Bintang panggung dan penulis misterius bertemu dalam pertemuan tak terduga.
Rory Ace Jordan, penyanyi terkenal sekaligus sosok Leader dalam sebuah grup musik, terpikat pada pesona Nayrela Louise, penulis berbakat yang identitasnya tersembunyi.
Namun, cinta mereka yang tumbuh subur terancam ketika kebenaran tentang Nayrela terungkap.
Ikuti kisah mereka....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. KCTT 3.
Pria berjaket hitam dengan topi senada serta masker yang menutupi sebagian wajahnya berjalan dengan langkah gontai memasuki sebuah gedung. Gedung yang menjadi tempat dirinya tinggal bersama lima orang temannya.
Gedung enam lantai yang memiliki beberapa ruangan dengan fasilitas lengkap di mana gedung itu memiliki studio dance, gym, ruang rapat, beberapa kamar yang berada di lantai paling atas, ruang santai dan dapur, serta ruangan lain yang dibutuhkan untuk menunjang keperluan pria itu bersama rekannya sebagai penyanyi grup. Gedung yang selalu mereka sebut dengan nama Bâtiment.
Pria yang sebelumnya berada di taman itu memilih pulang setelah beberapa lama mencari sesuatu yang tidak ia temukan.
Dia memasuki salah satu ruangan di mana setiap dinding ruangan itu dipenuhi cermin serta lampu yang menyala terang. Di dalam ruangan, ia disambut lima orang pria yang menjadi teman satu tim-nya, memberikan tatapan penuh tanya namun enggan untuk mendekat.
Mereka yang sebelumnya tengah berbincang seketika terdiam, mengamati bagaimana pria berjaket hitam itu melepas topi dan masker, lalu menjatuhkan tubuhnya ke lantai seraya menutupi wajahnya menggunakan topi disertai suara hembusan napas putus asa.
Salah satu dari mereka beranjak dari duduknya, mendekati pria berjaket hitam itu, lalu berdiri di samping tubuhnya.
"Kau tidak menemukan dompetnya, Jo?" dia bertanya.
"Tidak," jawabnya singkat
"Sepertinya, kita memang harus menunggu pihak polisi menghubungi kita, lagipula kita sudah membuat laporan tentang hilangnya dompetmu,"
Pria yang berdiri berkata lagi seraya duduk di samping pria yang menjadi adiknya, lalu menepuk bahu sang Adik.
"Setidaknya kau sudah mencarinya Rory. Kau bahkan segera mencari dompetmu setelah konser kita selesai dan baru saja kembali, itu tidaklah waktu yang singkat," teman lain menimpali.
"Kita hanya bisa berharap yang menemukan dompetmu bukan orang yang akan memanfaatkan keadaan," satu teman yang lain turut angkat bicara.
"Beberapa orang juga sudah membantu mencari di mana sajatempat yang kau datangi dan tidak menemukannya,"
Rory menghembuskan napas cepat, bangun dari berbaringnya dan duduk dengan menyilangkan kaki yang membuat tubuhnya kini berhadapan dengan sang Kakak. Kevin.
Sementara empat orang yang menjadi temannya segera mendekat ketika melihat Rory bangun dari berbaringnya.
"Semoga saja apa yang kamu katakan benar, Thomas," Rory mendesah pelan pada pria yang berdiri di belakang Kevin.
"Bukankah kau pernah menyimpan kartu namaku di dalam dompetmu, Rory?" tanya satu dari mereka yang sejak tadi diam sekaligus pria yang menjadi manager mereka.
"Ya. Aku menyimpannya. Mengapa?" jawab Rory balas bertanya.
"Di sana ada nomor ponselku," sahut si Manager.
"Aku tahu itu, Martin. Yang aku khawatirkan adalah seseorang menyalahgunakan kartu identitasku. Banyak orang yang mengenal siapa kita," ujar Rory sedikit kesal.
"Tenanglah!" Kevin menyela sembari menepuk bahu adiknya.
"Martin hanya ingin mengatakan bahwa siapa saja yang menemukan dompetmu, dia akan menghubungi nomor ponselnya,"
"Aku juga sudah mengatisipasi jika hal seperti itu akan terjadi. Jadi, kita hanya perlu bersabar dan menunggu," lanjutnya
"Tapi, ini sudah tengah malam, dan masih tidak ada yang menghubungi Martin," sanggah Rory.
"Itulah mengapa aku memintamu untuk menunggu," sambut Kevin.
"Tidak ada gunanya kau terus mengeluh," imbuhnya.
Untuk kesekian kalinya Rory menghela napas panjang, menyadari apa yang dikatakan sang Kakak benar adanya.
