Zira terjebak dalam tawaran Duda saat dimalam pertama bekerja sebagai suster. Yang mana Duda itu menawarkan untuk menjadi sugar baby dan sekaligus menjaga putrinya.
Zira yang memang sangat membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan juga biaya pengobatan bibinya terpaksa menerima tawaran gila itu.
"Menjadi suster anakku maka konsekuensinya juga mengurus aku!" Ucap Aldan dengan penuh ketegasan.
Bagaimana cara Zira bertahan disela ancaman dan kewajiban untuk mendapatkan uang itu?
follow ig:authorhaasaanaa
ada visual disana.. ini Season Dua dari Pernikahan Dadakan Anak SMA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
00023
Di dunia ini makanan yang paling lezat adalah ludah sendiri, begitulah istilahnya untuk Aldan. Padahal mulutnya sendiri tadi yang mengatakan jika apapun ancaman Zira tidak akan berpengaruh sedikitpun padanya. Tapi apa ini? Aldan malah tengah menunggu Aila di Parkiran.
Ya, Aldan menyuruh Liam untuk menjemput Aila di Mansion. Ia menunggu dengan bersandar pada badan motor miliknya sendiri, sudah lama menunggu tapi Liam dan Aila tidak kunjung datang.
“Astaga, dimana anak itu?” Berulang kali Aldan mengumpat karena kesal dibuat menunggu.
Disaat Aldan memejamkan mata karena merasakan lelah yang luar biasa dengan kelakuan Zira yang luar biasa. Tiba-tiba saja ada mobil yang berhenti tepat di hadapannya, langsung saja kedua mata Aldan terbuka sempurna.
Sosok gadis kecil yang memeluk boneka beruang datang bersama dengan Liam.
“Heih! Kenapa lama sekali?” tanya Aldan kepada Liam yang hanya garuk-garuk kepala saja.
“Maaf, Tuan. Di perjalanan_”
“Katakan saja kalau disaat aku menyuruhmu tadi, kau sedang asyik bermesraan dengan kekasihmu itu. Lalu, menghabiskan satu ronde barulah melakukan perintahku.” Aldan melangkah mendekati Liam.
“Bukankah begitu?” tanya Aldan dengan sangat serius.
Liam cengengesan saja, bagaimana lagi Liam tidak akan menyangkal apa yang Aldan katakan. Karna memang seperti itulah faktanya, ia hanya bisa pasrah dan terkekeh saja.
“Ah kau tahu saja, Tuan..”
“Apa yang tidak aku tahu,” Respon Aldan cepat, ia melihat kearah Aila yang sepertinya sudah sangat mengantuk.
“Sudahlah pergi sana!” Aldan menarik tangan Aila untuk berada disampingnya, meskipun dimata Liam itu masih sangat kasar untuk seorang ayah kepada anaknya.
“Selamat Honeymoon, Tuan. Cepat-cepat berikan aku dedek gemesss bentukkan cowok ya..” pinta Liam dengan ekspresi menggemaskan yang hanya Aldan ataupun kekasihnya saja yang tahu.
“Pergi sana!” Aldan mengusir Liam karena tidak mau mendengar hal-hal aneh lagi. Berbicara aneh dan tidak tidak adalah kebiasaan buruk Liam yang selalu saja membuat seorang Aldan emosi.
Liam tertawa kencang saja, ia tidak menyangka kalau Aldan akan diselimuti gengsi yang sangat tebal seperti itu. “Tuan, aku akan pura-pura tidak tahu.. Kalau kau sebenarnya sudah jatuh hati pada Nona Zira,” gumam Liam di dalam hati sambil memperhatikan Aldan yang pergi bersama dengan Aila.
•
Sementara itu Zira baru saja selesai mandi dan baru saja selesai makan malam. Ia heran karena tidak melihat Aldan sedari tadi, memang Aldan sempat mengatakan jika dia ingin merokok diluar. Tapi, sampai lebih dari 30 menit berlalu tidak kunjung kembali.
“Dia hisap rokok apa hisap wanita si?” Zira bertanya pada diri sendiri, ingin sekali tidak perduli tapi tidak dipungkiri jika Aldan terkait wanita dibawah sana. Maka..
“Ck! Kalau tu duda berani selingkuhin aku.. Tu burung aku potong terus aku tumis!” Zira emosi sendiri jadinya.
Disaat Zira bangkit dari duduknya, ia mendengar suara pintu terbuka. Terlihatlah Aldan yang masuk membawa seorang gadis kecil dibelakangnya.
“Ni Aila,” ucap Aldan sembari menyerahkan Aila kepada Zira yang langsung memeluk bocah manis itu.
“Aila tadi di Mansion sama siapa?” tanya Zira, ia merapikan rambut Aila yang sangat berantakan.
“Hanya sendiri, Mama. Tapi, Mama jangan khawatir.. Karena Aila sudah biasa sendiri di Mansion,” jawab Aila.
