Brittany Moon tidak pernah menduga pernikahannya dengan tunangannya Ralph Smith akan batal karena Ralph lebih memilih bersama Clara William yang jatuh sakit disebabkan kelelahan sehingga dirawat di rumah sakit daripada memenuhi janji suci mereka dalam ikatan pernikahan.
Saat hati Brittany terluka akan sikap Ralph yang membatalkan acara pernikahan mereka demi Clara, dihari itulah Brittany tak sengaja dipertemukan dengan seseorang yang juga sedang kesulitan dikarenakan kekasihnya meninggalkannya dihari pernikahan mereka.
Nama pria itu adalah Adam Bennet, seorang pengusaha kaya raya yang merupakan pemilik perusahaan distributor jam mewah diberbagai penjuru dunia.
Lantas bagaimana kelanjutan cerita ini, saksikan terus disetiap babnya ya 🤝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Sebuah Janji
Adam mengantar pulang Brittany hingga ke rumahnya.
Tampak Brittany berada didalam mobil hendak turun.
"Besok aku akan menjemputmu ke rumah, aku berencana mengajakmu jalan-jalan", ucap Adam.
"Besok ?" sahut Brittany terkejut.
"Ya, besok pagi, aku ke rumahmu dan berpamitan pada ibumu karena aku akan mengajak anak gadisnya pergi bersamaku", kata Adam.
"Kita akan pergi kemana, tuan Bennet ?" tanya Brittany sopan sembari melepaskan sabuk pengamannya.
"Sebenarnya ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu terkait rencana kita yang akan menikah nanti, setelah tiga bulan masa balas dendammu selesai", ucap Brittany.
"Kenapa tidak dibicarakan saja sekarang, bukankah lebih menghemat waktu, tuan Bennet ?" tanya Brittany.
"Tidak, sekarang sudah terlalu malam, waktunya beristirahat, lebih baik kita bicarakan ketika bertemu besok, aku akan menjemputmu jam sepuluh pagi", kata Adam.
"Mmm..., baiklah, aku akan menunggumu besok", sahut Brittany sembari tersenyum.
"Ya...", ucap Adam seraya mengangguk pelan.
"Terimakasih sudah mengantarkanku, tuan Bennet...", kata Brittany.
"Ya...", sahut Adam sambil mengangguk pelan.
Brittany bergegas turun seraya membuka pintu mobil.
"Nona Brittany...", panggil Adam.
"Ya...", jawab Brittany sambil menoleh ke arah Adam Bennet ketika dia hendak turun dari dalam mobil.
Brittany menunggu jawaban dari Adam untuk berbicara kembali.
"Tolong panggil nama saja, panggil aku Adam !" kata Adam.
"Oh... ?!" ucap Brittany canggung.
"Tidak usah sungkan padaku, panggil saja dengan nama, sebut saja Adam, akan terdengar lebih akrab", kata Adam.
"Umm..., baiklah, Adam...", sahut Brittany sambil mengerlingkan matanya.
"Itu akan lebih baik kedengarannya", ucap Adam lalu tertawa pelan.
"Sampai jumpa besok, hati-hati Adam !" kata Brittany sambil melambaikan tangannya ketika berada diluar mobil.
"Sampai jumpa besok, Brittany !" sahut Adam Bennet.
Adam melajukan mobil pribadinya pergi dari arah rumah milik keluarga Brittany Moon dengan cepat.
Sedangkan Brittany masih berdiri diluar rumah sambil menatap kepergian mobil milik Adam Bennet yang bergerak menjauh.
...***...
Beberapa menit kemudian...
Brittany melangkah masuk ke dalam rumah.
Ibu telah berdiri didekat pintu, menunggu kedatangan putri tercintanya.
"Kau pulang larut malam, nak", sapa ibu.
Brittany tersentak kaget saat dia melihat ibu yang berdiri didekat pintu.
"Aku mencemaskanmu, Brittany", kata ibu lalu melangkah mendekat.
