" Kamu sekarang gendut dan jelek, tidak lagi cantik dan menarik lagi seperti dulu Amrita. Karena itu aku selingkuh.Meski begitu aku tetap mencintai calon anak kita ini." Tutur Aries Baskoro pada istrinya.
Bukan salah dia kalau sekarang penampilannya berubah.Semua itu terjadi karena prosedur promil yang dia lakukan. agar Meraka bisa punya anak.
Tapi suaminya tidak mau tau, seperti tidak mau taunya Harsen Marlon, pria yang saat ini benihnya ada didalam rahimnya karena kesalahan pihak klinik.
" Kembalikan benih milikku itu bagaimana pun caranya, dalam.bentuk sper*ma atau bayi yang nanti kamu lahirkan. Aku tidak perduli."
Dua pria yang memandang Amrita dari sudut kepentingan mereka,lalu siapakah dari keduanya yang akan bisa meyakinkan dia untuk menjadi calon ayah dari anaknya kelak. Marlon Harsen atau Aries Baskoro?
Penasaran cus baca reader 🥰
Jangan lupa tinggalkan jejak, like Komentar kalian disetiap bab setelah membaca ya🥰
Happy reading.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23.
" Hoaam...."
Amrita meregangkan tubuhnya, kebiasaan yang selalu dia lakukan sebelum bangun setiap pagi.
" Anda sudah bangun, nyonya?"Pukul berapa sekarang? Kenapa pembantu dirumahnya sudah datang?
Tapikan pembantu yang bekerja untuknya, tidak pernah masuk kekamar tidur miliknya.Apalagi saat dia masih tidur karena itu peraturan dasar yang dia pinta pada pembantu nya . Sebab bagi Amrita kamar tidur merupakan ranah pribadi untuk dia dan Aries.
Lau kenapa barusan ada yang menyapa? Siapa?
" Kalau anda sudah bangun,silahkan anda keluar setelah berganti pakaian yang sudah saya bawakan.Sebab tuan Marlon sudah menunggu anda untuk sarapan bersama, diruang makan."
Amrita yang semula masih malas untuk membuka mata, karena masih setengah mengantuk. Seketika langsung terbelalak, saat mendengar orang yang tadi dia sangka pembantu dirumahnya menyebut nama Harsen Marlon. Seketika dia ingat dimana dia saat ini dan apa yang sudah terjadi pada dirinya.
" Nyonya." Perempuan berseragam pelayan itu ikut terkejut, karena melihat Amrita yang tiba tiba terbelalak.
" Kamu....siapa?!"Tanya Amrita, sambil menatap nanar kearah perempuan itu.
" Saya adalah pelayan kediaman tuan Marlon, nyonya. Dan mulai hari ini tuan menugaskan saya untuk menjadi pelayan anda." Terang perempuan itu memberitahu.
" Oh..." Amrita mengangguk kan kepalanya, seolah sudah mengerti dan sadar dari kondisi baru bangunnya.
" Iya nyonya,jadi silahkan anda bangun dan bersiap untuk turun sarapan bersama tuan Marlon." Ucap pelayan itu meminta.
" Baiklah." Amrita bangun dari ranjang berniat pergi kekamar mandi diruangan kamar itu.
Yang diikuti oleh pelayan itu dari belakang layaknya robot.
Amrita sudah sampai didepan pintu kamar mandi, tapi tiba tiba dia berhenti dan menoleh kearah pelayan itu.
" Ada apa nyonya?' Anda butuh sesuatu?" tanya pelayan itu, menatap balik kearah Amrita yang saat itu menatap kearah perempuan itu.
" Tidak, aku hanya ingin tau. Apa kamu benar manusia?" Tanya Amrita yang membuat pelayan itu mengedip kedip kan matanya bingung pada pertanyaan Amrita yang, terdengar aneh.
" Saya...."
" Tidak perlu dijawab, aku mau mandi saja lalu keluar menemui tuan Marlon dan bertanya langsung padanya!" Tolak Amrita dengan masuk kedalam kamar mandi,meninggalkan pelayan itu yang hanya bisa terbengong didepan pintu kamar mandi karena masih bingung dengan maksud pertanyaan yang diajukan oleh Amrita barusan.
Sampai Amrita selesai cuci muka dan mengganti pakaiannya, dengan baju yang ada dikamar mandi, raut wajah pelayan itu masih terlihat bingung tapi tidak berani bertanya lagi sebab tau kalau perempuan itu adalah tamu penting tuan besarnya.
Sebagai pelayan profesional, perempuan itu tau bagaimana dia seharusnya bersikap pada perempuan dihadapannya ini.
" Anda sudah selesai nyonya?" pelayan itu bertanya sopan yang diangguki oleh Amrita.
" Iya, sekarang antar aku ketempat tuan Marlon." Balas Amrita lalu berjalan keluar dari kamar yang dia tempati dengan diikuti pelayan itu dari belakang.
" Tuan saat ini ada diruang makan nyonya. Beliau menunggu anda untuk makan bersama ." Terang pelayan itu memberitahu.
