Ryo seorang pengusaha yang sukses harus menelan musibah dari tragedi yang menimpanya. Sebuah kecelakaan telah membuatnya menjadi lumpuh sekaligus buta. Istrinya sudah tidak Sudi lagi untuk mengurusnya.
Aura, adik sang istri tak sengaja hadir ditengah mereka. Aura yang memerlukan uang untuk kebutuhan hidupnya kemudian ditawari sang kakak sebuah pekerjaan yang membuat semua kejadian cerita ini berawal.
Pekerjaan apakah yang ditawarkan pada Aura?
dan bagaimana nasib Ryo selanjutnya?
Biar tau kisah selengkapnya, yuk ... di intip kisahnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 - Saatnya Dibongkar
Tiga hari kemudian, Aura yang baru bangun dari tidurnya, tidak mendapati Ryo di kamar. Spontan ia duduk dari berbaringnya.
"Jam berapa ini?, kenapa aku bisa bangun se siang ini?" Aura menggerutu sendiri.
“Mas?” panggil Aura, tapi Ia tidak mendengar jawaban Ryo. Dengan langkah agak dipercepat, Aura menuju keluar kamar.
Alangkah terkejutnya wanita itu ketika mendapati seorang pria berpakaian rapih, dengan setelan jas abu-abu, berdiri gagah dengan tangan terlipat di belakang.
Pria itu menghadap ke arah luar jendela besar tanpa menoleh kearah Aura, yang padahal ia tahu wanita itu telah keluar dari kamarnya.
“Kau sudah bangun?” sapa Ryo tanpa menoleh.
“M-Mas Ryo?, kau kah itu?,” tanya Aura dengan kepanikan sekaligus pertanyaan yang mulai menghantuinya.
“Duduklah, Aura!”
Deg!
Aura terperanjat, degup jantungnya berubah tak beraturan. ‘Di-dia sudah tau kalau aku Aura, d-dia sudah bisa melihat dan berjalan?’ batinnya, seolah berjuta pertanyaan mulai muncul di otaknya.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Aura duduk perlahan di sofa dengan ketegangan yang merambat menjalar ditubuhnya.
“Kenapa kau lakukan ini padaku?” tanya Ryo yang masih memandang kearah luar jendela.
“Aku- aku … “ Aura tak sanggup meneruskan kata-katanya.
“Kenapa kau membohongiku selama ini?” tanya Ryo lagi dengan suara berat.
“Maafkan aku Mas. Aku tidak bermaksud membohongimu, aku bisa jelaskan semuanya,” ujar Aura dengan nada ketakutan di suaranya.
“Jelaskan Lah!” Ryo kemudian membalik badannya, dan ia beranjak dari sana, lalu duduk di sofa dengan bersandar dan melipat kakinya.
Aura menatap wajah Ryo sekilas, wajah tampan itu seolah berubah seiring kesembuhannya.
“Mas?, kau sudah sembuh? … apa kau sudah bisa melihat dan berjalan?” tanya Aura yang melihat perubahan di diri Ryo.
“Ya, aku sudah sembuh dan dapat melihat, bahkan aku bisa melihat adanya pengkhianatan dan kebohongan disini” ucap Ryo yang sama sekali bukan menandakan ia senang dengan kesembuhannya, tapi justru lebih terlihat geram.
"Tapi kenapa aku tidak tahu?. Kenapa Mas tidak memberitahu kalau Mas sudah pulih total?" tanya Aura dengan mata sedikit berbinar, bercampur antara senang sekaligus takut.
"Kali ini aku yang bertanya padamu dan bukan kau yang bertanya. Kau hanya perlu menjawab pertanyaanku. Sekarang jelaskan padaku kenapa selama ini kau membohongiku dan berpura-pura menjadi Jesica"
Akhirnya Aura menjelaskan dengan detail kenapa sampai ia bisa mengurus Ryo dan bukan kakaknya Jesica yang mengurusnya.
Tapi Aura belum memberitahu Ryo bahwa Jesica berselingkuh dan pernah membawa pria itu ke apartemen. Ia tak sampai hati untuk menyampaikan hal memalukan itu yang padahal Ryo sudah mengetahui kebusukan itu.
“Lalu, dimana Jesica sekarang?” tanya Ryo dengan suara datar namun tegas.
“Aku tidak tahu, Mas” jawab Aura dengan wajah sedikit tertunduk.
“Berati kau mengurusku hanya demi uang?” tanya Ryo kembali seolah menyudutkan Aura.
“Tidak!, maksudku, ya. Um, begini Mas … awalnya memang aku terpaksa melakukannya untuk menutupi hutang Mas Bagas, tapi lama kelamaan, aku merasa … ”
Aura diam sesaat. “Aku, merasa … “ wanita itu tetap tidak mampu melanjutkan kalimatnya.
“Kau merasa apa?!” tanya Ryo, seolah kini berbeda dengan Ryo yang dikenal Aura sebelumnya.
“Aku merasa, aku tulus melakukan semua ini untukmu dan bukan demi uang” ungkap Aura jujur.
Ryo diam sambil menatap tajam kearah Aura. Wanita itu tak sanggup melihat tatapan Ryo yang begitu tajam.
“Apakah perlakuanmu selama ini padaku juga hanya pura-pura?”
“Aku tidak,-”
“Kau membuatku merasa bodoh!, dan aku tidak suka itu!. Kau harus menerima hukumannya!”
“Tapi aku,-”
“Diam! Dan masuk kamar!” bentak Ryo yang membuat mata bening Aura berkaca.
Aura diam sesaat dengan genangan air mata yang mulai tumpah. Dengan dada yang sesak, kemudian ia melangkah memasuki kamar yang lebih kecil, bukan kamar utama yang biasa Ryo tidur disana. Wanita itu menutup pintunya dan terdengar tangisan dari dalam kamar.
Sebenarnya Ryo tidak sampai hati membentak Aura, wanita yang selama ini memiliki andil besar dalam kesembuhannya. Tapi ia tak sanggup menahan amarahnya ketika mengingat bahwa Aura, Jesica dan semua orang yang di percayanya ternyata telah berkhianat dan menipunya.
Ryo menunduk, memejamkan mata lalu menghela nafas agak berat. 'Maafkan aku Aura' batinnya.
Malam mulai meninggi,
Aura tidak mendengar suara Ryo di luar kamar. Perlahan ia membuka pintu kamar dan ia tidak menemukan Ryo dimanapun.
Aura semakin putus asa, ia mencoba keluar pintu utama, tapi ternyata pintunya di kunci dari luar. ‘Hah?, Mas Ryo mengurungku?!’ Aura membuka handel pintu berkali-kali, tapi memang ternyata pintu terkunci dari luar.
Aura menutup wajahnya dengan telapak tangan. Ia merasa sangat kacau. Akhirnya ia hanya bisa melakukan aktifitas sendiri di dalam apartemen. Handphone miliknya juga ternyata di bawa oleh Ryo. Aura tidak bisa menghubungi siapapun.
Besok paginya Aura hanya berbaring seharian di ranjang dengan sesekali menyeka air matanya. Mata yang sembab dan kondisinya yang agak berantakan, tidak seperti biasanya.