NovelToon NovelToon
Hanya Permainan

Hanya Permainan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Pemain Terhebat / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:404
Nilai: 5
Nama Author: Bada'ah Hana

Apa yang akan kalian pilih? antara persahabatan dan nyawa? dimana saat kalian tidak ingin kehilangan teman-teman, tapi kamu juga tidak ingin kehilangan nyawamu. apa yang akan kalian pilih?

permainan ini mengatakan bahwa jika kami menang, mereka akan membebaskan kita. namun aku sendiri juga tidak yakin jika mereka akan melepaskan kami dengan mudah begitu saja. kami harus kehilangan teman-teman, kehilangan harapan, putus asa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bada'ah Hana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERMAINAN INI

Di sebuah ruangan yang penuh dengan alat-alat medis dan juga dua tabung besar berisi organ-organ manusia, dengan warna cat putih tulang pada bagian dindingnya. Ruangan tersebut nampak sangat bersih. Bahkan barang-barang juga furniture di dalamnya sangat rapi.

Seorang gadis dengan wajah pucatnya terbaring tidak bergerak di tempat tidurnya. Pada bagian tubuhnya di tutupi oleh kain berwarna putih dan menyisakan kepalanya yang terlihat. Seorang pria yang berada didalam ruangan tersebut, berdiri dan menghadap pada gadis yang terbaring.

Pria paruh baya tersebut membelai ujung kepala gadis itu dengan lembut. Nampak wajah penuh kesedihan serta kerinduan terhadap seorang gadis yang terbaring itu. Adzkiya, seorang gadis berusia 10 tahun. Dan kini, usianya seharusnya sudah mencapai 15 tahun. Namun, akibat dari sesak nafas yang dia derita, Adzkiya meninggal dunia.

Ian, berdiri di depan putrinya yang sudah tidak bernyawa. Dia memasukkan mayat putrinya itu ke dalam sebuah ruangan kecil yang sangat dingin. Ian menaruh tubuh kecil putrinya di tempat tersebut sebelum melakukan pembedahan lagi.

Baru saja Ian kembali ke laboratoriumnya, nampak tiga boneka mendorong seorang gadis yang duduk di kursi roda. Ian tersenyum lebar. Begitu para boneka kembali, Ian segera menutup pintu laboratoriumnya.

Ian menyeringai mengerikan, dia membelai pipi gadis tersebut dan memindahkannya ke tempat tidur. Pria paruh baya tersebut meneliti setiap inci dari tubuh gadis tersebut. Wajahnya sangat cantik dengan rambut panjangnya yang berwarna coklat.

"Kamu sangat cantik. Tapi, aku tidak mungkin menduakan istriku. Tujuanku adalah untuk putriku. Terima kasih sudah merelakan jantungmu untuknya." Ucapnya sembari kembali membawa Adzkiya ke laboratorium.

Setelah menaruh Adzkiya di atas tempat tidur yang berada tak jauh dari gadis yang terbaring, Ian kembali pada gadis berambut coklat tersebut. Nafasnya masih terdengar. Yang artinya gadis ini masih hidup, Ian berpikir bahwa gadis ini hanya pingsan saat terkena setrum yang cukup tinggi.

Ian memakai sarung tangannya dan mengambil alat medisnya. Dengan berhati-hati, Ian membedah tubuh gadis tersebut dengan lembut. Mengeluarkan jantungnya perlahan dan memindahkannya pada dada Adzkiya.

Tak hanya itu, Ian juga membedah seluruh tubuh Gita yang masih sangat segar. Pria paruh baya tersebut memindahkan beberapa organ untuk Adzkiya. Dia mulai mengganti organ Adzkiya yang sudah tidak layak untuk digunakan, dengan organ yang masih baru dia keluarkan dari tubuh Gita.

Tak hanya itu, mata Gita juga dikeluarkan dan dipakaikan ke para Adzkiya. Sehingga gadis itu nampak seperti hidup kembali. Pria paruh baya tersebut tersenyum senang melihat apa yang baru dia selesaikan. Pada tubuh Gita hanya tersisa dagingnya saja.

"Kalian kemarilah!" Panggilnya keoada para boneka yang berjaga di depan laboratorium.