Zira langsung menatap kearah Aldan yang sudah menuju tempat tidur, rebahan santai disana. Awalnya Zira mengira jika mungkin Aldan tidak akan membawa Aila sesuai dengan permintaannya.
“Aila tenang saja, karna seterusnya.. Kemanapun Mama pergi selalu ada Aila disamping Mama,” ucap Zira dengan sangat penuh keyakinan.
“Aila pernah baca surat yang ditulis almarhum Mama, tertera disana.. Jika Mama tidak akan meninggalkan Aila, tapi nyatanya Mama_”
“Berhenti bicara omong kosong, Aila!” Aldan memotong pembicaraan Aila dengan sedikit bentakkan. Berbicara soal Alya selalu saja membuat Aldan sakit hati, dan ia tidak suka itu.
Aila hanya menunduk sembari memegang erat boneka beruang itu, ia takut dengan tatapan tajam Aldan. Zira menarik tangan Aila untuk berdiri di belakangnya, agar tidak terus melihat ekspresi kejam dan tajam dari Aldan.
“Dia sedang berbicara denganku, lalu kenapa Tuan marah?” Zira bertanya kepada Aldan yang sepertinya ingin memberi pelajaran kepada Aila.
“Dengar, Aila.. Mamamu berbohong akan semua janjinya di kertas itu, murni karna dirimu!” ucap Aldan sangat ketus membuat Zira melotot sempurna.
“Dia pergi karena untuk menyelamatkan dirimu, membawamu kedunia ini untukku. Jadi, berhenti seolah paling tersakiti kalau nyatanya_”
Tangan Zira membungkam bibir Aldan, ia menatap sedih pria itu. Bahkan Zira seakan mau menangis mendengar apa yang Aldan katakan, hingga Aldan tidak berbicara apapun lagi.
“Aila ini anakmu, Tuan.Anak berumur tujuh tahun yang tidak tahu apa-apa, seharian hanya bertanya kenapa Mamaku meninggal?”
“Kenapa kau berkata hal se menyakitkan itu padanya, kenapa?!” Zira murka, ia mendorong tubuh Aldan untuk menjauh.
“Pergi saja kalau kau hanya ingin berkata kasar lalu menyakiti hati Aila. Aku sebagai Ibu sambung dari Aila, merasakan sakit yang teramat karena semua perkataan mu itu!” ucap Zira dengan sangat tegas, ia meraih tangan Aila yang hanya diam itu untuk naik keatas ranjang.
Mendengar apa yang Zira katakan tadi membuat Aldan berdecak sebal saja. Menurut seorang Aldan Matthew, ia hanya berbicara hal yang biasa saja kepada Aila yang selalu saja menanyakan kenapa Alya pergi.
“Aku sedang menasehati anakku, sebaiknya_”
“Pergi!” Zira mengusir Aldan terus menerus sekalipun tidak menatap Aldan sedikitpun.
Aldan menghela napas panjang, menggigit bibir bawahnya sendiri lalu melangkah pergi menuju balkon kamar. Sesekali Zira melirik kearah Aldan yang sudah pergi itu, ia menatap sedih Aila yang berbaring disebelahnya.
“Apa yang dikatakan Papamu, jangan didengarkan ya.. Mama Alya tidak mengingkari janji kepada Aila, dia hanya mendapatkan tugas yang lebih penting lagi disurga sana.”
“Tugas seperti apa, Ma?” tanya Aila dengan ekspresi lugunya.
“Menurut Aila apa?” tanya Zira balik, ia mengelus pipi Aila yang memang chubby itu.
Aila mencoba memikirkan apa yang dilakukan sang Mama di surga sana, ia seperti mendapatkan jawabannya karena menatap Zira dengan senyuman yang sangat lebar.
“Mama ditugaskan untuk mencari tempat yang ternyaman disana, Ma. Karena Aila selalu berdoa agar Mama mencarikan tempat untukku dan untuk Papa,” jelas Aila dengan sangat ceria kepada Zira.
“Kami akan sangat berbahagia disana nanti, berkumpul seperti apa yang Aila inginkan.”
Apa yang Aila katakan membuat Zira sedikit termenung. “Hem.. Iya sayang. Jadi jangan anggap Mama Alya ingkar janji ya,” ujar Zira.
“Tidak akan lagi, Ma. Aila yakin, kalau suatu saat di surga nanti aku, Mama, dan Papa akan membentuk keluarga bahagia disana.”
Aila memeluk erat Zira yang mencoba tersenyum meskipun hati Zira sangat sakit mendengar harapan Aila itu.
“Iya, sayang. Mama yakin pasti semua harapan Aila akan terwujud,” ucap Zira yang mana mengelus punggung belakang Aila agar segera tertidur.
dah sakit aja baru
tp kenapa yaaaa...si aila bisa seegois ituu 😞🙈pdhl dh liat tuhh papa nya nangis bombay di tgl ultahnya aila