Karena kamar yang tadi dia tempati ada dilantai dasar jadi Amrita tidak perlu melewati tangga untuk menuju ruang makan Mansion Harsen.
Meski begitu, karena Mansion itu sangat besar, berkali lipat lebih besar dari rumah yang dia tempati bersama Aries selama ini, Amrita tetap saja bingung mencari dimana letak ruang makan itu dan mungkin dia akan tersesat kalau saja Harsen tidak mengirim pelayan untuk memandunya.
Suasana Mansion di pagi itu terlihat sangat berbeda dari tadi malam saat dia baru tiba disana.Tidak lagi sepi, seperti sebelumnya. Karena sekarang banyak orang orang berobat seragam pelayan tampak berlalu lalang.
Setelah berjalan melewati banyak ruangan akhirnya dia dan pelayan yang mengikuti dia tadi tiba diruang makan yang sedang mereka tuju.
" Silahkan anda masuk kedalam nyonya."
Pelayan itu membuka kan pintu kaca lebar didepannya dan menyuruh Amrita untuk masuk kedalam.
Meski sedikit ragu karena ruangan yang dia masuki konsepnya tidak seperti ruang makan pada umumnya Amrita tetap melangkah kedalam,sementara pelayan yang tadi bersamanya hanya menunggu dia didepan pintu.
Melihat apa yang dilakukan oleh pelayan itu,Amrita hampir saja bertanya karena merasa aneh, tapi urung saat sadar ini bukan lingkungannya. Jadi,apapun kebiasaan dan peraturan di Mansion itu bukan urusannya, sebab dia disini hanya tamu.
" Ayo duduk lah Amrita." perintah Harsen yang sudah lebih dulu ada diruangan itu.
Amrita berjalan mendekat kearah meja makan besar yang mendominasi ruang itu.
Sebuah ruang makan yang lebih terlihat seperti tempat makan di restoran berbintang, karena selain ruangan itu sangat privasi dengan hanya mereka berdua yang berada disana saat itu. Seluruh dinding ruang makan itu juga difungsikan seperti jendela jendela besar dan tinggi, hingga membuat mereka bisa melihat suasana diluar Mansion yang berupa taman bunga.
" Bagaimana tidurmu tadi malam?" tanya Harsen setelah Amrita duduk di kursi yang saling berhadapan.
" Cukup nyenyak." Balas Amrita meski kenyataannya dia tidur Dnegan sangat nyenyak tadi malam bahkan tidak bermimpi apapun sepanjang malam. Padahal itu ditempat asing.
" Syukurlah kalau begitu. Itu, aku sudah menyuruh pelayan menyiapkan sarapan yang ringan untukmu pagi ini, untuk menghindari kamu merasa mual.Karena sedang dalam fase awal kehamilan." Ucap Harsen dengan menunjuk kearah piring dihadapan Amrita.
Segelas jus buah, sepotong sandwich serta puding caramel sebagai makanan pencuci mulutnya. Bisa dibilang sarapan yang cukup ringan tapi pasti mengenyangkan.
Entah karena sejak kemarin belum makan dengan benar setelah mengalami semua kejadian mengejutkan itu, melihat semua makanan itu tiba tiba Amrita merasa sangat lapar.
" Terimakasih," Balasnya dengan mulai menyantap makanan didepannya itu tanpa ragu sedikitpun.
Saking menikmati sesi makannya, Amrita tidak sadar kalau Harsen yang duduk diseberang meja, saat itu terus saja memperhatikan dirinya.
Sampai semua makanan yang ada didepannya ludes tak bersisa barulah Amrita mengangkat wajahnya dari piring.
Sebenarnya ini bukan kebiasannya makan seperti orang tak beradab, tapi semua yang disiapkan oleh Harsen melalui pelayanannya terasa pas di lidah Amrita saat itu.
" Apa kamu ingin lagi?" Amrita mendongak menatap kearah Harsen, mendengar pertanyaan yang diajukan pria itu.
Kalau kemarin Harsen terus saja bicara dengan anda sinis dan dingin padanya. Tapi pagi ini nada suara seperti itu tidak ada lagi.
Membuat Amrita sedikit merasa heran dengan perubahan sikap yang ditunjukan pria itu padanya.Tapi juga senang karena suasana paginya tidak harus diawali dengan adu urat saraf.
Atau mungkin Harsen melakukannya karena sadar, bahwa saat ini dia sangat butuh kestabilan emosi, untuk menghadapi semua persoalannya dengan pria itu juga Aries suaminya.
Ngomong ngomong tentang Aries,kenapa sepanjang malam pria itu sama sekali tidak menghubungi dia? Batin Amrita heran.
So good...🤭😁😁😁👍
toh kamu sudah dekat dengan ayah janin yg kamu kandung. orangnya baik lagi...
setelah ini nyesel kamu ditinggal amrita...
dimana hati si Aries saat Rita berjuang buat garis 2
Biarkan Aries dg gundik2nya...