"Bagaimana jika kita latihan saja?"
Suara celetukan dari pria kembar di dekat mereka yang diucapkan secara serempak sukses menghadirkan tawa bagi semua orang.
"Seperti biasa. Ethan dan Nathan yang selalu mengatakan hal tak terduga," sambut Kevin tersenyum geli, lalu menepuk bahu Rory sekali lagi seraya berkata,
"Tidak ada gunanya mengkhawatirkan hal yang tidak pasti, kita tunggu sampai besok, semoga saja ada kabar baik." ujarnya sembari mengulurkan tangan pada Rory yang segera menyambut tangan sang Kakak, lalu berdiri.
"Baiklah, kita tunggu sampai besok," ucap Rory setuju.
"Kalian yakin ingin berlatih setelah beberapa waktu lalu kalian tampil?" tanya Martin tak percaya.
"Ini sudah lewat tengah malam, kalian juga perlu bangun pagi besok. Setidaknya sayangi tubuh kalian! Kalian perlu istirahat!" imbuhnya.
"Hanya peregangan sebagai pengalih perhatian saja, Martin," Thomas menjawab.
Semua oang mengangguk setuju, terutama Rory.
"Hanya lima belas menit, kami janji," Ethan menimpali.
"Benar, latihan menjadi obat terbaik ketika Rory stres bukan?" sambung Nathan.
"Meski pada akhirnya tarian dia tetap menjadi yang terburuk," ucap Ethan dengan suara pelan.
"Aku mendengarnya, Ethan." sambut Rory berkacak pinggang.
"Oh,,, Bagus, itu artinya aku tidak perlu berbicara manis padamu, itu sangat menggelikan," jawab Ethan.
"Aku bahkan tidak pernah mengharapkannya," balas Rory dengan wajah keberatan.
"Baiklah,,, Baiklah,,, Berhenti berdebat!" Martin melerai.
"Kalian bisa latihan. Tapi, hanya lima belas menit. Setelah itu kalian harus kembali ke kamar masing-masing!" ucap Martin.
Mereka memberikan anggukan pasti, lalu berkumpul di tengah ruangan untuk mulai berlatih. Tepat ketika mereka akan menyalakan musik sebagai teman latihan, suara dering ponsel Martin menyela lebih cepat.
Hal yang membuat seluruh pandangan segera tertuju pada Martin hanya untuk melihat pria itu mengeluarkan ponsel dari saku celana, namun segera mengerutkan kening kala melihat nomor asing tertera pada layar ponsel.
Kedua matanya menyipit ketika pria itu melihat waktu yang tertera pada layar ponsel.
'Agensi tidak mungkin menghubungiku di jam seperti ini, terutama malam ini mereka baru saja selesai dengan konser mereka,' batin Martin.
'Jika itu panggilan untuk rekaman, mereka selalu menghubungiku pagi hari,' imbuhnya.
Pria itu menggeser layar untuk menerima panggilan, sengaja menghidupkan pengeras suara yang membuat semua orang terkejut dengan apa yang diucapkan si penelepon.
"Hallo..." Martin menjawab dengan sedikit mendekatkan ponsel ke wajahnya.
"Hallo,,," suara wanita asing terdengar.
"Selamat malam,,, Ahh,, Sebelum itu, tolong maafkan saya karena telah menghubungi Anda selarut ini, saya benar-benar lupa waktu,"
"Apa yang kau inginkan?" Martin bertanya waspada, raut wajahnya menunjukkan tidak senang atas panggilan yang ia terima di jam lewat tengah malam, terutama wanita asing.
"Bisakah saya berbicara dengan Tuan Rory Ace Jordan?"
Pertanyaan dari wanita itu cukup untuk membuat Martin melebarkan kedua matanya, berusaha untuk mengingat nomor yang tertera pada layar ponselnya, namun tidak mengingat siapa pemilik dari nomor ponsel itu.
Tanpa aba-aba, lima orang yang sebelumnya mengatakan akan melakukan latihan segera menghampiri Martin, ingin memastikan pendengaran mereka tentang apa yang baru saja mereka dengar.
"Apa?" sambut Martin bertanya.
"Bisakah saya berbicara dengan Tuan Rory Ace Jordan?"
Suara wanita itu mengulang pertanyaan yang sama, memperjelas pertanyaan yang mereka kira hanyalah sebuah lelucon.
"EEEHHHH,,,,,,?!?"
...%%%%%%%%%...
. . . . . .
. . . .. .
To be continued...
NOTE:
- Bâtiment
Dalam bahasa Prancis, Bâtiment bisa disebut sebagai bangunan atau gedung, merupakan struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang didirikan secara permanen.