"Ya, ibu, aku baru selesai menyanyi di acara gala dinner tadi dan pulang lebih cepat karena acara masih berlangsung disana", ucap Brittany.
Brittany melepaskan sepatunya lalu menggantikannya dengan sandal rumah.
"Siapa yang mengantarkanmu pulang ?" tanya ibu.
Ibu mengambil tas milik Brittany dari bahu putrinya, membawakannya ketika mereka melangkah masuk ke ruangan dalam rumah.
"Adam Bennet..., dia yang mengantarkanku pulang ke rumah barusan", sahut Brittany.
Brittany menggelung rambutnya ke atas agar rapi sembari terus berjalan menuju kamarnya.
"Pria itu sangat menyukaimu, tapi apa dia serius denganmu", kata ibu.
"Serius atau tidaknya dia denganku, aku tidak terlalu berharap banyak padanya karena kami sebentar lagi akan menikah, kurasa hal itu tidak perlu dipertanyakan lagi", sahut Brittany.
Ibu menghentikan langkah kakinya lalu berdiri diam.
Brittany menolehkan pandangannya ke arah ibu sembari menatap heran.
"Kenapa ?" tanyanya. "Ada apa, ibu ?" sambungnya tak mengerti.
Brittany berdiri diam seraya mengangkat kedua bahunya ke atas sedangkan pandangannya menatap lurus ke arah ibunya.
Ibu menghela nafas pelan.
"Aku takut kau akan terluka nantinya oleh seorang pria, seperti sewaktu bersama Ralph dulu, mungkin statusnya berbeda sekarang karena kau dan Adam akan menikah sedang dengan Ralph, kau urung menikah", kata ibu.
Terlihat ibu sangat cemas dengan nasib pernikahan Brittany dengan Adam Bennet, pria asing yang baru dikenal oleh gadis itu nantinya.
"Bagaimana nantinya kondisi rumah tanggamu jika kau dan Adam jadi menikah ? Sedangkan hubungan kalian tidak dilandasi oleh rasa cinta, nak...", kata ibu.
"Percayalah ibu, semua akan baik-baik saja, tidak perlu ada yang ibu cemaskan dari hubungan aku dan Adam", sahut Brittany.
"Tapi, nak...", ucap ibu dengan tatapan cemas.
Brittany tersenyum lembut seraya melangkah mendekat ke arah ibunya lalu memeluknya dengan penuh perasaan.
"Ibu..., pernikahan kami hanyalah sementara, aku dan Bennet telah sepakat akan saling membantu dan mendukung satu sama lainnya...", kata Brittany.
"Sementara ???" tanya ibu semakin gelisah.
"Ya, aku dan Adam telah sepakat, sebelum kami berdua membuat perjanjian pernikahan bahwa dia akan membantuku membalas dendam pada Ralph", kata Brittany.
"Ya, Tuhan, nak ! Itu lagi yang ada dipikiranmu soal balas dendam, yang aku cemaskan adalah bagaimana kelanjutan pernikahanmu dan Adam ke depannya setelah kalian benar-benar menikah nanti ?!" ucap ibu.
Brittany tertegun sesaat seraya berpikir.
"Masalah itu, aku dan Adam belum membicarakannya sebab aku hanya sepakat menjadi pengantin pengganti buat Adam", kata Brittany.
"Pengantin pengganti ?" tanya ibu terheran-heran. "Apa maksud perkataanmu itu, nak ?" sambungnya.
"Sebenarnya, Adam juga dikecewakan oleh tunangannya yang melarikan diri dihari pernikahan mereka...", sahut Brittany.
Brittany berjalan maju lalu memutar badannya dan menghadap ke arah ibunya.
"Kebetulan aku mendengar keluhannya dengan orang kepercayaannya, bahwa dia sedang membutuhkan seorang wanita untuk menikah dengannya, dia mencari pengantin pengganti untuknya, ibu", ucap Brittany.
"Lantas kenapa dia tidak langsung menikahimu hari itu juga ?" tanya ibu.