"Iya, Pak?"

"Bawa mayat itu. Dia adalah santapan untuk kalian. Bagikan juga pada yang lainnya." Kata Ian.

"Beneran, Pak? Wah terima kasih!" Ucap salah satu dari keempat boneka tersebut.

Mereka mulai membawa tubuh Gita yang tersisa dagingnya saja. Sementara itu, Ian mulai memperhatikan detak jantung Adzkiya yang mulai normal. Tinggal menunggu perkembangan Adzkiya saat dia membuka mata.

Ian kemudian memberikan sebuah obat tetes yang akan dia teteskan dibekas jahitan pada tubuh Adzkiya. Dengan begini, Adzkiya akan tumbuh selayaknya manusia biasa dan bisa hidup kembali. Sekarang, Ian merasa sangat lega melihat perkembangan Adzkiya yang sebentar lagi akan memanggil namanya kembali.

Sayangnya, pada keesokan paginya. Ian kembali menemukan jantung Adzkiya tidak bisa berdetak. Bahkan suhu tubuh gadis itu yang tadinya hangat, berubah menjadi sangat dingin. Yang artinya, Ian gagal menghidupkan kembali putrinya.

Obsesi Ian kepada putri semata wayangnya benar-benar tidak bisa terbendung lagi. Kini, tersisa satu gadis lagi yang menjadi harapan terakhir Ian. Pria paruh baya itu mulai mengembangkan permainan barunya sebelum memanggil boneka Adzkiya.

"Aku harus membuat gadis itu benar-benar gagal dalam permainan kali ini. Aku hanya ingin Adzkiya kembali hidup. Apa itu sulit bagimu untuk mengabulkannya? Aku tidak bisa menerima takdir bahwa putriku benar-benar akan pergi. Tunggu...." ucapnya sembari mengingat sesuatu.

"Roh Adzkiya.... aku seharusnya membawa boneka itu kemari dan memintanya masuk kembali ke tubuh aslinya! Sial! Kenapa aku bisa lupa! Ah tersisa satu gadis ini. Aku akan membuat dia gagal dalam permainanku kali ini."

Ian berdecak kesal karena roh putrinya belum kembali ke tubuh aslinya. Ian mengambil sebuah kertas dan menulis sesuatu di dalamnya. Pria paruh baya itu tersenyum membayangkan Adzkiya akan sangat senang menerima permainan baru ini.

"Adzkiya juga pasti akan menikmati permainan ini. Putriku meskipun dia masih anak-anak, pemikirannya sudah sangat sesuai dengan usia seharusnya. Aku tidak menyangka dia akan tumbuh secepat ini." Ucapnya sembari menulis sesuatu di atas kertas.

...

Sementara itu di kamar para pemain, hanya tersisa Zayyan dan Ela. Mereka berdua berjalan ke arah cafetaria untuk sarapan. Seperti biasa, hari ini sangatlah sunyi. Meskipun hanya tersisa mereka berdua, makanan masih tersaji seperti porsi biasanya.

Ela mengambil sayur sup ayam dengan nasi. Serta tak lupa dia mengambil es krim sebagai makanan penutup dan es teh untuk minumannya. Biasanya gadis itu akan mengambil varian rasa coklat. Namun, kali ini dia akan menikmati es krim mint chocolate. Dimana itu adalah es krim favoritnya setelah coklat.

Sementara Zayyan, dia mengambil seporsi nasi dengan ayam goreng serta sambal yang sangat pedas. Tak lupa dia mengambil segelas es teh manis. Melihat porsi makan Ela semakin bertambah, membuat Zayyan tersenyum senang.

Hari ini, belum ada notifikasi permainan untuknya. Yang artinya, Zayyan belum dipilih sebagai pemain selanjutnya. Sementara itu, Ela sudah mendapat notifikasi permainan. Dimana pada jam 1 siang nanti, Ela harus menuju ruangan yang telah disediakan.

Zayyan merasa sedih karena tersisa dirinya. Akan tetapi, jika hari ini dia yang dipanggil untuk bermain, Zayyan akan merasa sedih meninggalkan Ela sendirian. Zayyan senang akhirnya Ela bisa kembali ke rumahnya dengan selamat.

