Demi memenuhi wasiat sang ayah, Ziyana Syahira harus rela menikah dengan pria yang sama sekali tidak dia kenali bernama Dirga Bimantara, seorang CEO yang terkenal dengan sikap dingin dan cuek.
Belum juga reda keterkejutan Ziyana akan pernikahan dadakannya bersama dengan Dirga. Ziyana kembali di kejutkan dengan sebuah kontrak pernikahan yang di sodorkan oleh Dirga. Jika pernikahan keduanya hanya akan terjalin selama satu tahun saja dan Ziya dilarang ikut campur dengan urusan pribadi dari pria itu.
Lalu, bagaimana jadinya jika baru 6 bulan pernikahan itu berjalan, Dirga sudah menjatuhkan talak pada Ziya dan diwaktu yang bersamaan Ziyana pun di nyatakan hamil?
Mampukah Ziyana jujur jika saat itu dia tengah hamil anak dari Dirga. Ataukah, Ziyana tetap memilih untuk pergi dengan merahasiakan keberadaan sang janin yang tumbuh dalam rahim nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SWA.Bab 19
"Tidak Ziya. Kamu tidak akan pernah membuat kami kecewa karena kamu adalah istri dan ibu yang sempurna,"
"Aku lah yang terlalu bodoh. Sehingga dulu, aku menutup mata akan kehadiran mu yang begitu tulus menerima pernikahan kita hanya demi mempertahankan hubungan yang toxic dan berakhir dengan sebuah pengkhianatan,"
"Maafkan aku. Kali ini, di kesempatan kedua ini aku tidak akan pernah menyia nyiakan kamu lagi. Aku janji akan hal ini."
Usai bergumam panjang kali lebar, Dirga yang berniat masuk kedalam ruangan itu pun mengurungkan niatnya dan kembali menutup pintu yang hampir dia buka.
Dirga yang tadinya akan masuk kembali ke ruangan di mana istri dan keluarganya masih berkumpul pun mengurungkan niatnya dan beralih pergi ke ruangan dokter yang selama ini merawat putrinya Zingga.
Dirga tidak ingin, moment haru antara istri dan Mama nya terganggu oleh kehadiran nya. Maka dari itu, Dirga pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke ruangan Dokter Arif untuk membicarakan proses selanjutnya yang akan dia lakukan untuk membantu pengobatan Zingga.
"Tok..."
"Tok..."
"Tok..."
"Masuk,"
"Kreeekkkk..."
"Maaf, apa saya mengganggu, Dokter?"
"Oh, Pak Dirga. Tidak Pak, mari silahkan masuk,"
"Baik. Terima kasih."
Setelah di persilahkan masuk oleh dokter Arif, Dirga pun melangkahkan kakinya, memasuki ruangan kerja pria yang diperkirakan seumuran dengan nya itu.
Dokter tampan yang selama ini menangani kasus putrinya, Zingga. Setelah berada di dalam ruangan dokter tampan itu, Dirga pun mendudukan diri di depan sang dokter.
"Bagaimana? Apa, ada yang bisa saya bantu? Oh iya, pertama tama saya ucapkan selamat ya atas pernikahan anda dan juga Ziya, semoga jadi keluarga sakinah, mawadah, warahmah. Maaf tadi saya tidak sempat hadir karena ada pasien gawat darurat yang harus saya tangani. Bagaimana, apa acaranya lancar?"
"Alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar Dokter. Terima kasih atas ucapan dan doanya,"
"Lalu, apa yang membawa anda kemari Tuan? Apa, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya datang untuk membicarakan masalah Zingga, Dokter. Sekarang, apa yang harus saya dan istri saya lakukan agar bisa membantu proses penyembuhan untuk Zingga agar bisa lebih cepat di laksanakan?"
"Eemm, terkait itu. Mungkin, langkah awal sebaiknya anda dan Ziya memberikan adik terlebih dahulu untuk Zingga. Dengan begitu, kita bisa melakukan transplantasi sel punca dan selama menunggu adik Zingga hadir. Kita akan melakukan kemoterapi secara berkala untuk menjaga agar kondisi tubuh Zingga tetap stabil dan mencegah agar sel kanker itu tidak tumbuh lebih cepat. Selain itu, saya saran kan untuk proses pengobatan Zingga selanjutnya. Akan lebih baik jika di lakukan diluar negeri,"
"Begitu ya? Baiklah. Jika itu yang terbaik, maka dari itu. Tolong bantu kami untuk mengurus prosedur pemindahan Zingga ke rumah sakit terbaik yang ada di luar negeri. Saya tidak ingin menunda lagi, jika ini yang terbaik untuk putriku. Maka, mari kita lakukan secepatnya,"
"Baik, saya mengerti dan saya akan membantu semampu yang saya bisa. Kebetulan, saya memiliki rekan sejawat yang bekerja di rumah sakit terbaik di luar sana. Jika anda berkenan, maka saya akan hubungkan anda dengan dia. Dia adalah dokter spesialis kanker juga sama seperti saya. Namun, kemampuan yang dia punya ada di atas saya dan tentu saja, dengan hal itu sudah tidak diragukan lagi jika rekan saya ini adalah orang yang tepat untuk mengambil alih tugas saya dalam merawat Zingga. Bagaimana? Apa, anda setuju dengan saran saya, Tuan?"
