pantes Kakak gak mau dijodohin sama kamu."
Dengan suara beratnya Satria terbahak-bahak melihat betapa polosnya mainan baru yang kakeknya berikan kepadanya. "Bocil, Bocil!"
Mereka tak menyadari jika mereka sedang menjadi pusat perhatian pengunjung Kafe, bahkan para sahabatnya yang sedang bernyanyi di atas panggung terus memperhatikan gerak-gerik kedua makhluk tampan dan cantik tersebut.
Kimy bangkit dari duduknya, dia benar-benar sudah tak tahan harus berdekatan dengan pria mesum seperti Satria.
"Mau kemana lu?" Satria mencekal pergelangan tangan putih mulus Kimy.
"Mending ngamen nemenin anak-anak daripada nemenin laki-laki mesum kayak kamu!"
"Elu di bagian apa? Setrumer?" ejeknya lagi.
Kimy hanya menaikan sudut bibirnya, enggan menjawab ataupun membalas ejekan yang katanya adalah calon suaminya.
"Jangan nyanyi ya! Ngomong aja fals apalagi nyanyi." Satria terus memancing cibiran dari bibir kecil Kimy.
Kimy terus berjalan menuju para sahabatnya di atas panggung. Diambilnya gitar yang memang biasa ia mainkan.
Sontak, gadis dengan wajah mirip boneka itu menjadi pusat perhatian pengunjung, yang penasaran melihat aksi si Cantik Kimy memainkan alat musiknya.
"Dia siapa?" tanya Elsa.
"Sopir!" Jawaban Kimy membuat para sahabatnya melongo, kemudian mengalihkan pandangan mata mereka untuk menilik pria yang tengah sibuk dengan ponselnya.
Enggan membahas lebih lanjut, akhirnya mereka mulai kembali menghibur para pengunjung yang rata-rata datang dengan pasangan mereka.
Kimy duduk dengan elegan sambil memangku gitarnya dengan sangat manis, memetik perlahan senar gitar seraya menyelaraskan nada. Pusat mata pengunjung langsung terarah ke wanita mungil yang dengan lihainya memainkan nada-nada untuk mengiringi Sang Vokalis, terkecuali Satria yang terlihat semakin sibuk dengan ponselnya.
"Ngapain lu mesam-mesem sendiri?" suara Gery mengagetkannya.
"Si Onta lagi kelimpungan nyari sarung," jawab Satria, berusaha menahan tawanya.
"Dasar Kambing lu, dia nuduh gue tau. Coz yang terakhir pinjem mobilnya itu gue." Gery meninju pergelangan lengan kekar Satria. Dengan sedikit menggerakkan dagunya dia bertanya, "Kok bisa lu yang ngumpetin sarungnya?"
"Kagak sengaja, pas gue pinjem charger laptop kemaren, gue liat ada sarung di dasbor mobilnya. Mayan buat cadangan." Tanpa rasa berdosa dia mengakui perbuatan jahanamnya.
Gery hanya bisa berdecak, kemudian melirik ke arah kursi dengan tas punggung berwarna magenta di atasnya.
"Tas siapa Bing?"
"Calon Mantu si Wira," jawabnya sambil menunjuk ke arah panggung dengan dagunya. "Lagi ngamen noh orangnya."
Ada dua orang wanita di atas sana, Gery langsung menyimpulkan jika calon istri sahabat yang satu alam dengannya adalah sang Vokalis, karena Kimy tidak termasuk kriteria yang biasa ia lirik, terlalu imut dan menggemaskan.
"Cakep. Mayan lah buat dipeluk." Mata Gery terpaku pada Elsa yang memiliki postur tubuh yang memang proporsional.
Begitupun Satria yang mengira Gery sedang memperhatikan Kimy, hingga membuatnya tersenyum miring. "Selera lu makin aneh."