Anak laki-laki itu akan berdoa yang terbaik untuk Elaina. Nampak gadis berambut hitam itu tidak bersemangat seperti biasanya. Meskipun Zayyan berusaha mengajaknya berbicara, Ela menanggapinya dengan santai.

"Ela." Panggilnya dengan nada yang lembut.

"Kenapa, Yan?"

"Hari ini, kamu dipanggil untuk melanjutkan permainan, kan? Kenapa kamu kayak gak semangat gitu?" Tanya Zayyan.

"Soalnya, kamu bakal sendirian, Yan. Kamu yang jadi terakhir di permainan nanti." Jawab Ela.

"Tapi, bukannya kamu seneng bakal bisa ketemu orang tuamu lagi? Gita juga pasti udah pulang kerumah sekarang." Kata Zayyan.

Ela terdiam sejenak. Dia mengunyah makanannya sebelum kembali berbicara kepada anak laki-laki yang duduk di hadapannya ini.

"Yan, kira-kira apa aku tetep dianggap sebagai anak baik sama Nenekku?" Tanya Ela dengan nada bicara yang rendah.

"Kenapa kamu ngomong gitu?"

"Aku dianggap gak guna sama nenekku. Kata nenek, aku ini anaknya ngerepotin. Semaunya sendiri. Nenek selalu ngomong yang gak baik tentang aku. Giliran aku ngomongin hal gak baik tentang dia, dia ngerasa jadi korban. Padahal dia juga lakuin hal yang sama ke aku." Kata Ela.

Gadis berambut hitam itu menundukkan pandangannya. Dia memakan sup ayamnya dengan menahan air matanya. Bagi orang lain, kehidupan Ela adalah yang terbaik. Namun, siapa sangka Ela yang dimata Zayyan seperti gadis yang kuat, tidak bisa membendung air matanya saat bercerita mengenai kehidupan dirinya.

Ela bahkan mau berteman dengan Zayyan yang menjadi anak buangan. Akan tetapi, Ela justru menghibur Zayyan sepanjang waktu. Bahkan ketika Zayyan bercerita, Ela akan mendengarkannya dengan seksama sebelum akhirnya memberikan saran.

Ela pernah berkata bahwa berkat Zayyan, Ela bisa mensyukuri kehidupannya meskipun dengan ucapan buruk yang selalu dia terima setiap harinya. Zayyan yang mendengarnya tersenyum senang.

Berkat kebaikan hatinya, Zayyan akhirnya jatuh hati pada pandangan pertama. Zayyan selalu ingin melindungi Ela, menjaga Ela, dan Zayyan selalu ingin bersama Ela. Ketika ada yang membicarakan hal buruk tentang Ela, Zayyan akan berkata bahwa yang mereka lihat tentang Ela itu salah.

"Ela, kamu harus kembali ke rumah dengan selamat." Kata Zayyan.

"Kamu juga, Yan. Kita akan ketemu lagi di sekolah." Kata Ela sembari tersenyum.

"Pasti, La. Pasti." Ucap Zayyan dengan lembut.

Melihat Ela yang kembali bersemangat, membuat Zayyan benar-benar merasa tenang. Malam ini, hanya akan tersisa dirinya di dalam kamar yang sunyi. Tidak ada siapapun yang akan menemani dia kembali.

Dalam hati Zayyan, dia berkata tersisa satu hari lagi yaitu besok untuk dirinya bisa ikut bermain dan kembali ke rumahnya. Namun, akankah dia bisa kembali kerumah bertemu dengan Pak Agus yang selalu pemilik panti asuhan dan orang tua angkat Zayyan?

Zayyan berpikir dia harus bisa kembali ke tempat asalnya dengan selamat. Meskipun dia akan menjadi pemain terakhir yang bermain untuk menyelesaikan permainan ini.

"Yan." Panggil Ela saat mereka berada di lapangan golf untuk berziarah ke makam teman-temannya.

"Iya? Kenapa, La?"

"Makasih." Ucap Ela.

"Buat apa?"

"Hm? Ya buat semuanya. Aku benar-benar seneng deh punya temen kayak kamu. Kamu tau aku orangnya keras kepala, susah diatur, terus cerewet. Tapi, kamu masih mau temanan sama aku. Makasih."