"Aku sendiri tidak tahu alasan dia, kenapa dia tidak langsung mengajakku menikah hari itu juga, malah berjanji membantuku membalas dendam pada Ralph Smith, bahkan dia memberi waktu tiga bulan kepadaku untuk merealisasikan rencanaku itu", sahut Brittany.
Brittany tersenyum samar, terlihat wajahnya tertutup dari kesedihan ketika dia berusaha tersenyum pada ibunya.
"Setelah tiga bulan, kami akan melangsungkan pernikahan kami, entah apa yang akan terjadi selanjutnya, aku sendiri hanya bisa pasrah, ibu", kata Brittany.
"Sayangku..., kau masih sangat muda..., masih banyak kesempatan diluar sana yang menunggumu keberhasilanmu...", ucap ibu.
"Aku tahu itu, ibu...", sahut Brittany.
"Untuk apa kamu memikirkan balas dendam, lupakan saja Ralph Smith dan urungkan niatmu untuk menikah dengan Adam Bennet, nak", kata ibu.
Ibu menghampiri Brittany seraya meraih tangannya, dibelainya wajah cantik putri tercintanya dengan usapan lembut.
"Berhentilah mengharap Ralph dan bangkitlah hanya untuk kesuksesanmu sendiri, nak !" kata ibu.
"Aku sudah berhenti berharap pada Ralph bahkan aku sudah membuang perasaanku terhadapnya'', sahut Brittany.
"Lantas untuk apa kamu membalas dendam padanya ? Akan menyakiti dirimu saja sendiri bahkan akan membuatmu hancur tanpa kau tahu masa depanmu lagi, nak !" kata ibu.
Kedua mata ibu tampak berkaca-kaca sedih saat melihat putri tercintanya harus bergelut dengan rasa sakit hatinya karena telah dikecewakan oleh seorang pria yang membatalkan pernikahannya.
Ibu merasakan kepedihan didalam hati Brittany hingga tubuhnya ikut sakit ketika dia memahami perasaan putri yang paling dia sayangi itu hancur oleh ulah tunangannya yang tega membuat pernikahan mereka batal.
Tidak salah memang jika di hati Brittany tersimpan rasa sakit yang begitu dalamnya sehingga niat untuk membalas dendam pada Ralph Smith begitu kuatnya.
"Tidak, ibu..., aku dapat menjaga diriku tetap baik-baik saja, meski aku dan Adam menikah nanti, tetap aku akan mengendalikan perasaanku dan tidak terlibat cinta dengannya...", kata Brittany.
"Jika nantinya tumbuh rasa cinta diantara kalian, lantas sikap apa yang akan kau ambil nantinya, nak ?" tanya ibu.
"Kesepakatannya kami hanya akan menikah, dia membutuhkan pengantin pengganti untuknya dan begitu halnya denganku, yang sama membutuhkannya untuk menikah denganku", kata Brittany.
"Brittany...", gumam ibu cemas.
"Aku melakukannya, agar Ralph tidak memaksaku lagi untuk kembali kepadanya dan mengajakku menikah lagi dengannya, ibu", sahut Brittany.
"Oh, Tuhan... !" ucap ibu terperangah kaget.
Ibu mengusapkan kedua telapak tangannya ke arah wajahnya dengan gemetaran.
"Apa dia mengajakmu menikah lagi ?" tanya ibu dengan pandangan iba.
"Ya, dia berkata bahwa semua yang dia lakukan demi mendapatkan komisi besar dan berjanji padaku, akan membuat acara pernikahan kami lebih megah dari sebelumnya", kata Brittany kecewa.
"Dan dia tidak mengucapkan permintaan maaf kepadamu ?" tanya ibu dengan nada prihatin.
Brittany menggeleng pelan seraya tersenyum samar.
"Tidak..., dia tidak meminta maaf atas sikapnya sama sekali, meski dia tahu bahwa dia telah bersalah terhadapku...", sambung Brittany dengan tatapan sedih.