"Jika itu yang terbaik untuk putriku untuk bisa sembuh. Maka, lakukan lah. Lakukan apapun itu dan hubungkan dengan siapapun itu. Yang terpenting buat saya sekarang adalah, semua itu bisa membantu putriku, Zingga. Agar sembuh dari sakitnya,"
"Baiklah. Kalau begitu, akan saya mengurus prosedur pemindahan Zingga ke luar negeri secepatnya,"
"Iya, Dokter. Terima kasih atas bantuan nya,"
"Jangan sungkan. Itu adalah bagian dari tugas saya, Tuan Dirga,"
"Baiklah, Dokter. Kalau begitu saya pamit dulu. Selain itu, saya tunggu jadwal keberangkatan Zingga ke luar negeri secepatnya. Permisi,"
"Baik, Tuan. Saya akan memproses prosedur itu secepatnya."
Usai berbincang dengan dokter Arif, Dirga pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke ruangan dimana tadi dia melakukan ijab kabul bersama dengan Ziya.
Semoga, setibanya di sana. Momen haru antara istri dan Mama nya sudah lah selesai sehingga tidak akan menimbulkan kecanggungan antara dirinya dan juga Ziya.
Dan, setelah menelusuri beberapa lorong rumah sakit. Akhirnya, Dirga pun sudah hampir sampai di ruangan dimana keluarga nya berkumpul saat ini.
Dahi Dirga mengerut, saat melihat sosok sang istri tengah duduk di bangku tunggu yang ada di depan ruangan yang tadi di pakai untuk melakukan ijab kabul antara dirinya dan juga Ziya.
"Kenapa kamu di sini? Mana yang lain?" tanya Dirga, setelah berada di dekat Ziya yang tengah duduk dengan pandangan lurus kedepan.
Tampaknya, wanita itu sedang melamun. Sehingga, saat Dirga mengeluarkan suaranya untuk bertanya. Ziya terlihat sedikit kaget.
"Astaghfirullah al adzim. Mas sudah kembali? Tadi, dari mana? Semua orang mencari Mas," jawab Ziya yang beristigfar terlebih dahulu karena kaget.
"Aku habis bertemu dan bicara dengan Dokter Arif. Memangnya kenapa? Ada apa?"
"Oh, begitu. Tidak ada apa apa, hanya saja tadi semua orang mencarimu,"
"Kamu belum menjawab pertanyaanku Ziya,"
"Pertanyaan? Pertanyaan apa?"
"Kamu, kenapa di sini dan kemana yang lain? Kenapa ruangan nya sudah kosong?" lanjut Dirga saat melihat ruangan dimana keluarganya tadi berkumpul. Kini, ruangan itu sudah kosong. Meninggalkan Ziya seorang diri di sana.
"Yang lain sudah pergi ke ruangan Zingga dan aku, te_tentu saja menunggu Mas. Aku takut Mas bingung, saat Mas kembali dan kami sudah tidak ada. Makanya, aku menunggumu untuk memberi tahu kalau kami akan pindah ke ruangan nya Zingga." jawab Ziya, sedikit menundukan kepalanya. Karena jujur, Ziya merasa sangat gugup jika harus berhadapan dengan Dirga seperti saat ini.
Belum lagi, pria itu terus saja menatap nya dengan sangat intens. Sehingga hal itu semakin membuat Ziya gugup dan juga takut akan sikap pria itu.
Sementara itu, Dirga yang melihat kegugupan Ziya. Hanya bisa tersenyum gemas, ingin rasanya membawa wanita yang kini kembali halal untuknya itu masuk ke dalam pelukan nya.
Akan tetapi, Dirga harus menahan diri karena saat ini mereka masih berada di ranah publik. Dirga tidak ingin membuat Ziya merasa tidak nyaman jika tiba tiba dia memeluknya di muka umum.
Karena semakin di lihat, sikap Ziya semakin terlihat menggemaskan. Dirga pun akhirnya memutuskan untuk pergi, menyusul yang lain pergi ke ruangan Zingga. Demi mengalihkan perhatian nya dari wanita cantik yang kini telah resmi kembali menjadi istrinya.
seyia menanti kelanjutan ceritanya..😍
anak adalah preoritas, tapi readersmu juga gak mau digantung 😅😅😅✌