Ucapan Ela membuat Zayyan tersenyum. Dia menepuk bahu gadis itu dengan lembut.

"Aku juga makasih, La." Ucap Zayyan.

"Yan, aku bakal terus bareng kamu. Jadi, kamu harus bisa kembali dengan selamat. Aku juga akan berusaha untuk permainan ini. Jadi, kamu juga harus kembali dengan selamat besok. Ya?"

"Pasti, La." Jawab Zayyan dengan senyum yang masih merekah.

"Oh iya, kira-kira yang lain sekarang gimana ya? Mereka udah sampai dirumah belum ya?" Tanya Ela.

"Pastinya udah, La. Kenji pasti ketemu Ibunya sekarang." Kata Zayyan yang masih menatap gadis disebelahnya ini.

"Alex dan Gita juga pasti ketemu orang tuanya sekarang. Seneng deh." Jawab Ela.

"La, aku mau ngomong." Kata Zayyan yang mulai gugup. Jantungnya berdebar kencang sebelum dia berbicara lagi.

"Apa?"

"Aku..."

Belum selesai Zayyan berbicara, ponsel Ela berbunyi. Yang menandakan dia harus menuju ke area permainan.

"Maaf, Yan. Makasih."

Untuk terakhir kalinya Ela memeluk Zayyan sebelum dia berdiri dan meninggalkan temannya ini. Zayyan berdiri di lapangan golf. Melihat sosok gadis dengan dress merah muda berlari menjauh darinya.

Setelah beberapa saat, Zayyan menepuk-nepuk jidatnya perlahan. Dia berdecak kesal karena tidak mengatakannya sesegera mungkin.

"Sial sial sial! Gara-gara Adzkiya nih! Aku belum sempet ngomong loh. Kira-kira aku bisa selamat gak ya besok? Ela, kembali ke rumah dengan selamat ya. Sialan kamu, Adzkiya!" Kata Zayyan.

Zayyan benar-benar sangat kesal kepada Adzkiya yang memanggil Ela sebelum dia menyelesaikan ucapannya. Anak laki-laki itu berjalan menuju kamarnya. Akan tetapi, sebelum kembali ke kamar. Zayyan menuju cafetaria untuk mengambil beberapa cemilan untuk dirinya.

Meskipun ponselnya mati, saat yang tepat Zayyan bisa menyalakan layar televisi di dalam kamarnya. Awalnya Zayyan hanya iseng memencet tombol merah pada televisi tersebut. Namun, siapa sangka televisi itu bisa menyala.

Zayyan mencoba mengisi daya ponselnya. Dan benar saja. Ponselnya kembali menyala. Namun, kali ini tidak ada sinyal sama sekali. Zayyan tidak bisa menghubungi siapapun. Anak laki-laki itu kembali duduk di atas tempat tidur menikmati camilan dan beberapa makanan lainnya sembari menonton kartun di layar televisi tersebut.

"Seenggaknya aku ada hiburan." Ucapnya sembari mengunyah keripik pisang yang cukup pedas.

Namun, ketika rasa bosan menghampiri Zayyan. Anak laki-laki itu keluar dari kamar dan berkeliling sebentar untuk mencari sesuatu. Tidak ada hiburan apapun yang dia temukan saat sendirian. Zayyan duduk di tepi kolam renang.

Memandangi air birunya yang menggenang. Saat masih bersama teman-temannya, sebelum permainan dimulai, mereka akan berenang di kolam tersebut. Ela dan Gita biasanya akan berjemur di tepi kolam sembari menikmati es krim mereka.

"Benar-benar sepi." Ucap Zayyan pada dirinya sendiri.

"Bayangin kalau cuman aku yang tersisa di dunia ini. Tidak ada manusia dan hanya ada hewan dan tumbuhan yang hidup. Dan aku harus tinggal di hotel seperti ini selama sisa hidupku. Banyak bangunan yang terbengkalai. Wah aku pasti bakal mati secara perlahan." Kata Zayyan.

"Sendirian, bro?"

Terdengar suara seseorang disebelah kanan Zayyan. Nampak sebuah boneka berbentuk beruang berjalan dan duduk di sebelah Zayyan. Berbeda dari boneka lainnya, boneka ini bisa mengekspresikan dirinya.

"Sepi banget ya? Padahal sewaktu aku kerja disini, masih rame-rame aja."

"Bekerja?"

"Dulunya aku pelayan. Namaku Elliot. Kamu ini Zayyan, kan?" Tanya Elliot.

Boneka beruang itu nampak sangat ramah pada Zayyan. Sehingga Zayyan merasa sepertinya akan baik-baik saja bersama boneka beruang tersebut.

"Iya. Kamu pelayan yang ada di cafetaria?"

Elliot mengangguk.

"Iya, hari ini aku libur. Jadi, karena aku juga bosan di kamar. Makanya aku jalan-jalan."

"Bahkan roh dikasih libur. Kamu ngerasain pegel sama sakit emang?" Tanya Zayyan.

"Enggak, kan aku boneka. Gak punya tulang sama sendi. Jadi, gak mungkin dong aku tiba-tiba pegel linu kayak temenmu. Siapa ya namanya? Emmm Ela! Iya! Dia kayak remaja jompo."

Mendengar ucapan Elliot membuat Zayyan tertawa. Boneka beruang itu sangatlah lucu. Ela memang sering mengalami sakit pinggang. Bahkan saat malam hari, Gita pernah bilang bahwa Ela selalu minta dipijat olehnya setiap malam sebelum tidur.

"Ela emang gitu orangnya. Ngomong-ngomong, kok kamu bisa kejebak di tubuh boneka itu?" Tanya Zayyan.

Elliot terdiam. Dia berpikir haruskah dia bercerita kepada Zayyan mengenai dirinya. Elliot menolah ke sana kemari. Tidak ada kamera cctv yang mengintai.

"Aku mati dibunuh di tempat ini. Aku dibunuh oleh salah satu pelayan yang iri sama kemajuan kerjaku. Dia awalnya adalah pelayan terbaik. Namun, saat aku datang, perhatiannya itu berpindah padaku."

"Mayatku bahkan dibuang ke dalam lautan dekat sini. Jadi, karena aku juga gak tenang. Tiba-tiba pemilik hotel ini ngasih tawaran kerja ke aku. Namun, tubuhku diganti jadi boneka ini."

"Dan gak hanya aku doang, ternyata masih banyak roh lain yang terjebak." Jawab Elliot.

Dia merasa Zayyan sangat bisa dipercaya. Zayyan mengangguk mengerti saat mendengar cerita dari Elliot. Zayyan merasa bahwa teman kerja Elliot sangatlah kejam. Tidak seharusnya dia membunuh sesama teman kerja hanya demi jabatan.

"Siapa pemilik hotel ini?" Tanya Zayyan.

"Aku gak bisa nyebutin namanya. Aku takut aku kena masalah soal ini. Kamu bisa aku percaya, kan? Jangan bilang soal tempat ini ke siapapun."

"Baiklah. Terima kasih, Elliot." Kata Zayyan.

Mereka pun mengobrol sejenak sampai Zayyan kembali ke kamarnya. Namun, Elliot juga ikut ke kamar Zayyan, jadi mereka semakin dekat. Apalagi Elliot sangat baik pada Zayyan. Jadi, Zayyan tidak merasa kesepian lagi. Meskipun dia juga sedikit merinding bersama boneka yang bisa hidup.

1
miilieaa
hay kak, sejauh ini ceritanya bagus 🥰
Bada'ah Hana: terima kasih 😘💕
total 1 replies
Bada'ah Hana
thank you 🩷
Yoo Si-jin 🦋
Yang semangat kak
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
pernah ngalamin sama Aprilia/Frown/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Menurut saya menarik, apalagi saya suka novel, chat story, dan komik ber genre horor./Drool/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Lanjutin ceritanya, aku suka banget kisah horor yang buat merinding gitu./Grin/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Ingat masa kecil main sama adik, petak umpet sama-sama./Smile/
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁
Yang semangat buatnya/Smile/
Bada'ah Hana: semangat 💗
𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁: Sama-sama, aku pun juga lagi buat episode baru buat kontrak lagi.
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!